Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2025
  Penjara Bagi Orang-orang Beriman (Andi Meranti) Apakah kalian pernah mendengar istilah ‘Dunia adalah Penjara Bagi Orang-Orang Beriman’? Pada awalnya aku menganggap bahwa itu hanyalah istilah yang dibuat oleh mereka-mereka yang taat beragama. Namun setelah merasakannya sendiri, barulah aku menyadari bahwa istilah itu memang benar adanya. Islam dikenal dengan banyaknya aturan, perintah-perintah yang harus dilaksanakan, serta larangan-larangan yang wajib ditinggalkan. Aku yakin sejak kecil kita semua pasti sudah pernah diajarkan dasar-dasar agama—entah itu dari orang tua, guru-guru di sekolah, atau para ustaz dan ustazah di tempat mengaji. “Kita harus rajin salat supaya masuk surga.” “Kalau tidak pakai jilbab berdosa loh… nanti masuk Neraka.” Kalimat-kalimat tersebut pasti sudah tidak asing di telinga kita. Kalimat yang menjadi ‘senjata’ andalan para orang tua, dan ajaibnya ampuh membuat kita patuh pada perintah mereka kala itu. Namun seiring bertambahnya usia dan berk...
  Ibadah Tak Lekang oleh Usia (Ilma Mutmainnah)             Ini tahun keempatku menghabiskan bulan Ramadan bersama kakek dan nenek, dan selama empat kali itu pula aku melihat bahwa semangat mereka dalam beribadah tak kalah dengan pemuda-pemudi lainnya.             Walau sudah tak sekuat ketika masih berumur 40-60 tahun, nenekku masih berusaha menunaikan salat malam 11 rakaat itu tanpa absen selama bulan Ramadan, walaupun hanya bisa menunaikannya di rumah, bukan di masjid seperti biasanya.  Dia juga selalu bangun lebih awal, menyiapkan makanan untuk sahur. Tak lupa membangunkan anak dan cucu-cucunya. Begitu pun ketika berbuka puasa, dia menjadi yang pertama dan paling semangat menyiapkan makanan  untuk berbuka.             Berbeda dengan kakekku yang masih sanggup dan kuat ke masjid, walau usianya seben...
  Perjalanan Seorang Mahasiswi Menjemput Ilmu di Sekolah Tinggi Ilmu Islam dan Bahasa Arab Makassar (Nurul Azizah) Menjadi seorang mahasiswi di Sekolah Tinggi Ilmu Islam dan Bahasa Arab Makassar bukanlah hal yang mudah. Setiap hari adalah tantangan yang penuh perjuangan, baik fisik maupun mental. Namun, justru di sinilah saya belajar tentang hakikat kehidupan yang sejati, tentang kesabaran, dan tentang bagaimana ilmu yang bermanfaat bisa mengubah hidup seseorang. Di tempat ini, saya dan teman-teman tak hanya dibekali dengan pengetahuan akademik, tetapi juga dengan nilai-nilai spiritual yang membentuk karakter kami. Sekolah ini mengajarkan saya bahwa menuntut ilmu bukan hanya soal menyelesaikan tugas dan ujian. Proses belajar di sini lebih dari sekadar teori, melainkan perjuangan yang melibatkan kesabaran, keikhlasan, dan pengorbanan. Setiap hari, kami disuguhkan dengan berbagai kegiatan yang padat. Mulai dari pelajaran di kelas, kegiatan taklim, hingga tugas-tugas dari ustaza...
  Ilmu Dulu atau Makan Dulu? (Cinta Febrianty Idham) Kupikir hari-hari MID semester hanya akan diisi dengan belajar dan merangkum materi. Ternyata ada hal yang sedang ribut dibicarakan orang-orang di balik layar yang kugulir setiap hari yaitu ‘Bonus Demografi.’ Di mana bonus ini terdengar begitu menggiurkan bagi siapa saja yang mendengarnya. Kata Ferry Irwandi di kanal Youtubenya, “negara-negara adidaya rela melakukan apa saja demi mengejar bonus demografi ini, sedangkan Indonesia dengan jumlah penduduk 284 juta jiwa sedang mengalami hal ini hingga beberapa tahun ke depan.” Indonesia sebagai negara yang memiliki jumlah penduduk 284 juta jiwa, seluas hampir 2000 km². Kekayaan alam yang melimpah dari Sabang sampai Merauke, dari lautan dalam hingga daratan yang kaya. Tentu semua orang punya harapan yang besar tentang bonus demografi ini. Bonus demografi ini berarti bahwa lebih dari setengah penduduk di Indonesia ini sedang berada di usia produktif yaitu sekitar 15-64 tahun, maka...
  Saat Pulang Tak Lagi Sama (Fika Khairiah) Dia terus melangkah di antara puluhan pasang mata yang berkumpul, memperhatikan sosoknya yang menjadi penantian dari perantauan. Pikirannya kacau, wajahnya pucat, tubuhnya bergetar, dan matanya berlinang dengan langkah tertatih menuju tempat Sang Ayah terbaring, yang tertutup dengan sehelai kain. Dengan tangan yang gemetar, ia membuka kain itu. Jarinya menyentuh pipi, kepala, tangan. “Dingin,” pikirnya, disusul oleh tangisan yang akhirnya tak bisa lagi ia tahan. Satu... dua... tiga hari berlalu. Ketidakhadiran Sang Ayah masih terasa asing baginya. Ia mencoba menyadari, berusaha mengikhlaskan, tetapi nyatanya semua itu adalah bentuk adaptasi yang paling sulit. Ia terus mencari, menyusuri setiap sudut rumah yang menjadi saksi kehidupan Ayahnya. Ia membuka galeri ponsel, berharap menemukan kenangan, tapi hanya ada satu foto bersama. Tak ada video. Riwayat pesan pun hanya beberapa. Telepon? Bisa dihitung jari. Ia pun merebahkan tubuhn...
  Menemukan Kekuatan Dalam Kelemahan (Rahmatan) Kali ini benar-benar berat, banyak kejutan dari-Nya yang tak terduga. Lelah, tapi memaksa untuk terus berjalan. Rapuh, tapi memaksa untuk bertahan. Sering kali isi hati dan pikiran berjalan tidak seirama. “Ya Allah kata mereka amanah tidak pernah salah memilih pundak, Engkau memberi amanah itu karena Engkau percaya padaku. Maka jadikanlah aku percaya bahwa kasih sayang-Mu menguatkanku,” bisiknya lirih dalam doa. Awalnya aku mengira semuanya akan baik-baik saja, ternyata aku tak sekuat itu, Aku tidak selalu terlihat kuat. Setiap kali bertemu dengan hal yang tidak mengenakkan, kadang ada luka yang merelakan air mata keluar. Aku bukan orang yang hebat dalam menghadapi setiap masalah, kadang ada rasa ingin menyerah tiap kali bertemu peristiwa menyakitkan. “Aku hanya manusia biasa.” Tiap hari aku selalu berusaha berdamai dengan keadaan, aku terlalu memaksakan diri untuk menjadi orang yang baik-baik saja. Berpura-pura tertawa sa...
  Bertahan Saat Semua Terasa Hilang (An. Sitti Fasilah) "Meski langkahmu sempat tertatih dan hatimu penuh luka, kamu masih di sini berdiri. Itu artinya kamu kuat. Kamu bukan hanya bertahan, kamu sedang tumbuh, perlahan tapi pasti. Dunia mungkin tidak selalu adil, tapi kamu berhak bahagia, berhak pulih, dan berhak menemukan diri sendiri yang lebih utuh. Suatu hari nanti, kamu akan lihat ke belakang dan berkata: “Aku bangga sudah tidak menyerah.”" Saat dunia mengecil, aku belajar memeluk diri sendiri. Kita akan mempercayai dua hal dalam hidup ini, mengikhlaskan atau kamu yang harus pergi duluan. Aku tahu rasanya saat kamu sudah berusaha kuat, sudah berusaha jadi baik, sudah sabar, sudah gak banyak nuntut. Tapi tetap aja orang-orang yang harusnya jadi rumah, malah jadi hujan. Kamu capek ya? Sudah terlalu sering pura-pura kuat ya? Tapi… Menangis di hadapan Allah itu bukan kelemahan, itu bukti paling indah bahwa hatimu masih hidup. Bahwa kamu masih berharap, meski dun...