Ibadah Tak Lekang oleh Usia
(Ilma
Mutmainnah)
Ini tahun
keempatku menghabiskan bulan Ramadan bersama kakek dan nenek, dan selama empat
kali itu pula aku melihat bahwa semangat mereka dalam beribadah tak kalah
dengan pemuda-pemudi lainnya.
Walau sudah tak
sekuat ketika masih berumur 40-60 tahun, nenekku masih berusaha menunaikan salat
malam 11 rakaat itu tanpa absen selama bulan Ramadan, walaupun hanya bisa
menunaikannya di rumah, bukan di masjid seperti biasanya. Dia juga selalu bangun lebih awal, menyiapkan
makanan untuk sahur. Tak lupa membangunkan anak dan cucu-cucunya. Begitu pun ketika
berbuka puasa, dia menjadi yang pertama dan paling semangat menyiapkan
makanan untuk berbuka.
Berbeda dengan
kakekku yang masih sanggup dan kuat ke masjid, walau usianya sebentar lagi
mencapai angka 80 tahun, beliau selalu semangat melangkahkan kakinya menuju
masjid setiap azan berkumandang, bahkan dia ditunjuk menjadi Imam di masjid tersebut. Selama bulan Ramadan dia
tak pernah absen menunaikan salat tahajud di sepertiga malam, dan berusaha agar
bacaannya di setiap rakaat tak selalu sama dan mencapai satu halaman, walau
harus melihat mushaf karena beliau tak sanggup lagi menghafalkan Al-Qur’an,
ditemani dengan lampu yang terang dan mushafnya yang besar, karena matanya yang
rabun.
Melihat semangat
mereka yang tak lekang oleh usia, membuatku termotivasi dan berusaha
melaksanakan ibadah dengan baik, terutama di bulan Ramadan, yang pahalanya
berlipat, apalagi di malam Lailatul Qadr.
Mereka
mengingatkanku bahwa ibadah bukan soal usia muda atau tua, tapi soal hati yang
terus terhubung kepada Allah Ta’ala. Semoga kita bisa menjaga semangat seperti
ini, tak hanya di Ramadan, tapi juga setelahnya.

Komentar
Posting Komentar