Langsung ke konten utama

 Perjalanan Seorang Mahasiswi Menjemput Ilmu di Sekolah Tinggi Ilmu Islam dan Bahasa Arab Makassar

(Nurul Azizah)

Menjadi seorang mahasiswi di Sekolah Tinggi Ilmu Islam dan Bahasa Arab Makassar bukanlah hal yang mudah. Setiap hari adalah tantangan yang penuh perjuangan, baik fisik maupun mental. Namun, justru di sinilah saya belajar tentang hakikat kehidupan yang sejati, tentang kesabaran, dan tentang bagaimana ilmu yang bermanfaat bisa mengubah hidup seseorang. Di tempat ini, saya dan teman-teman tak hanya dibekali dengan pengetahuan akademik, tetapi juga dengan nilai-nilai spiritual yang membentuk karakter kami.

Sekolah ini mengajarkan saya bahwa menuntut ilmu bukan hanya soal menyelesaikan tugas dan ujian. Proses belajar di sini lebih dari sekadar teori, melainkan perjuangan yang melibatkan kesabaran, keikhlasan, dan pengorbanan. Setiap hari, kami disuguhkan dengan berbagai kegiatan yang padat. Mulai dari pelajaran di kelas, kegiatan taklim, hingga tugas-tugas dari ustazah yang tak jarang membuat kami merasa kelelahan.

Namun, inilah yang mengajarkan saya bahwa untuk mendapatkan ilmu yang bermanfaat, kita harus siap berjuang dengan penuh kesabaran. Sering kali, kami harus begadang untuk menyelesaikan tugas, menahan lapar saat waktu makan sudah berlalu, bahkan memaksakan diri untuk tetap hadir dalam kajian meski tubuh sudah lelah. Terkadang, rasanya dunia ini begitu berat untuk dipikul. Namun, di balik semua itu ada sebuah kebahagiaan yang luar biasa, yaitu ilmu yang kami dapatkan.

Ilmu yang kami pelajari tidak hanya sebatas pada bahasa Arab atau pelajaran yang lainnya. Setiap materi yang kami pelajari membawa kami lebih dekat kepada Allah, menguatkan iman kami yang kadang naik turun. Para asatidz di sini tidak hanya mengajarkan materi pelajaran, tetapi juga mengajak kami untuk selalu menjaga hati dan niat. Mereka mengingatkan kami bahwa ilmu yang sesungguhnya adalah ilmu yang bisa membawa kita menuju jalan yang lurus, ilmu yang mengantarkan kita kepada kedekatan dengan Sang Pencipta.

Setiap hari taklim yang kami hadiri menjadi sumber semangat baru. Walaupun kadang lelah dan ingin menyerah, kami selalu diingatkan bahwa perjuangan kami bukanlah sia-sia. Ada sebuah tujuan yang jauh lebih besar, yaitu untuk berdakwah dan memberikan manfaat bagi orang lain. Inilah yang membuat kami tetap bertahan, meskipun sering kali merasa tertekan dengan segala rutinitas yang ada.

Ada kalanya kami harus menahan rasa lapar karena waktu makan sudah lewat atau begadang hingga larut malam hanya untuk memahami materi yang diajarkan. Namun, setiap tetes keringat dan perjuangan itu terbayar dengan kebahagiaan yang tak terhingga saat ilmu itu mulai terserap dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Saat itulah saya merasa bahwa semuanya menjadi lebih berarti, bahwa setiap tantangan yang dihadapi adalah bagian dari proses untuk menjadikan kami lebih kuat. Kampus ini tidak hanya mengajarkan kami tentang pentingnya ilmu, tetapi juga tentang keteguhan hati dalam menghadapi cobaan. Kami diajarkan untuk sabar dalam menuntut ilmu, sabar dalam menghadapi tugas yang menumpuk, dan sabar dalam setiap langkah kehidupan. Di tempat ini, saya belajar bahwa kesabaran adalah kunci untuk meraih ilmu yang berkah, ilmu yang tidak hanya memberi manfaat di dunia, tetapi juga di akhirat.

Sekarang, saat berada di tengah perjalanan ini, saya semakin yakin bahwa semua yang kami jalani di sini adalah proses untuk menggapai tujuan yang lebih mulia. Ilmu yang kami dapatkan bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi untuk bisa berbagi dan berdakwah demi kemaslahatan umat. Seperti secangkir sabar yang kami seruput setiap hari, setiap tetesnya mengandung keberkahan yang akan membawa kami pada setangkai ilmu yang menguatkan.

Perjalanan menuntut ilmu ini memang tidak mudah, tetapi setiap langkah yang kami ambil di Sekolah Tinggi Ilmu Islam dan Bahasa Arab Makassar adalah langkah yang penuh makna. Kami belajar tidak hanya dengan akal, tetapi juga dengan hati. Kami berjuang, kami sabar, dan kami terus belajar untuk bisa memberikan manfaat bagi orang lain, demi agama dan umat.

Secangkir sabar, setangkai ilmu. Setiap hari kami menjemput ilmu dengan penuh kesabaran, karena kami tahu bahwa di balik setiap perjuangan, ada sebuah kebahagiaan yang jauh lebih besar, yaitu mendapatkan ilmu yang bermanfaat untuk kehidupan yang lebih baik.

 

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

  Dari Sudut Pandang Dia Kereta perjalanan akan segera berhenti di stasiun berikutnya, semakin dekat, semakin gelisah rasanya... Ada rasa sedih karena akan   berpisah dengan mereka, entah mengapa rasanya singkat, seakan perjalanan sangat cepat kulalui... Rasanya baru kemarin aku singgah di kereta perjalanan dakwah ini, rasanya baru kemarin aku ingin sekali turun di stasiun berikutnya, rasanya aku merasa asing dengan mereka, rasanya ada banyak rasa yang tercipta selama membersamai mereka, ternyata ada banyak hal baru yang kulalui bersama mereka, makan bersama, belajar bersama, jatuh dan bangun bersama... LPJA sebentar lagi, ingin rasanya membersamai lebih lama, namun ada hal lain yang harus kucapai di perjalanan ini, ada banyak amanah, namun harus memilih setelah banyak pertimbangan, pun kemarin sangat ingin menyudahi, terlebih partner sudah lebih dulu memilih berhenti dari perjalanan, namun ada beberapa orang yang akhirnya menjadi alasan bertahan di sini, diapun sebent...
  Ibu Tak Perlu Sayap untuk Menjadi Malaikat (Kaderia) Ibu, setiap kali aku bercerita tentangmu, air mataku tak mampu kubendung. Ia jatuh begitu saja, tanpa aba-aba, saat aku mengenang segala kerja kerasmu, rasa sakitmu, dan perjuanganmu demi anak-anakmu. Ibu, aku menulis ini bukan karena aku sedih tapi karena aku sangat bangga memiliki sosok sepertimu, mungkin dunia tak tahu betapa hebatnya dirimu dalam mengusahakan segalanya demi kebahagiaanku. Hai, teman-teman... Izinkan aku bercerita sedikit tentang malaikat tanpa sayap yang kumiliki. Dia bukan wanita karier, bukan pula pejabat, ia adalah ibu rumah tangga biasa yang luar biasa. Ketangguhannya tak bisa diukur hanya dari status atau jabatan, melainkan dari kasih sayang dan pengorbanan yang tak ternilai. Setiap pagi, ia memulai harinya lebih awal dari siapa pun di rumah. Sarapan disiapkan dengan telaten, memastikan keluarganya memulai hari dengan penuh energi. Begitu anak-anaknya melangkah ke sekolah, ia tak lantas beris...
  Penjara Bagi Orang-orang Beriman (Andi Meranti) Apakah kalian pernah mendengar istilah ‘Dunia adalah Penjara Bagi Orang-Orang Beriman’? Pada awalnya aku menganggap bahwa itu hanyalah istilah yang dibuat oleh mereka-mereka yang taat beragama. Namun setelah merasakannya sendiri, barulah aku menyadari bahwa istilah itu memang benar adanya. Islam dikenal dengan banyaknya aturan, perintah-perintah yang harus dilaksanakan, serta larangan-larangan yang wajib ditinggalkan. Aku yakin sejak kecil kita semua pasti sudah pernah diajarkan dasar-dasar agama—entah itu dari orang tua, guru-guru di sekolah, atau para ustaz dan ustazah di tempat mengaji. “Kita harus rajin salat supaya masuk surga.” “Kalau tidak pakai jilbab berdosa loh… nanti masuk Neraka.” Kalimat-kalimat tersebut pasti sudah tidak asing di telinga kita. Kalimat yang menjadi ‘senjata’ andalan para orang tua, dan ajaibnya ampuh membuat kita patuh pada perintah mereka kala itu. Namun seiring bertambahnya usia dan berk...