Langsung ke konten utama

Postingan

  PESAN DIBALIK SATU NAMA (Nur Fadhilah) Di saat tenang, amanah itu kembali menyapa. Meminta segala sesuatu yang aku tak tahu apakah aku bisa. Setiap datang terkesan memaksa meski sudah menolak dengan cara tak biasa. Hari berganti begitu saja, tak peduli seberapa berat apa yang berada di pundak ini. Egois rupanya waktu jika kita belum begitu mengenalnya. Namun di saat kita mulai memahami segala sesuatu, akan ada masa di mana kita mampu untuk terus maju. Ingin rasanya semua berjalan cepat, tanpa proses   yang terus mendesak. Jika aku bingung bagaimana cara berhenti, justru lebih bingung menjawab pertanyaan kenapa bisa bertahan sampai saat ini. Lelah itu sudah pasti dan hal yang aku takuti kapan saja bisa   terjadi. Rasa sedih, senang, marah, bercampur aduk setiap hari mengisi ruang hati seiring waktu berjalan tiada henti. Hal itu rupanya akan terlupa dan tak akan tersimpan secara abadi. Akhir dari pesan di balik namaku ini, kuharap bisa terus bertahan mengikuti s...
Postingan terbaru
  Menunaikan Janji Mulia (Azizah Yunus) Aku sebagai anak yang diharapkan agar terwujudnya cita-cita mulia kedua orang tua yang belum tertuntaskan. Mereka menggantungkan harapan pada sebuah sepasang mahkota kemuliaan yang dijanjikan oleh para penghafal Al-Qur’an di akhirat kelak. Impian dan cita-cita yang harus kuperjuangkan demi kebahagiaan mereka. Walau berbeda dengan anak-anak yang banyak mendapatkan penghargaan yang istimewa atas prestasi yang mereka miliki. Akan tetapi, perjuanganku aku hadiahkan sebagai penghargaan yang mulia buat kedua orang tuaku. Walau nyaris menyerah, tapi  ada doa yang selalu membuatku bertahan, yaitu doa ibuku yang tulus. Aku memulai menghafal Al-Qur’an sejak duduk dibangku kelas 6 MI. Pada saat itu ada sebuah acara ORMAS Muslimah di kampungku yaitu MWC Pituaparus. Mereka mengadakan acara khusus buat anak-anak seusiaku, pada saat itu yakni Tahfidz Qur’an Cilik angkatan pertama. Di acara ini aku mulai memiliki teman bahkan menjadi sahabat pen...
  Sibuk Sekarang, Rindu Kemudian (Wahana Sakhwa) Kadang aku bertanya pada diri sendiri: “Kenapa ya, hidup di asrama rasanya capek banget?” Subuh dibangunkan untuk salat, dilanjut tahfidz yaumiyah , lalu kuliah. Belum lagi kegiatan kampus, tugas, musyawarah , piket harian, sampai  terkadang... menangis diam-diam di ranjang sambil berpikir, “Hidup ini kenapa sibuk banget yah?” Namun, di tengah semua itu, aku tetap menjalani semuanya.  Karena aku tahu, semua ini akan selesai. Karena aku percaya, di balik kesibukan ini, ada proses yang sedang membentuk aku. Dan meskipun berat aku tidak sendiri. Hawa nafsu kadang mengajak istirahat sampai kebablasan, entah mengajak tidur saat ada kegiatan yang seharusnya dihadiri, atau menunda-nunda tugas yang ada. Terkadang aku kalah. Tapi, ada juga hari-hari di mana aku menang melawannya. Dan kemenangan dari melawan hawa nafsu itu rasanya sangat tenang. Istiqamah memang tidak pernah mudah, tapi setiap kali kita berhasil menahan diri ...
  Menjadikannya Pelita di Setiap Langkah (Alya To’oly) Dalam kehidupan yang dipenuhi hiruk-pikuk dunia, Al-Qur’an hadir bukan sekadar sebagai bacaan suci yang dilantunkan di waktu-waktu tertentu, tapi sebagai cahaya yang membimbing hati, akal, dan perbuatan. Ia adalah surat cinta dari Allah kepada hamba-Nya—penuh petunjuk, rahmat, dan ketenangan bagi siapa saja yang mau mendekat. Al-Qur’an bukan hanya untuk dibaca, tapi untuk direnungi, dijadikan teman harian, dan dicintai dengan seluruh hati. Rasulullah ï·º telah menunjukkan kepada kita bahwa Al-Qur’an bukan sekadar teks yang dihafal, melainkan kehidupan yang dijalani. Akhlak beliau adalah perwujudan dari isi Al-Qur’an itu sendiri. Maka hidup yang terikat dengan Al-Qur’an adalah hidup yang sarat makna: di setiap langkah, ada tuntunan; di setiap keresahan, ada penenang; dan dalam setiap pilihan, ada cahaya yang menunjukkan mana jalan yang Allah ridai. Memang tidak selalu mudah untuk menjaga hubungan yang konsisten dengan Al-...
  Ibu Tak Perlu Sayap untuk Menjadi Malaikat (Kaderia) Ibu, setiap kali aku bercerita tentangmu, air mataku tak mampu kubendung. Ia jatuh begitu saja, tanpa aba-aba, saat aku mengenang segala kerja kerasmu, rasa sakitmu, dan perjuanganmu demi anak-anakmu. Ibu, aku menulis ini bukan karena aku sedih tapi karena aku sangat bangga memiliki sosok sepertimu, mungkin dunia tak tahu betapa hebatnya dirimu dalam mengusahakan segalanya demi kebahagiaanku. Hai, teman-teman... Izinkan aku bercerita sedikit tentang malaikat tanpa sayap yang kumiliki. Dia bukan wanita karier, bukan pula pejabat, ia adalah ibu rumah tangga biasa yang luar biasa. Ketangguhannya tak bisa diukur hanya dari status atau jabatan, melainkan dari kasih sayang dan pengorbanan yang tak ternilai. Setiap pagi, ia memulai harinya lebih awal dari siapa pun di rumah. Sarapan disiapkan dengan telaten, memastikan keluarganya memulai hari dengan penuh energi. Begitu anak-anaknya melangkah ke sekolah, ia tak lantas beris...
  Penjara Bagi Orang-orang Beriman (Andi Meranti) Apakah kalian pernah mendengar istilah ‘Dunia adalah Penjara Bagi Orang-Orang Beriman’? Pada awalnya aku menganggap bahwa itu hanyalah istilah yang dibuat oleh mereka-mereka yang taat beragama. Namun setelah merasakannya sendiri, barulah aku menyadari bahwa istilah itu memang benar adanya. Islam dikenal dengan banyaknya aturan, perintah-perintah yang harus dilaksanakan, serta larangan-larangan yang wajib ditinggalkan. Aku yakin sejak kecil kita semua pasti sudah pernah diajarkan dasar-dasar agama—entah itu dari orang tua, guru-guru di sekolah, atau para ustaz dan ustazah di tempat mengaji. “Kita harus rajin salat supaya masuk surga.” “Kalau tidak pakai jilbab berdosa loh… nanti masuk Neraka.” Kalimat-kalimat tersebut pasti sudah tidak asing di telinga kita. Kalimat yang menjadi ‘senjata’ andalan para orang tua, dan ajaibnya ampuh membuat kita patuh pada perintah mereka kala itu. Namun seiring bertambahnya usia dan berk...
  Ibadah Tak Lekang oleh Usia (Ilma Mutmainnah)             Ini tahun keempatku menghabiskan bulan Ramadan bersama kakek dan nenek, dan selama empat kali itu pula aku melihat bahwa semangat mereka dalam beribadah tak kalah dengan pemuda-pemudi lainnya.             Walau sudah tak sekuat ketika masih berumur 40-60 tahun, nenekku masih berusaha menunaikan salat malam 11 rakaat itu tanpa absen selama bulan Ramadan, walaupun hanya bisa menunaikannya di rumah, bukan di masjid seperti biasanya.  Dia juga selalu bangun lebih awal, menyiapkan makanan untuk sahur. Tak lupa membangunkan anak dan cucu-cucunya. Begitu pun ketika berbuka puasa, dia menjadi yang pertama dan paling semangat menyiapkan makanan  untuk berbuka.             Berbeda dengan kakekku yang masih sanggup dan kuat ke masjid, walau usianya seben...