Kusebut Ibu Setengah sadar mata melirik ke kiri Sosok paruh baya menghadap cermin Merapikan jilbab tanpa bersolek Berbalik arah menuju pintu keluar Pagi hari tumpukan piring menemani Debu dan pasir disapu berulang kali Ada sakit tapi tak memilih menepi Sungguh tak berguna daku sejak dini Dulu sepiring berdua adalah aktivitas paling berarti Sekarang tak sama serta waktu yang berbeda kita makan bersama bincang dan debat Ibu baik jika ada uang jajan, kemudian kita tertawa Telah dewasa si Dini yang kecil itu Telah berakal si Dini yang kecil itu Telah jauh si Dini yang kecil itu Tersisa bayang dan sepasang sepatu Ibu rindu Menjelang sore kelapa itu di parut, diperas dan dipisah dari yang lainnya Sekilo terigu dan beberapa butir telur untuk lima puluh ribu esok hari Ku sebut ibu, mata yang menangis tapi sembunyi Amarah membara tapi tetap sembunyi Kesulitan semakin mencekik tapi masih saja sembunyi Masih saja setia menanti bunyi, berita pulangnya seorang bayi Kusebut ib...