Langsung ke konten utama

Kusebut Ibu


Kusebut Ibu

Setengah sadar mata melirik ke kiri
Sosok paruh baya menghadap cermin
Merapikan jilbab tanpa bersolek 
Berbalik arah menuju pintu keluar

Pagi hari tumpukan piring menemani
Debu dan pasir disapu berulang kali
Ada sakit tapi tak memilih menepi
Sungguh tak berguna daku sejak dini

Dulu sepiring berdua adalah aktivitas paling berarti
Sekarang tak sama serta waktu yang berbeda 
kita makan bersama bincang dan debat
Ibu baik jika ada uang jajan, kemudian kita tertawa

Telah dewasa si Dini yang kecil itu
Telah berakal si Dini yang kecil itu
Telah jauh si Dini yang kecil itu
Tersisa bayang dan sepasang sepatu
Ibu rindu

Menjelang sore kelapa itu di parut, diperas dan dipisah dari yang lainnya
Sekilo terigu dan beberapa butir telur untuk lima puluh ribu esok hari

Ku sebut ibu, mata yang menangis tapi sembunyi
Amarah membara tapi tetap sembunyi
Kesulitan semakin mencekik tapi masih saja sembunyi
Masih saja setia menanti bunyi, berita pulangnya seorang bayi

Kusebut ibu, pukul sebelas yang terbilang larut 
Tak kunjung tidur padahal mata mulai cemberut
Menunggu putri yang pernah tinggal di dalam perut 
Ditemani bisikan angin ribut

"Ibu kenapa?" Tanyaku
Semoga besok adalah hari baik, semoga besok Aku bisa melukmu.

Sahabat Pena
Mahasiswi Putri Stiba Makassar angkatan 2018

Komentar

Postingan populer dari blog ini

  Dari Sudut Pandang Dia Kereta perjalanan akan segera berhenti di stasiun berikutnya, semakin dekat, semakin gelisah rasanya... Ada rasa sedih karena akan   berpisah dengan mereka, entah mengapa rasanya singkat, seakan perjalanan sangat cepat kulalui... Rasanya baru kemarin aku singgah di kereta perjalanan dakwah ini, rasanya baru kemarin aku ingin sekali turun di stasiun berikutnya, rasanya aku merasa asing dengan mereka, rasanya ada banyak rasa yang tercipta selama membersamai mereka, ternyata ada banyak hal baru yang kulalui bersama mereka, makan bersama, belajar bersama, jatuh dan bangun bersama... LPJA sebentar lagi, ingin rasanya membersamai lebih lama, namun ada hal lain yang harus kucapai di perjalanan ini, ada banyak amanah, namun harus memilih setelah banyak pertimbangan, pun kemarin sangat ingin menyudahi, terlebih partner sudah lebih dulu memilih berhenti dari perjalanan, namun ada beberapa orang yang akhirnya menjadi alasan bertahan di sini, diapun sebent...
 Manusia Hebat  For You ..... Teruntuk jiwa yang selalu kuat di tiap keadaan. Hi? Sudah bersyukur belum kamu untuk kemarin dan hari ini? Kamu baik-baik aja kan? Atau kamu bahkan sedang terluka? Sedang sedih? Bahkan lupa bersyukur? Dan sayang sama diri sendiri? Aku cuman mau bilang gini, semua ada takarannya masing-masing loh, kamu nggak mungkin bahagia selalu, dan juga tidak mungkin akan sedih terus. Anggap saja semua masalah itu bagian dari jalan kehidupan yang akan membuat kamu jadi dewasa. Kalau manusia yang lain tidak pernah bisa bikin kamu bahagia, jangan lupa kamu punya penciptamu ada Allah yang selalu bersamamu dan ada dirimu sendiri. Allah tidak akan pernah buat kamu kecewa, olehnya jangan terlalu berlarut dalam kesedihan, ya. Senyum yah, senyum yang lebar. Kalaupun kamu merasa capek wajar kok, tidak masalah, itu suatu hal yang wajar dialami oleh semua manusia. Katakan pada dirimu kamu itu sempurna, ciptakan bahagiamu jangan tunggu dan berharap dari orang lai...
  Ibu Tak Perlu Sayap untuk Menjadi Malaikat (Kaderia) Ibu, setiap kali aku bercerita tentangmu, air mataku tak mampu kubendung. Ia jatuh begitu saja, tanpa aba-aba, saat aku mengenang segala kerja kerasmu, rasa sakitmu, dan perjuanganmu demi anak-anakmu. Ibu, aku menulis ini bukan karena aku sedih tapi karena aku sangat bangga memiliki sosok sepertimu, mungkin dunia tak tahu betapa hebatnya dirimu dalam mengusahakan segalanya demi kebahagiaanku. Hai, teman-teman... Izinkan aku bercerita sedikit tentang malaikat tanpa sayap yang kumiliki. Dia bukan wanita karier, bukan pula pejabat, ia adalah ibu rumah tangga biasa yang luar biasa. Ketangguhannya tak bisa diukur hanya dari status atau jabatan, melainkan dari kasih sayang dan pengorbanan yang tak ternilai. Setiap pagi, ia memulai harinya lebih awal dari siapa pun di rumah. Sarapan disiapkan dengan telaten, memastikan keluarganya memulai hari dengan penuh energi. Begitu anak-anaknya melangkah ke sekolah, ia tak lantas beris...