Langsung ke konten utama

 Engkaulah Pembawa Perubahan itu


Hati yang masih terpaut dengan urusan dunia.

Dan diri yang masih saja terus mendahulukan kepentingan dan urusan dunia.

Yang dilakukan hanya semata mengharapkan pujian dari manusia.

Melakukan sesuatu yang baik hanya untuk dunia, dunia, dunia, dan dunia.

Lalu

Pantaskah perubahan itu dimulai dari dirimu?

Lihatlah sejenak keadaan negri ini! Berpikirlah sejenak untuk itu! Engkau yang selalu merasa tidak suka akan hal yang telah terjadi saat ini, namun di lain sisi perlakuanmu seakan acuh akan hal itu semua. Lalu siapakah yang kau harap akan menjadi pengubah untuk hal baik yang kau inginkan terjadi di negri ini? Siapalah yang akan memulai? Jika semua hanya pandai dengan komentarnya namun tak mau ikut andil dalam prosesnya, yah itulah kita saat ini hanya bisa mengkritik.

Untukmu saudara muslimahku,

Engkau adalah harapan perubahan untuk umat ini

Engkaulah harapan karena dari dirimulah akan lahir pejuang agama Allah Maka pantaskanlah dirimu! Jagalah segala aktivitasmu engan harapan yang mulia, Jagalah harga dirimu! Sebagai awal pembawa perubahan itu, Jaga iffahmu, jaga dirimu! Engkau tertutup namun bukan berarti tidak ada. Engkau tertutup, namun dari dirimulah akan terlahir generasi penerus yang akan membawa perubahan itu.

Pantaskanlah perubahan itu dimulai dari dirimu, jangan lagi hanya menjadi seperti mereka yang hanya bisa mengkritik, kepada siapa lagi akan kau harapkan jika bukan dirimu yang memulai dari sekarang.

Terdengar sangat mustahil namun bukankah tidak ada kata mustahil bagi Allah. Bukan berarti Aku tidak pernah menjadi salah satu dari yang mengkritik itu, tapi inilah sedikit pengingat serta harapann untuk diri sendiri dan semoga tersampaikan padamu...

Dari saudarimu dengan sejuta mimpinya akan perubahan yang lebih baik untuk negri tercinta-Nya.

🖋️Nuraely M💜

Komentar

Postingan populer dari blog ini

  Dari Sudut Pandang Dia Kereta perjalanan akan segera berhenti di stasiun berikutnya, semakin dekat, semakin gelisah rasanya... Ada rasa sedih karena akan   berpisah dengan mereka, entah mengapa rasanya singkat, seakan perjalanan sangat cepat kulalui... Rasanya baru kemarin aku singgah di kereta perjalanan dakwah ini, rasanya baru kemarin aku ingin sekali turun di stasiun berikutnya, rasanya aku merasa asing dengan mereka, rasanya ada banyak rasa yang tercipta selama membersamai mereka, ternyata ada banyak hal baru yang kulalui bersama mereka, makan bersama, belajar bersama, jatuh dan bangun bersama... LPJA sebentar lagi, ingin rasanya membersamai lebih lama, namun ada hal lain yang harus kucapai di perjalanan ini, ada banyak amanah, namun harus memilih setelah banyak pertimbangan, pun kemarin sangat ingin menyudahi, terlebih partner sudah lebih dulu memilih berhenti dari perjalanan, namun ada beberapa orang yang akhirnya menjadi alasan bertahan di sini, diapun sebent...
  Ibu Tak Perlu Sayap untuk Menjadi Malaikat (Kaderia) Ibu, setiap kali aku bercerita tentangmu, air mataku tak mampu kubendung. Ia jatuh begitu saja, tanpa aba-aba, saat aku mengenang segala kerja kerasmu, rasa sakitmu, dan perjuanganmu demi anak-anakmu. Ibu, aku menulis ini bukan karena aku sedih tapi karena aku sangat bangga memiliki sosok sepertimu, mungkin dunia tak tahu betapa hebatnya dirimu dalam mengusahakan segalanya demi kebahagiaanku. Hai, teman-teman... Izinkan aku bercerita sedikit tentang malaikat tanpa sayap yang kumiliki. Dia bukan wanita karier, bukan pula pejabat, ia adalah ibu rumah tangga biasa yang luar biasa. Ketangguhannya tak bisa diukur hanya dari status atau jabatan, melainkan dari kasih sayang dan pengorbanan yang tak ternilai. Setiap pagi, ia memulai harinya lebih awal dari siapa pun di rumah. Sarapan disiapkan dengan telaten, memastikan keluarganya memulai hari dengan penuh energi. Begitu anak-anaknya melangkah ke sekolah, ia tak lantas beris...
  Penjara Bagi Orang-orang Beriman (Andi Meranti) Apakah kalian pernah mendengar istilah ‘Dunia adalah Penjara Bagi Orang-Orang Beriman’? Pada awalnya aku menganggap bahwa itu hanyalah istilah yang dibuat oleh mereka-mereka yang taat beragama. Namun setelah merasakannya sendiri, barulah aku menyadari bahwa istilah itu memang benar adanya. Islam dikenal dengan banyaknya aturan, perintah-perintah yang harus dilaksanakan, serta larangan-larangan yang wajib ditinggalkan. Aku yakin sejak kecil kita semua pasti sudah pernah diajarkan dasar-dasar agama—entah itu dari orang tua, guru-guru di sekolah, atau para ustaz dan ustazah di tempat mengaji. “Kita harus rajin salat supaya masuk surga.” “Kalau tidak pakai jilbab berdosa loh… nanti masuk Neraka.” Kalimat-kalimat tersebut pasti sudah tidak asing di telinga kita. Kalimat yang menjadi ‘senjata’ andalan para orang tua, dan ajaibnya ampuh membuat kita patuh pada perintah mereka kala itu. Namun seiring bertambahnya usia dan berk...