Langsung ke konten utama

Ketukan Kecil

Iman itu...bertambah dan berkurang.

Dalam perjalanan menuntut ilmu ini, terkadang kita pasti merasa lelah dan hanya ingin berbaring saja.

Hari ini aku akan berbagi kisah yang dengannya aku harap dapat menambah semangat belajar yang mengendor ini. Kisah ini datang dari anak 6 tahunan dengan semangatnya dalam belajar.

Dia terus mengulang-ulang ayat ke-5 dari Surah al-Lail diiringi ketukan-ketukan kecil dari Sang Guru mengisyaratkan bahwa dia melalukan kesalahan. Berkali1-kali, tidak hanya sekali dia melakukan kesalahan seperti ini, hingga Sang Guru terkadang meninggikan suaranya. Entah bagaimana caranya menghafal sampai kesalahan yang terjadi di hari-hari sebelumnya masih saja terulang. Jika temannya dapat menyelesaikan dua baris hafalan dalam sehari, maka dia membutuhkan sepekan untuk menyelesaikan 2 baris itu.

Menariknya, dia tidak pernah merasa rendah ketika mendapatkan teguran, dia juga tidak pernah membolos walau hanya sehari. Dia bahkan selalu datang lebih awal dibanding temannya yang lain. Bahkan di hari ini, di hari langit menumpahkan isinya, dia muncul dengan pakaian yang basah dan tangan yang terangkat sebagai payung, menembus derasnya hujan. Padahal Sang Guru hendak menutup pintu mengira tidak akan ada yang datang untuk mengaji. Saat melihatnya datang dengan senyuman di wajah kecilnya, aku menyadari bahwa dalam tubuh kecil itu ada semangat yang begitu besar. Ketulusan, keikhlasan dan kegigihan sungguh terpancar dari kedua matanya.

Semangat itu mampu membuat diri ini kagum dan iri. Padahal dia hanyalah anak kecil, tapi semangatnya mengalahkan semangat kita yang sering mengeluh ini.

Padahal kita lebih dan lebih dari anak kecil itu, tapi kenapa semangat kita tak sebesar itu?!

Aku harap, kisah ini dapat menambah semangat kita dalam menuntut ilmu.

Aku harap, ketika semangat kita sedang mengendor, kita mengingat pakaiannya yang basah menembus derasnya hujan untuk menuntut ilmu.

Aku harap, kita semua selalu menunjukkan semangat dan kegigihan dalam menuntut ilmu.

🖋️Annisa Fahda Husein 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

  Dari Sudut Pandang Dia Kereta perjalanan akan segera berhenti di stasiun berikutnya, semakin dekat, semakin gelisah rasanya... Ada rasa sedih karena akan   berpisah dengan mereka, entah mengapa rasanya singkat, seakan perjalanan sangat cepat kulalui... Rasanya baru kemarin aku singgah di kereta perjalanan dakwah ini, rasanya baru kemarin aku ingin sekali turun di stasiun berikutnya, rasanya aku merasa asing dengan mereka, rasanya ada banyak rasa yang tercipta selama membersamai mereka, ternyata ada banyak hal baru yang kulalui bersama mereka, makan bersama, belajar bersama, jatuh dan bangun bersama... LPJA sebentar lagi, ingin rasanya membersamai lebih lama, namun ada hal lain yang harus kucapai di perjalanan ini, ada banyak amanah, namun harus memilih setelah banyak pertimbangan, pun kemarin sangat ingin menyudahi, terlebih partner sudah lebih dulu memilih berhenti dari perjalanan, namun ada beberapa orang yang akhirnya menjadi alasan bertahan di sini, diapun sebent...
  Ibu Tak Perlu Sayap untuk Menjadi Malaikat (Kaderia) Ibu, setiap kali aku bercerita tentangmu, air mataku tak mampu kubendung. Ia jatuh begitu saja, tanpa aba-aba, saat aku mengenang segala kerja kerasmu, rasa sakitmu, dan perjuanganmu demi anak-anakmu. Ibu, aku menulis ini bukan karena aku sedih tapi karena aku sangat bangga memiliki sosok sepertimu, mungkin dunia tak tahu betapa hebatnya dirimu dalam mengusahakan segalanya demi kebahagiaanku. Hai, teman-teman... Izinkan aku bercerita sedikit tentang malaikat tanpa sayap yang kumiliki. Dia bukan wanita karier, bukan pula pejabat, ia adalah ibu rumah tangga biasa yang luar biasa. Ketangguhannya tak bisa diukur hanya dari status atau jabatan, melainkan dari kasih sayang dan pengorbanan yang tak ternilai. Setiap pagi, ia memulai harinya lebih awal dari siapa pun di rumah. Sarapan disiapkan dengan telaten, memastikan keluarganya memulai hari dengan penuh energi. Begitu anak-anaknya melangkah ke sekolah, ia tak lantas beris...
  Penjara Bagi Orang-orang Beriman (Andi Meranti) Apakah kalian pernah mendengar istilah ‘Dunia adalah Penjara Bagi Orang-Orang Beriman’? Pada awalnya aku menganggap bahwa itu hanyalah istilah yang dibuat oleh mereka-mereka yang taat beragama. Namun setelah merasakannya sendiri, barulah aku menyadari bahwa istilah itu memang benar adanya. Islam dikenal dengan banyaknya aturan, perintah-perintah yang harus dilaksanakan, serta larangan-larangan yang wajib ditinggalkan. Aku yakin sejak kecil kita semua pasti sudah pernah diajarkan dasar-dasar agama—entah itu dari orang tua, guru-guru di sekolah, atau para ustaz dan ustazah di tempat mengaji. “Kita harus rajin salat supaya masuk surga.” “Kalau tidak pakai jilbab berdosa loh… nanti masuk Neraka.” Kalimat-kalimat tersebut pasti sudah tidak asing di telinga kita. Kalimat yang menjadi ‘senjata’ andalan para orang tua, dan ajaibnya ampuh membuat kita patuh pada perintah mereka kala itu. Namun seiring bertambahnya usia dan berk...