Langsung ke konten utama

Bangkit dengan Kefuturan



Sudah sekian pekan tarbiyah tidak berjalan. Maka bertamulah futur pada sebuah jiwa. Gelisah dengan keadaan imannya, dia pun meluapkan emosi dengan rangkaian katanya. Dia berkata, 

"Hancur, patah, hilang dan tak beraturan. Mungkin ini bisa mendefinisikan keadaan imanku saat ini. Semua larut dalam nafsu, bagai angin kencang yang menjatuhkan pohon tinggi. Sesal? Tentu ada. Namun sayang, berkali-kali seperti itu. Miris, mau sampai kapan begini? Aku kira umur 20 tahun adalah masa matang bagiku, ternyata tidak. Umur 20 seperti tunas yang baru akan berubah menjadi tumbuhan baru. Seperti ada dua kepribadian dalam satu tubuh. Walaupun begitu, tetap semangat dan semoga lekas sembuh."


Berkali-kali jatuh pada kesalahan, kemudian bangkit lagi. Begitu seterusnya, hingga tiba pada pekan kedua perkuliahan, tarbiyah mulai berjalan. Ada sebuah jiwa yang sedikit terbuka hatinya. Tersadar, mengapa selama ini setiap panjatan doa untuk jiwanya selalu jatuh di lubang yang sama. Ternyata satu saja kekurangan pada jiwa itu. Apa dia? Al-Mujahadah. Selalu meminta ini dan itu tapi tidak ada usaha. Maka jangan heran akan jatuh di lubang yang sama. Mujahadah yang dimilikinya untuk menjadi golongan orang-orang yang dicintai oleh Allah itu belum ada. 


Hingga suatu ketika sang Murobbiyah mengatakan, "Jangan pernah mengejar cinta manusia. Tapi cintailah Allah hingga Dia mencintai kita"

Beliau juga menyebutkan diantara orang-orang yang dicintai Allah yaitu;

1. Orang-orang yang selalu bertaubat

2. Orang-orang yang selalu bersuci dan menjaga wudhunya

3. Orang-orang yang adil

4. Orang-orang yang bertakwa

5. Orang-orang yang senang melakukan kebaikan


Tinggal pilih. Semua ada di tanganmu. Sebab kamu adalah seorang pemuda dan pemuda identik dengan ilmu dan takwa. Semoga Allah menyadarkan jiwa-jiwa futur itu.



✒️Adinda Nasyithah

Mahasiswi STIBA Makassar Angkatan 2020

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

  Dari Sudut Pandang Dia Kereta perjalanan akan segera berhenti di stasiun berikutnya, semakin dekat, semakin gelisah rasanya... Ada rasa sedih karena akan   berpisah dengan mereka, entah mengapa rasanya singkat, seakan perjalanan sangat cepat kulalui... Rasanya baru kemarin aku singgah di kereta perjalanan dakwah ini, rasanya baru kemarin aku ingin sekali turun di stasiun berikutnya, rasanya aku merasa asing dengan mereka, rasanya ada banyak rasa yang tercipta selama membersamai mereka, ternyata ada banyak hal baru yang kulalui bersama mereka, makan bersama, belajar bersama, jatuh dan bangun bersama... LPJA sebentar lagi, ingin rasanya membersamai lebih lama, namun ada hal lain yang harus kucapai di perjalanan ini, ada banyak amanah, namun harus memilih setelah banyak pertimbangan, pun kemarin sangat ingin menyudahi, terlebih partner sudah lebih dulu memilih berhenti dari perjalanan, namun ada beberapa orang yang akhirnya menjadi alasan bertahan di sini, diapun sebent...
 Manusia Hebat  For You ..... Teruntuk jiwa yang selalu kuat di tiap keadaan. Hi? Sudah bersyukur belum kamu untuk kemarin dan hari ini? Kamu baik-baik aja kan? Atau kamu bahkan sedang terluka? Sedang sedih? Bahkan lupa bersyukur? Dan sayang sama diri sendiri? Aku cuman mau bilang gini, semua ada takarannya masing-masing loh, kamu nggak mungkin bahagia selalu, dan juga tidak mungkin akan sedih terus. Anggap saja semua masalah itu bagian dari jalan kehidupan yang akan membuat kamu jadi dewasa. Kalau manusia yang lain tidak pernah bisa bikin kamu bahagia, jangan lupa kamu punya penciptamu ada Allah yang selalu bersamamu dan ada dirimu sendiri. Allah tidak akan pernah buat kamu kecewa, olehnya jangan terlalu berlarut dalam kesedihan, ya. Senyum yah, senyum yang lebar. Kalaupun kamu merasa capek wajar kok, tidak masalah, itu suatu hal yang wajar dialami oleh semua manusia. Katakan pada dirimu kamu itu sempurna, ciptakan bahagiamu jangan tunggu dan berharap dari orang lai...
  Ibu Tak Perlu Sayap untuk Menjadi Malaikat (Kaderia) Ibu, setiap kali aku bercerita tentangmu, air mataku tak mampu kubendung. Ia jatuh begitu saja, tanpa aba-aba, saat aku mengenang segala kerja kerasmu, rasa sakitmu, dan perjuanganmu demi anak-anakmu. Ibu, aku menulis ini bukan karena aku sedih tapi karena aku sangat bangga memiliki sosok sepertimu, mungkin dunia tak tahu betapa hebatnya dirimu dalam mengusahakan segalanya demi kebahagiaanku. Hai, teman-teman... Izinkan aku bercerita sedikit tentang malaikat tanpa sayap yang kumiliki. Dia bukan wanita karier, bukan pula pejabat, ia adalah ibu rumah tangga biasa yang luar biasa. Ketangguhannya tak bisa diukur hanya dari status atau jabatan, melainkan dari kasih sayang dan pengorbanan yang tak ternilai. Setiap pagi, ia memulai harinya lebih awal dari siapa pun di rumah. Sarapan disiapkan dengan telaten, memastikan keluarganya memulai hari dengan penuh energi. Begitu anak-anaknya melangkah ke sekolah, ia tak lantas beris...