Langsung ke konten utama

Bersyukur dan Berbenah



Nikmat yang kuasa tercurah tanpa sekat, 

Pertolongan-Nya senantiasa dekat, 

Naungan kasih sayang-Nya meliputi semesta, 

Dan tak ada yang mampu mendebat. 

Sungguh hebat! 

Nikmat-Nya tercurah tanpa rehat. 

Namun syukur dan sadar belum seperempat, 

Dan masih mengalir keluh, kesah, dan umpat. 

Di antara segala naungan nikmat yang terus merapat, 

Di tengah fasilitas lengkap, jiwa kuat, dan tubuh yang sehat,

Sungguh nikmat yang akurat, 

Untuk syukur yang tengah sekarat. 

Jadi teringat dengan satu ayat yang berkali-kali terulang dalam surah yang banyak digemari orang-orang. 

Memang sangat indah terdengar saat dilantunkan, tatanan ayatnya mengagumkan. 

Namun, tak banyak orang yang ingin menelaah keindahan makna ayat yang berada di surah Ar-Rahman itu. 

Nikmat Tuhan yang mana lagikah yang kamu dustakan?” 

Ayat ini terulang hingga 31 kali dalam surah yang agung itu. 

Lalu, apa kabar hati setelah membacanya? 

Apakah pernah menelaah? 

Apakah sempat muhasabah? 

Ataukah hanya sebatas menoleh ke deretan ayat indahnya? 

Lalu, menutup mata pada maknanya yang menuntun untuk berbenah? 


Hai diri...

Mungkin lisan pernah berterima kasih atas kasih yang pengasih. 

Mungkin saja jiwa pernah giat dalam ibadah sebagai tanda syukur atas karunia-Nya yang bahagia. 

Tapi, pernahkah berpikir untuk menjelajahi rana syukur? 

Namun, apakah nikmat yang melimpah sudah cukup dengan kata pernah? 

Ataukah cukup dengan kata sebatas untuk sesuatu yang tidak terbatas? 

Duhai diri... 

Yuk, mulai dari dasar untuk mengaplikasikan rasa syukur yang besar, pada jalur dan alur yang benar, dengan kesadaran mengakar dan berbunga mekar. 

Yuk, kita coba tarik kedua bibir. 

Berikan senyuman manis pada hari-harimu. 

Lantunkan syukur "alhamdulillah" pada tiap kondisimu. 

Tanamkan husnudzon dalam tiap alur pikirmu. 

Serta cukuplah Allah yang menjadi pendengar setiap keluh kesah dan resahmu. 

Karena kita yakin dan percaya bahwa Allah tak akan menguji hamba-Nya dengan sesuatu yang di luar batas kemampuannya. 

Jalani dan syukuri setiap situasi yang terjadi. 

Ucapkan terima kasih pada Sang Pemberi. 

Ucapkan terima kasih pada setiap yang menguji. 

Ucapkan terima kasih pada diri sendiri, agar kita mampu menjalani segala sesuatu sepenuh hati. 

Dan agar kita tahu apa yang harus kita lakukan di balik karunia yang tak terbilang ini.



✒️fh_

Mahasiswi STIBA Makassar Angkatan 2021


Komentar

  1. Maasyaallah
    Baarakallahu Fiik 🌷🌷🌷

    BalasHapus
  2. Maa Syaa Allah 💕
    Barakallahu Fiki✍️

    BalasHapus
  3. Tulisan yang ditunggu-tunggu ✍️✨

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

  Dari Sudut Pandang Dia Kereta perjalanan akan segera berhenti di stasiun berikutnya, semakin dekat, semakin gelisah rasanya... Ada rasa sedih karena akan   berpisah dengan mereka, entah mengapa rasanya singkat, seakan perjalanan sangat cepat kulalui... Rasanya baru kemarin aku singgah di kereta perjalanan dakwah ini, rasanya baru kemarin aku ingin sekali turun di stasiun berikutnya, rasanya aku merasa asing dengan mereka, rasanya ada banyak rasa yang tercipta selama membersamai mereka, ternyata ada banyak hal baru yang kulalui bersama mereka, makan bersama, belajar bersama, jatuh dan bangun bersama... LPJA sebentar lagi, ingin rasanya membersamai lebih lama, namun ada hal lain yang harus kucapai di perjalanan ini, ada banyak amanah, namun harus memilih setelah banyak pertimbangan, pun kemarin sangat ingin menyudahi, terlebih partner sudah lebih dulu memilih berhenti dari perjalanan, namun ada beberapa orang yang akhirnya menjadi alasan bertahan di sini, diapun sebent...
  Ibu Tak Perlu Sayap untuk Menjadi Malaikat (Kaderia) Ibu, setiap kali aku bercerita tentangmu, air mataku tak mampu kubendung. Ia jatuh begitu saja, tanpa aba-aba, saat aku mengenang segala kerja kerasmu, rasa sakitmu, dan perjuanganmu demi anak-anakmu. Ibu, aku menulis ini bukan karena aku sedih tapi karena aku sangat bangga memiliki sosok sepertimu, mungkin dunia tak tahu betapa hebatnya dirimu dalam mengusahakan segalanya demi kebahagiaanku. Hai, teman-teman... Izinkan aku bercerita sedikit tentang malaikat tanpa sayap yang kumiliki. Dia bukan wanita karier, bukan pula pejabat, ia adalah ibu rumah tangga biasa yang luar biasa. Ketangguhannya tak bisa diukur hanya dari status atau jabatan, melainkan dari kasih sayang dan pengorbanan yang tak ternilai. Setiap pagi, ia memulai harinya lebih awal dari siapa pun di rumah. Sarapan disiapkan dengan telaten, memastikan keluarganya memulai hari dengan penuh energi. Begitu anak-anaknya melangkah ke sekolah, ia tak lantas beris...
  Penjara Bagi Orang-orang Beriman (Andi Meranti) Apakah kalian pernah mendengar istilah ‘Dunia adalah Penjara Bagi Orang-Orang Beriman’? Pada awalnya aku menganggap bahwa itu hanyalah istilah yang dibuat oleh mereka-mereka yang taat beragama. Namun setelah merasakannya sendiri, barulah aku menyadari bahwa istilah itu memang benar adanya. Islam dikenal dengan banyaknya aturan, perintah-perintah yang harus dilaksanakan, serta larangan-larangan yang wajib ditinggalkan. Aku yakin sejak kecil kita semua pasti sudah pernah diajarkan dasar-dasar agama—entah itu dari orang tua, guru-guru di sekolah, atau para ustaz dan ustazah di tempat mengaji. “Kita harus rajin salat supaya masuk surga.” “Kalau tidak pakai jilbab berdosa loh… nanti masuk Neraka.” Kalimat-kalimat tersebut pasti sudah tidak asing di telinga kita. Kalimat yang menjadi ‘senjata’ andalan para orang tua, dan ajaibnya ampuh membuat kita patuh pada perintah mereka kala itu. Namun seiring bertambahnya usia dan berk...