Langsung ke konten utama

Sang Pejuang Rindu



Rindu kini telah menyapa, seorang gadis yang duduk di sebuah kelas menatap keluar jendela, sembari melantunkan bacaan Al-Qur'annya. Seketika tetesan air mata membasahi lembaran mushafnya. Gadis yang hidup di sebuah bangunan kotak yang bernama asrama. Tinggal jauh dari orang tua sulit ia lalui. Di mana hari-hari sebelumnya dipenuhi kebersamaan dengan keluarganya, namun kini keadaan memaksanya untuk berpisah dengan keluarga tercinta. 

Saat senja menyapa, seketika itupula rindu itu menyapa, udara sore hari seakan membawa kabar kerinduan. Mentari yang hampir terbenam di ufuk barat seakan melambai ke arahnya. Sembari dia berharap mentari pagi akan menyampaikan kabar gembira di esok hari.

Mentari pagi mulai menampakkan cahaya hangatnya, udara yang masih segar dirasakan para santri. Suara lantunan ayat suci Al-Qur'an mulai terdengar di balik dinding. Yah, itu suara para Mahasiswi, yang merupakan kegiatan rutin setiap subuh.

Hari-hari berlalu seperti biasanya, dengan kesibukan kuliah, taklim, kesibukan asrama, dan kegiatan UKM yang memberi manfaat. Namun padatnya jadwal itu tidak mampu menghapus rindu pada gadis itu. Masih saja rindu itu menyapa dirinya, seakan menyiksa dirinya. Namun kini dia tersadar bahwa perasaan yang dia rasakan berdampak buruk padanya. Hingga ia mulai belajar dari setiap keadaan yang dia jalani selama berada di asrama.

Kini rindu tak lagi menyiksanya dan rindu tak selalu menyapanya lagi. Yah, rindu itu wajar, tapi percayalah rindu itu akan terobati pada masanya.

Semangat wahai para pejuang rindu.




✒️ Rahma Sainuddin 
Mahasiswi STIBA Makassar Angkatan 2020

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

  Dari Sudut Pandang Dia Kereta perjalanan akan segera berhenti di stasiun berikutnya, semakin dekat, semakin gelisah rasanya... Ada rasa sedih karena akan   berpisah dengan mereka, entah mengapa rasanya singkat, seakan perjalanan sangat cepat kulalui... Rasanya baru kemarin aku singgah di kereta perjalanan dakwah ini, rasanya baru kemarin aku ingin sekali turun di stasiun berikutnya, rasanya aku merasa asing dengan mereka, rasanya ada banyak rasa yang tercipta selama membersamai mereka, ternyata ada banyak hal baru yang kulalui bersama mereka, makan bersama, belajar bersama, jatuh dan bangun bersama... LPJA sebentar lagi, ingin rasanya membersamai lebih lama, namun ada hal lain yang harus kucapai di perjalanan ini, ada banyak amanah, namun harus memilih setelah banyak pertimbangan, pun kemarin sangat ingin menyudahi, terlebih partner sudah lebih dulu memilih berhenti dari perjalanan, namun ada beberapa orang yang akhirnya menjadi alasan bertahan di sini, diapun sebent...
  Ibu Tak Perlu Sayap untuk Menjadi Malaikat (Kaderia) Ibu, setiap kali aku bercerita tentangmu, air mataku tak mampu kubendung. Ia jatuh begitu saja, tanpa aba-aba, saat aku mengenang segala kerja kerasmu, rasa sakitmu, dan perjuanganmu demi anak-anakmu. Ibu, aku menulis ini bukan karena aku sedih tapi karena aku sangat bangga memiliki sosok sepertimu, mungkin dunia tak tahu betapa hebatnya dirimu dalam mengusahakan segalanya demi kebahagiaanku. Hai, teman-teman... Izinkan aku bercerita sedikit tentang malaikat tanpa sayap yang kumiliki. Dia bukan wanita karier, bukan pula pejabat, ia adalah ibu rumah tangga biasa yang luar biasa. Ketangguhannya tak bisa diukur hanya dari status atau jabatan, melainkan dari kasih sayang dan pengorbanan yang tak ternilai. Setiap pagi, ia memulai harinya lebih awal dari siapa pun di rumah. Sarapan disiapkan dengan telaten, memastikan keluarganya memulai hari dengan penuh energi. Begitu anak-anaknya melangkah ke sekolah, ia tak lantas beris...
  Penjara Bagi Orang-orang Beriman (Andi Meranti) Apakah kalian pernah mendengar istilah ‘Dunia adalah Penjara Bagi Orang-Orang Beriman’? Pada awalnya aku menganggap bahwa itu hanyalah istilah yang dibuat oleh mereka-mereka yang taat beragama. Namun setelah merasakannya sendiri, barulah aku menyadari bahwa istilah itu memang benar adanya. Islam dikenal dengan banyaknya aturan, perintah-perintah yang harus dilaksanakan, serta larangan-larangan yang wajib ditinggalkan. Aku yakin sejak kecil kita semua pasti sudah pernah diajarkan dasar-dasar agama—entah itu dari orang tua, guru-guru di sekolah, atau para ustaz dan ustazah di tempat mengaji. “Kita harus rajin salat supaya masuk surga.” “Kalau tidak pakai jilbab berdosa loh… nanti masuk Neraka.” Kalimat-kalimat tersebut pasti sudah tidak asing di telinga kita. Kalimat yang menjadi ‘senjata’ andalan para orang tua, dan ajaibnya ampuh membuat kita patuh pada perintah mereka kala itu. Namun seiring bertambahnya usia dan berk...