Terkadang kita perlu berdialog dengan diri sendiri, menanyakan banyak hal tentang bagaimana kita selanjutnya. Mari berdamai dengan masa lalu, bukan menyesalinya karena telah hadir tapi mensyukurinya karena setelah hadir kita bisa sampai pada titik ini, dengan sifat yang jauh lebih baik daripada sebelumnya. Kita hanya perlu berdialog dengan diri sendiri di tengah pekatnya malam, melupakan semua omongan-omongan orang yang sebenarnya tidak perlu kita dengarkan.
Terkadang di saat berusaha menyenangkan orang lain, kita jadi lupa dengan diri sendiri. Tapi bukankah sesama saudara seiman memang harus saling membantu dan mempermudah? Benar, tapi terkadang makna ini sering didefinisikan dengan makna yang salah. Membahagiakan dan menyenangkan orang lain tidak perlu menghilangkan jati diri, kita tidak perlu menjadi badut untuk membuat mereka tertawa, tidak berlebihan tetapi berkesan.
Terkadang kita perlu berdialog dengan diri sendiri tentang rencana-rencana untuk memperbaiki diri yang senantiasa tertunda hanya karena kebahagiaan sesaat, atau bahkan rasa tidak enak karena keterasingan di tengah lingkungan yang sudah lama didiami. Kita perlu berdialog dengan diri sendiri ditemani Allah yang menyaksikan setiap pergerakan kita, merencanakan hal-hal baik tapi tidak menentang ketetapan-Nya.
Jangan terlalu lama menjauh dari jati diri sendiri, jangan terlalu larut dalam ketidakpastian. Sudahlah, kembalilah pada dirimu yang dicintai-Nya. Kembalilah pada dirimu yang senantiasa larut dalam kenikmatan ibadah. Selama diberi kesempatan jangan disia-siakan. Karena sekalinya Allah menutup kesempatan, maka selamanya kesempatan itu tidak akan kembali lagi.
Indah
Mahasiswi STIBA angkatan 2020
Barakallahufiikii ndahh🤍
BalasHapus