Langsung ke konten utama

Karantina Bukan Penjara


 Karantina bukan Penjara


Sepertinya ada yang aneh dengan diri ini

Kucoba mencerna kembali apa yang sedang terjadi

Dengan terus berharap semoga ini hanya halusinasi

Di sela-sela canda dan tawa teman sekamar

Aku mencoba menyendiri

Berusaha menjauh

Meyakinkan apa yang aku alami

Dengan berbekal tubuh dan air mata

Kucoba ungkapkan kepada mereka yang berhak dan peduli

"Aku harus di karantina"


Ini adalah gejala persis dengan apa yang mereka rasakan

Mereka yang berpindah 1 hari yang lalu


1 hari yang lalu 

Beberapa dari mahasiswi yang bergejala covid-19 harus di pindahkan ke gedung sebelah

Gedung QC kami menyebutnya

Dan pada hari ini aku merasakan hal yang sama


Daripada menyebar lebih baik menghindar, batinku


Karantina bukan Penjara

Aku menyayangi orang-orang sekelilingku

Bahagia boleh di sini

Tapi bukan berarti aku harus menghapus senyum mereka dengan menyebarkan virus ini

Tenang saja

Ini hanya perpisahan untuk sementara

Demi kebaikan bersama

Kisah ini harus kita akhiri di malam ini


Kucoba melangkah menelusuri koridor 

Menatap dari ujung ke ujung 

Mencoba untuk menyadarkan hati

Ini adalah nyata dan benar adanya


Sesampainya di gedung QC

Teman-teman berbaring memeluk guling

Kutatap pelupuk mata orang-orang kuat

Ketika harus menjalani kisah dan cerita ini di tanah rantau dan jauh dari keluarga

Seketika aku tersentak

Aku harus lebih kuat

Allah tidak membebani satu ujian kepada hamba-Nya di luar batas kemampuannya


Begitu besar rindu-Nya kepada kami

Agar ujian ini membuat kami bangkit dan banyak menangis di hadapan-Nya

Di sujud-sujud itu


Bukan untuk mengeluh dan mencela takdir

Tapi mensyukuri dan mengikhlaskan

Berdo'a tanpa henti

Agar bukan imun saja yang harus kita fokuskan

Tetapi iman juga


"Cepat kembali ke tempat asal"

Itu adalah batin dari hati-hati yang mengharapkan sembuh

Aku tahu tujuan kita sama

Hanya untuk sembuh 

Tapi bersabarlah

Bukankah sakit ini adalah salah satu cara Allah menggugurkan dosa-dosa? 

Bersabarlah

Kita akan kembali ke tempat asal

Kuatlah

Kalian adalah orang terpilih

Bertahanlah

Untuk senyuman di esok hari




May

Mahasiswi STIBA angkatan 2019

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

  Dari Sudut Pandang Dia Kereta perjalanan akan segera berhenti di stasiun berikutnya, semakin dekat, semakin gelisah rasanya... Ada rasa sedih karena akan   berpisah dengan mereka, entah mengapa rasanya singkat, seakan perjalanan sangat cepat kulalui... Rasanya baru kemarin aku singgah di kereta perjalanan dakwah ini, rasanya baru kemarin aku ingin sekali turun di stasiun berikutnya, rasanya aku merasa asing dengan mereka, rasanya ada banyak rasa yang tercipta selama membersamai mereka, ternyata ada banyak hal baru yang kulalui bersama mereka, makan bersama, belajar bersama, jatuh dan bangun bersama... LPJA sebentar lagi, ingin rasanya membersamai lebih lama, namun ada hal lain yang harus kucapai di perjalanan ini, ada banyak amanah, namun harus memilih setelah banyak pertimbangan, pun kemarin sangat ingin menyudahi, terlebih partner sudah lebih dulu memilih berhenti dari perjalanan, namun ada beberapa orang yang akhirnya menjadi alasan bertahan di sini, diapun sebent...
 Manusia Hebat  For You ..... Teruntuk jiwa yang selalu kuat di tiap keadaan. Hi? Sudah bersyukur belum kamu untuk kemarin dan hari ini? Kamu baik-baik aja kan? Atau kamu bahkan sedang terluka? Sedang sedih? Bahkan lupa bersyukur? Dan sayang sama diri sendiri? Aku cuman mau bilang gini, semua ada takarannya masing-masing loh, kamu nggak mungkin bahagia selalu, dan juga tidak mungkin akan sedih terus. Anggap saja semua masalah itu bagian dari jalan kehidupan yang akan membuat kamu jadi dewasa. Kalau manusia yang lain tidak pernah bisa bikin kamu bahagia, jangan lupa kamu punya penciptamu ada Allah yang selalu bersamamu dan ada dirimu sendiri. Allah tidak akan pernah buat kamu kecewa, olehnya jangan terlalu berlarut dalam kesedihan, ya. Senyum yah, senyum yang lebar. Kalaupun kamu merasa capek wajar kok, tidak masalah, itu suatu hal yang wajar dialami oleh semua manusia. Katakan pada dirimu kamu itu sempurna, ciptakan bahagiamu jangan tunggu dan berharap dari orang lai...
  Ibu Tak Perlu Sayap untuk Menjadi Malaikat (Kaderia) Ibu, setiap kali aku bercerita tentangmu, air mataku tak mampu kubendung. Ia jatuh begitu saja, tanpa aba-aba, saat aku mengenang segala kerja kerasmu, rasa sakitmu, dan perjuanganmu demi anak-anakmu. Ibu, aku menulis ini bukan karena aku sedih tapi karena aku sangat bangga memiliki sosok sepertimu, mungkin dunia tak tahu betapa hebatnya dirimu dalam mengusahakan segalanya demi kebahagiaanku. Hai, teman-teman... Izinkan aku bercerita sedikit tentang malaikat tanpa sayap yang kumiliki. Dia bukan wanita karier, bukan pula pejabat, ia adalah ibu rumah tangga biasa yang luar biasa. Ketangguhannya tak bisa diukur hanya dari status atau jabatan, melainkan dari kasih sayang dan pengorbanan yang tak ternilai. Setiap pagi, ia memulai harinya lebih awal dari siapa pun di rumah. Sarapan disiapkan dengan telaten, memastikan keluarganya memulai hari dengan penuh energi. Begitu anak-anaknya melangkah ke sekolah, ia tak lantas beris...