Langsung ke konten utama

Tangisan Kejauhan

 


Di antara karunia Allah yang paling besar adalah Ia memberikan pada kita al-Qur'an untuk dibaca dan untuk dijadikan penyembuh bagi segala penyakit hati juga fisik.

 

Di antara karunia Allah pula yang paling besar, ia menjadikan satu huruf dalam al-Qur'an ketika dibaca bernilai 10 kebaikan.

Sungguh, jika satu huruf saja bernilai 10 kebaikan, bagaimana halnya ketika kita membaca satu halaman? kita akan mendapatkan ribuan kebaikan!

 

Jika kau merasa 'sibuk' dengan dunia..

Maka sisihkan waktumu, minimal 10 menit saja dari 1440 menitmu sehari untuk al-Qur'an. Jika itu sulit, maka bacalah minimal satu halaman saja per hari (ini tidak mengambil waktu lebih dari 5 menit). Lalu, jika itu saja sulit, maka tangisilah kejauhan kita dari al-Qur'an.

 

Karena jangan-jangan..

Bukan kita yang tak bisa sempat membacanya..

Akan tetapi, al-Qur'an lah yang enggan dibaca oleh kita ; hati yang dipenuhi maksiat.

Sungguh, ketika kita terhalangi dari al-Qur'an maka kita telah terhalangi dari kebaikan…

 

Mari masuk kedalam bilik hati terdalam, menelusuri setiap sisinya..

Hati yang sudah tak tersentuh lagi oleh bacaan al-Qur'an,

Hati yang sudah tak bergetar lagi ketika nama Allah disebut.

Mari pula merenungi lebih dalam…

Tentang lisan yang sudah kaku dari berdzikir kepada-Nya,

Mata yang sudah tak bisa lagi menangisi dosa nya,

Kepala yang sudah lama tak jatuh dalam khusyuknya sujud kepada-Nya..

 

Betapa banyak dari kita yang telah lama berkubang dalam dosa sehingga hati kita tak merasakan lagi nikmatnya beribadah kepada-Nya?

 

Betapa banyak dari kita yang telah lama terbuai oleh gemerlap dunia sehingga hati kita condong kepada dunia dan lalai dari akhirat?

 

Kita mungkin sudah terlalu jauh menjauh dari keimanan...

 

Menangislah, tangisi kejauhan kita dari-Nya.

__

Self reminder

 

Al-Faqirah ilaa 'afwi Rabbiha, Mauidzah Hasanah

Mahasiswi STIBA Makassar (angkatan 2017)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

  Dari Sudut Pandang Dia Kereta perjalanan akan segera berhenti di stasiun berikutnya, semakin dekat, semakin gelisah rasanya... Ada rasa sedih karena akan   berpisah dengan mereka, entah mengapa rasanya singkat, seakan perjalanan sangat cepat kulalui... Rasanya baru kemarin aku singgah di kereta perjalanan dakwah ini, rasanya baru kemarin aku ingin sekali turun di stasiun berikutnya, rasanya aku merasa asing dengan mereka, rasanya ada banyak rasa yang tercipta selama membersamai mereka, ternyata ada banyak hal baru yang kulalui bersama mereka, makan bersama, belajar bersama, jatuh dan bangun bersama... LPJA sebentar lagi, ingin rasanya membersamai lebih lama, namun ada hal lain yang harus kucapai di perjalanan ini, ada banyak amanah, namun harus memilih setelah banyak pertimbangan, pun kemarin sangat ingin menyudahi, terlebih partner sudah lebih dulu memilih berhenti dari perjalanan, namun ada beberapa orang yang akhirnya menjadi alasan bertahan di sini, diapun sebent...
 Manusia Hebat  For You ..... Teruntuk jiwa yang selalu kuat di tiap keadaan. Hi? Sudah bersyukur belum kamu untuk kemarin dan hari ini? Kamu baik-baik aja kan? Atau kamu bahkan sedang terluka? Sedang sedih? Bahkan lupa bersyukur? Dan sayang sama diri sendiri? Aku cuman mau bilang gini, semua ada takarannya masing-masing loh, kamu nggak mungkin bahagia selalu, dan juga tidak mungkin akan sedih terus. Anggap saja semua masalah itu bagian dari jalan kehidupan yang akan membuat kamu jadi dewasa. Kalau manusia yang lain tidak pernah bisa bikin kamu bahagia, jangan lupa kamu punya penciptamu ada Allah yang selalu bersamamu dan ada dirimu sendiri. Allah tidak akan pernah buat kamu kecewa, olehnya jangan terlalu berlarut dalam kesedihan, ya. Senyum yah, senyum yang lebar. Kalaupun kamu merasa capek wajar kok, tidak masalah, itu suatu hal yang wajar dialami oleh semua manusia. Katakan pada dirimu kamu itu sempurna, ciptakan bahagiamu jangan tunggu dan berharap dari orang lai...
  Ibu Tak Perlu Sayap untuk Menjadi Malaikat (Kaderia) Ibu, setiap kali aku bercerita tentangmu, air mataku tak mampu kubendung. Ia jatuh begitu saja, tanpa aba-aba, saat aku mengenang segala kerja kerasmu, rasa sakitmu, dan perjuanganmu demi anak-anakmu. Ibu, aku menulis ini bukan karena aku sedih tapi karena aku sangat bangga memiliki sosok sepertimu, mungkin dunia tak tahu betapa hebatnya dirimu dalam mengusahakan segalanya demi kebahagiaanku. Hai, teman-teman... Izinkan aku bercerita sedikit tentang malaikat tanpa sayap yang kumiliki. Dia bukan wanita karier, bukan pula pejabat, ia adalah ibu rumah tangga biasa yang luar biasa. Ketangguhannya tak bisa diukur hanya dari status atau jabatan, melainkan dari kasih sayang dan pengorbanan yang tak ternilai. Setiap pagi, ia memulai harinya lebih awal dari siapa pun di rumah. Sarapan disiapkan dengan telaten, memastikan keluarganya memulai hari dengan penuh energi. Begitu anak-anaknya melangkah ke sekolah, ia tak lantas beris...