Hidup tanpa ada masalah adalah masalah yang serius. Mengapa demikian? Hidup diatas masalah adalah hal yang wajar dan normal. Tidak ada satu orang pun diciptakan tanpa masalah dalam hidupnya. Entah pemicunya karena perbedaan, perasaan, ataupun kebiasaan. Semua orang memiliki persepsi yang berbeda-beda dalam menangani masalahnya. Dengan begitu, masalah menjadikan hidup kita memiliki tantangan, warna, dan makna. Masalah mengajarkan kita bagaimana memanage dan memanfaatkan waktu sebaik mungkin dan berharap tidak ada penyesalan yang akan datang setelahnya.
Masing-masing diri kita pasti pernah merasakan lelahnya berada dalam kebodohan yang nyata. Persoalan rasa, terpuruk, bahagia, bahkan senangnya seseorang ialah reward dari cara kita memperbaiki hubungan kita pada Allah dan bagaimana langkah-langkah kita dalam menyikapi masalah.
Mirisnya ketika pikiran dan perasaan seolah diadu dan diasah oleh senda gurau dunia, kita terus tenggelam dalam maksiat kepada Allah dimanapun dan kapanpun. Seolah kita benar-benar tidak tau bahwa Allah Maha Melihat. Setelah memeriksa hati dalam-dalam, kita temui suatu yang mengganjal. Ia memenuhi kerongkongan iman, menghambat takwa, bahkan tak sadar ia melampaui batasan. Sesuatu yang bahkan juga diciptakan oleh Pencipta kita. Banyak diantara kita memilih tergoda, tertarik, untuk mendalaminya, mencapainya bahkan rela menomorsatukannya.
Tiba pada klimaksnya. Dimana masalah hidup mulai memuncak dan berpikir bahwa dunia ini kejam. Banyak yang meninggalkan tempat ibadah dan ibadah itu sendiri. Dari situ, semua yang ada dihadapannya ambyar oleh kebodohan. Manusia banyak berharap, tapi lupa kepada siapa ia harus mendekap. Manusia banyak berdoa, tapi seolah tidak menghadirkan Allah dalam hatinya. Sementara ada Allah digaris terdepan yang akan menjadi tempat kita pulang.
“Ya Allah, maafkan aku.” Dengan lirih kalimat ini yang akan keluar dari mulut-mulut kita. Biarkan pipi dibasahi oleh tangis penyesalan meskipun kata “andai” tak akan lagi mengubah apa yang telah berlalu. Cobalah untuk menengadah, mencurahkan segalanya. Karena bisikan tulus yang lahir dalam hati bisa saja terdengar di cakrawala. Kita sama-sama mengetahui bahwa mencintai sesuatu bukan karena Allah merupakan kesalahan yang fatal hingga apa yang dilakukan tidak berbuah bahagia dan berkah. Lalu di sudut ruang hati, ada iman dan takwa yang asing dan menjadi yang diremehkan.
Setelah ini, berjanjilah pada diri masing-masing untuk terus berlaku baik. Memulainya dari awal, seperti ada hidup yang lebih bahagia lagi berkah didepan sana. Jika menaiki anak tangga masih begitu sulit, maka cobalah untuk melangkah lebih jauh. Meskipun ada beberapa dari rencana yang tidak terlaksana sebab keliru dan lupa, percayalah bahwa di depan mata ada hikmah yang tersembunyi dibalik gagalnya. Jangan pernah berpikir bahwa ini adalah bencana karena ada Allah Yang Maha Bijaksana.
Yang telah berlalu, adalah pelajaran berharga bagi masing-masing hati. Semua orang tau bahwasanya ‘meninggalkan’ ialah perkara yang berat. Namun apa yang lebih indah dari ‘memiliki’, selain ‘mengikhlaskan’?
dari Saudarimu,
Aisa
Mahasiswi STIBA Makassar (angkatan 2018)

♥️♥️♥️
BalasHapusBaarakallahu fiik
BalasHapusdengan mengikhlaskan semuanya menjadi lebih ringan, langkah kita menjadi lebih mudah dan tenang
BalasHapusHmmm
BalasHapusHmmm
BalasHapusMaasyaa Allah..Syukron 🙏
BalasHapus