Langsung ke konten utama

 


Bahasa Arab Pintu Pengetahuan Asas Perubahan

(A.Annisa Fahda Husain_STIBA Makassar)

Manusia adalah pemegang kunci sebuah peradaban, pencari mata air kehidupan. Sebab hakikatnya sebuah kehidupan adalah perjuangan tanpa akhir, pengorbanan yang terus bergulir, ujian yang akan terus hadir, dan manusia telah ditakdirkan dapat melewatinya. Sebab Sang Pencipta telah mengabarkan pada kita melalui kalam-Nya bahwa manusia adalah makhluk terbaik sekalipun selalu dilanda dengan kondisi terpuruk.

لَقَدْ خَلَقْنَا الْاِنْسَانَ فِيْٓ اَحْسَنِ تَقْوِيْمٍ

“Sungguh, Kami benar-benar telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.”  (QS At-Tin Ayat: 4)

Kenapa sebaik-baik makhluk itu adalah manusia?

Bukankah yang membuat kerusakan di bumi adalah manusia?

Bukankah makhluk yang paling banyak mengingkari perintah Allah adalah manusia?

            Ada begitu banyak pertanyaan yang berdesakan saat ayat itu tersampaikan. Kenapa? Mengapa? Dan bukankah ada makhluk yang lebih sempurna, tanpa cela, tidak pernah berbuat kemaksiatan dan mendurhakai Allah Subhanahu wa Ta’ala, bukankah mereka (Malaikat) lebih layak dikatakan sebagai makhluk terbaik?

            Ternyata terbaik itu bukan tentang kesempurnaan namun perihal kemampuan jiwa dalam mengambil kendali atas nafsu yang terdapat di dalamnya, agar kita tidak berlarut dalam maksiat dan terus teringat pada mandat yang telah sampai pada kita untuk menjadi khalifah di bumi, dengan menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman kehidupan.

Sejarah telah membuktikan bahwa orang-orang yang pernah mencetuskan peradaban adalah mereka yang berpegang teguh pada Al-Qur’an.

Sang Nabi mengatakan;

“Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari al-Qur’an dan mengajarkannya”  (H.R. Bukhari, no. 5027)

            Hingga akhirnya aku memutuskan mengangkat topik ini untuk merefleks kembali ingatan dan kesadaran kita. Bahwa untuk dapat menjemput perubahan, yang kita butuhkan bukan hanya rentetan strategi tapi kedekatan yang lebih dalam pada al-Qur’an dan memahami dengan benar bahasanya.

Hari ini kita menyaksikan perkembangan zaman yang terus membawa pembaharuan, semua itu bertiup dari barat sana, membawa banyak inovasi yang memberikan kontribusi bagi kehidupan manusia. Namun, apakah itu adalah solusi untuk tantangan zaman atau malah menjadi tanda krisis identitas untuk umat Islam, yang terus tergerus dari sisi budaya hingga penghambaan seorang hamba pada Rabbnya yang perlahan-lahan turun dari tahta eksistensinya.

Hingga membuat kita lupa bahwa umat Islam adalah umat terbaik.

“Kamu umat Islam adalah umat yang terbaik”

Sang Nabi mengatakan;

“Sebaik-baik umat adalah zamanku, kemudian generasi setelahnya kemudian generasi setelahnya.” (HR. Bukhari no. 2652, Muslim no. 2533)

Apa yang menjadi indikator generasi terbaik?

Ternyata bukan sebatas tentang siapa yang hidup semasa atau yang paling dekat masanya dengan Nabi, sebab jika seperti itu kita akan terpental jauh. Tapi ada hal yang masih bisa kita usahakan, yaitu kefasihan dalam berbahasa Arab. Sehingga kita dapat memahami makna yang terkandung di dalam Al-Qur’an.

Kemampuan berbahasa adalah pintu yang dapat menghubungkan kita pada pengetahuan, tentang Sang Pencipta dan setiap ayat yang kita lantunkan dalam shalat, zikir dan doa yang membuat kita menitihkan air mata.

Kita sudah cukup lama tertidur.

Terlalu nyaman mendengkur.

Hingga tanpa sadar.

Budaya kita, bahasa kita, perlahan terkubur….

Mari kita mencari tahu seperti apa jati diri umat Islam yang sejati, hingga kita mengerti apa tujuan hidup kita sebelum mati.

 اقرأ “Iqra” adalah kata dalam bahasa Arab yang berarti “Bacalah”, agar kalian tahu bahwa pernah ada masa kejayaan Islam di abad ke 8 era pemerintahan Abbasiah, kala itu buku-buku dari Yunani dan India diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Dan pada abad ke 9-14 bahasa Arab digunakan dalam berbagai bidang ilmu seperti matematika, kedokteran, astronom, kimia, dan filsafat. Sehingga asas pengetahuan secara ilmiah dan teologi bersatu dalam bahasa Arab.

Agar kalian juga mengerti, mengapa Al-Qur’an di katakan sebagai pedoman kehidupan. Sebab Al-Qur’an telah menjadi asas semua pengetahuan. Al-Qur’an telah mengungkap teori Bing Bang dalam surah Al-Anbiya ayat 30, sebelum di temukan oleh seorang astronom dan fisikawan asal Belgia tahun 1927M , Al-Qur’an telah mengabarkan bahwa air hujan adalah uapan yang di ambil dari pasang surutnya air laut air asin yang di ubah menjadi tawar terdapat dalam surah Az-Zumar ayat 21, Al-Qur’an juga mengungkapkan teori embrio QS. Al-Mu’minun ayat 12-14, gunung yang menjadi pasak di bumi QS. An-Naba ayat 6-7 dan masih banyak lagi.

Umat Islam pernah memiliki seorang astronom yang membuat tabel astronomi yang akurat untuk menentukan waktu shalat dan arah kiblat, sekaligus geograwan dan al-Khawarizmi, yang dikenal sebagai bapak aljabar. Sang ilmuan yang memulai setiap karyanya dengan basmalah, ia percaya bahwa keberhasilan dalam ilmu pengetahuan adalah hasil dari kedekatannya dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bagian istimewanya adalah ketika al-Khawarizmi menggunakan bahasa Arab dalam menjelaskan semua konsep-konsep ilmiah dan matematis yang kemudian menjadi dasar bagi perkembangan ilmu pengetahuan di Eropa.

Peradaban bukan sebatas tentang inovasi, revolusi dan pembaharuan, namun lebih dalam dari itu. Peradaban adalah penghambaan seorang manusia pada zat yang telah menciptakannya.

Itulah mengapa semua pembaharuan yang ditorehkan orang-orang barat tidak pernah bisa menandingi masa-masa kejayaan umat Islam. Sebab mereka cerdas, namun tidak memiliki integritas, mereka punya kuantitas tapi tidak berkualitas. Karena telah mengingkari apa yang menjadi asas dari pengetahuan yang sejati.

“Kecerdasan tanpa penghambaan pada Allah tidak berarti apa-apa.”

Wahai umat Islam! Bangkitlah! Ilmu pengetahuan yang sejati telah dicederai oleh ideologi barat, membawa manusia pada prilaku yang tidak berkemanusiaan, mendidik bangsa dengan ketidakbijaksanaan, manusia dibiasakan untuk menjadi sia-sia, dihancurkan dengan budaya-budaya yang merusak citra diri kita. Mereka mengusahakan strategi yang dapat membuat kita sibuk, agar kita tunduk pada perilaku buruk, dan membentuk kita menjadi bangsa yang terpuruk.

Jangan biarkan dunia menganggap kita lemah. Jangan biarkan generasi kita tenggelam dalam ketidakpedualiaan. Ini saatnya untuk marah! Pada keterlenaan kita! Saatnya untuk membuktikan bahwa darah kebesaran itu masih mengalir dalam diri kita.

Jangan hanya bermimpi tentang kejayaan. Wujudkan! Mari kita tunjukkan pada dunia bahwa kita bukan sekedar bayangan dari masa lalu, tapi penerus kejayaan yang sesungguhnya.

“لن يصلح آخر هذه الأمة إلا بما صلح به أولها”

“Umat ini tidak akan menjadi baik kecuali dengan apa yang membuat baik umat pertama.” (Imam Malik)

 

 

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

  Dari Sudut Pandang Dia Kereta perjalanan akan segera berhenti di stasiun berikutnya, semakin dekat, semakin gelisah rasanya... Ada rasa sedih karena akan   berpisah dengan mereka, entah mengapa rasanya singkat, seakan perjalanan sangat cepat kulalui... Rasanya baru kemarin aku singgah di kereta perjalanan dakwah ini, rasanya baru kemarin aku ingin sekali turun di stasiun berikutnya, rasanya aku merasa asing dengan mereka, rasanya ada banyak rasa yang tercipta selama membersamai mereka, ternyata ada banyak hal baru yang kulalui bersama mereka, makan bersama, belajar bersama, jatuh dan bangun bersama... LPJA sebentar lagi, ingin rasanya membersamai lebih lama, namun ada hal lain yang harus kucapai di perjalanan ini, ada banyak amanah, namun harus memilih setelah banyak pertimbangan, pun kemarin sangat ingin menyudahi, terlebih partner sudah lebih dulu memilih berhenti dari perjalanan, namun ada beberapa orang yang akhirnya menjadi alasan bertahan di sini, diapun sebent...
 Manusia Hebat  For You ..... Teruntuk jiwa yang selalu kuat di tiap keadaan. Hi? Sudah bersyukur belum kamu untuk kemarin dan hari ini? Kamu baik-baik aja kan? Atau kamu bahkan sedang terluka? Sedang sedih? Bahkan lupa bersyukur? Dan sayang sama diri sendiri? Aku cuman mau bilang gini, semua ada takarannya masing-masing loh, kamu nggak mungkin bahagia selalu, dan juga tidak mungkin akan sedih terus. Anggap saja semua masalah itu bagian dari jalan kehidupan yang akan membuat kamu jadi dewasa. Kalau manusia yang lain tidak pernah bisa bikin kamu bahagia, jangan lupa kamu punya penciptamu ada Allah yang selalu bersamamu dan ada dirimu sendiri. Allah tidak akan pernah buat kamu kecewa, olehnya jangan terlalu berlarut dalam kesedihan, ya. Senyum yah, senyum yang lebar. Kalaupun kamu merasa capek wajar kok, tidak masalah, itu suatu hal yang wajar dialami oleh semua manusia. Katakan pada dirimu kamu itu sempurna, ciptakan bahagiamu jangan tunggu dan berharap dari orang lai...
  Ibu Tak Perlu Sayap untuk Menjadi Malaikat (Kaderia) Ibu, setiap kali aku bercerita tentangmu, air mataku tak mampu kubendung. Ia jatuh begitu saja, tanpa aba-aba, saat aku mengenang segala kerja kerasmu, rasa sakitmu, dan perjuanganmu demi anak-anakmu. Ibu, aku menulis ini bukan karena aku sedih tapi karena aku sangat bangga memiliki sosok sepertimu, mungkin dunia tak tahu betapa hebatnya dirimu dalam mengusahakan segalanya demi kebahagiaanku. Hai, teman-teman... Izinkan aku bercerita sedikit tentang malaikat tanpa sayap yang kumiliki. Dia bukan wanita karier, bukan pula pejabat, ia adalah ibu rumah tangga biasa yang luar biasa. Ketangguhannya tak bisa diukur hanya dari status atau jabatan, melainkan dari kasih sayang dan pengorbanan yang tak ternilai. Setiap pagi, ia memulai harinya lebih awal dari siapa pun di rumah. Sarapan disiapkan dengan telaten, memastikan keluarganya memulai hari dengan penuh energi. Begitu anak-anaknya melangkah ke sekolah, ia tak lantas beris...