Luluhnya Hati karena Pembuktian dan Doa.png)
Hari yang dinanti
oleh kedua orang tua atas kelahiran anak pertamanya yang diberi nama Aqilah,
dia adalah anak yang cerdas sesuai dengan arti namanya, dia tumbuh dengan penuh
kasih sayang dari kedua orang tua nya apa yang dia inginkan semuanya diberikan
oleh kedua orang tuanya, tetapi setelah lulus dari sekolah menengah pertama di
sebuah pondok pesantren modern dia meminta kedua orang tuanya untuk dicarikan
pondok yang lebih berfokus pada hapalan Al-Qur’an, orang tua Aqilah kaget
dengan permintaan anaknya. “Aqilah ibu sudah berikan semua apa yang kamu minta
tetapi untuk permintaan kamu ini ibu tidak setuju, mau jadi apa kamu besarnya
kalau hanya berfokus pada hapalanmu mau
jadi guru ngaji ingat Aqilah ibu ingin kamu menjadi seorang dokter” ujar
ibunya.
“Iya, saya tahu ibu
ingin Aqilah menjadi seorang dokter tapi Aqilah tidak bisa ibu, Aqilah hanya
ingin melanjutkan hapalan Aqilah berikan Aqilah kesempatan 12 bulan untuk
melanjutkan hapalan Aqilah kalau misalnya dalam 12 bulan itu Aqilah tidak bisa Aqilah
akan turuti permintaan ibu itu janji Aqilah” ujar Aqilah. Ibunya pun
mengizinkan Aqilah karena ibunya yakin Aqilah tidak mungkin bisa menyelesaikan
hapalan dalam waktu 12 bulan itu.
Sembilan bulan
kemudian nada dering Whatsapp bunyi pertanda pesan masuk, ibu Aqilah pun
membuka pesan di Whatsapp dan melihat ada undangan wisuda 30 juz di pondok Aqilah
sekarang. Ibu Aqilah sangat kaget tetapi setelah menelpon Aqilah untuk
memastikan apakah undangan itu benar atau salah, dan setelah menelpon Aqilah
ibu Aqilah yakin bahwa Aqilah lah yang akan di wisuda. Perasaan ibunya sangat
senang karena dalam 9 bulan saja Aqilah menyelesaikan hapalannya berarti lebih
mudah masuk ke jurusan kedokteran. Dan setelah wisuda 30 juz Aqilah pun kembali
ke pondok nya yang dulu untuk melanjutkan SMA nya karena hapalannya sudah
selesai.
Dan beberapa tahun
kemudian, Aqilah pun wisuda kelulusan
sekolah menengah atas dan akan melanjutkan ke perguruan tinggi dan pada
saat wisuda diumumkan bahwasannya Aqilah adalah wisudawati terbaik dan akan
mendapatkan beasiswa masuk ke jurusan kedokteran karena anaknya cerdas dan
memiliki hapalan 30 juz mutqin hal itu yang membuat ibu Aqilah sangat
bahagia mendengarnya. Dan ketika tiba di
rumahnya ibunya menanyakan bagaimana tanggapan Aqilah terhadap beasiswa itu
ternyata Aqilah tidak ada keinginan sama sekali untuk menerimanya karena itu
ibunya sangat marah.
“Aqilah, semua
telah ibu berikan apa yang kamu minta kamu mau masuk pondok ibu izinkan dengan
memasukkan kamu ke pondok modern agar kamu masih bisa melatih dirimu untuk
nantinya kamu masuk jurusan kedokteran, kemudian setelah kamu lulus SMP kamu
ingin berfokus pada hapalan dan ibu mengizinkan walaupun hati ibu sakit,
sekarang kamu telah menerima beasiswa untuk masuk jurusan kedokteran tapi kamu
menolak jadi apa sebenarnya mau kamu Aqilah” ujur ibunya dengan suara yang
lantang. Hati Aqilah sangat sedih melihat perlakuan ibunya dan dia selalu
berdoa didalam sholatnya agar ibunya mau menerima kenyataan bahwa Aqilah tidak
sanggup menagambil beasiswa tersebut karena dia mau menjaga hapalannya yang
telah di titipkan oleh Allah Subhana wa ta’ala.
Dan beberapa hari
kemudian Aqilah melihat ibunya duduk di ruang tamu dan dia berlutut di hadapan orang tuanya sambil
menangis. “Ibu, Aqilah minta maaf tapi Aqilah tidak bisa untuk mengambil
beasiswa itu karena sekarang amanah Aqilah hanya ingin berfokus pada hapalan Aqilah
jadi Aqilah mau menagambil jurusan tafsir Qur’an bu” ujar Aqilah. Ibunya tidak
tega melihat anaknya bersedih sehingga dia pun luluh dengan kenyataan bahwa Aqilah
akan tidak akan menagambil jurusan kedokteran tetapi jurusan yang berfokus pada
Al-Qur’an.
Dan akhirnya ibunya
pun luluh dan mengizinkan Aqilah mengambil jurusan yang diinginkan dan sekarang
Aqilah selalu mengikuti berbagai lomba hapalan 30 juz dan tafsir Qur’an dan
ibunya pun bangga dengan Aqilah atas prestasinya dan ibunya mulai sadar
bahwasannya ketika kita mengejar dunia maka akhirat tidak akan ikut tetapi
ketika kita mengejar akhirat maka dunia akan ikut
Nur Islamiati
Komentar
Posting Komentar