Langsung ke konten utama

 Ternyata di sini Indah

Aku tidak pernah membayangkan bahwa perjalanan hidup akan membawaku ke sebuah kampus berbasis pesantren, apalagi dengan jurusan yang awalnya tidak pernah kuinginkan. Ketika pertama kali mendaftar, aku membayangkan diriku di kampus yang berbeda, dengan jurusan yang menurutku cocok dengan minat dan passionku. Namun, takdir berkata lain dan aku diterima di kampus yang tidak pernah kubayangkan sebelumnya, dengan jurusan yang jauh dari keinginanku.

Hari-hari pertama di kampus baru terasa berat. "Kenapa harus di sini?" tanyaku berulang-ulang. Aku merasa tersesat, tak tahu bagaimana menyesuaikan diri dengan lingkungan baru yang penuh disiplin, rutinitas keagamaan, dan studi yang tak sesuai minat. Rasa kecewa itu kuat, membuatku sulit menikmati masa awal di sini. Setiap hari, aku berjuang untuk menemukan motivasi .Namun, seiring waktu berjalan, perasaanku mulai berubah.

Lingkungan pesantren yang awalnya terasa asing, mulai memberiku ketenangan yang tak kuduga. Di antara rutinitas harian yang mengharuskan kami menjalankan ibadah bersama dan kajian keislaman, aku mulai merasakan kedamaian yang perlahan-lahan meresap ke dalam diriku. Kampus ini menawarkan sesuatu yang tak kudapatkan sebelumnya—kedekatan spiritual yang membentuk ulang caraku memandang kehidupan.

Adzan yang berkumandang lima kali sehari, kajian diniyah, dan suasana yang kondusif untuk selalu dekat dengan Allah, mengajarkanku nilai-nilai baru. Lingkungan pesantren ini seakan memberikan kesempatan untuk berhenti sejenak dari hiruk-pikuk dunia dan merenungkan makna hidup dengan lebih mendalam. Di sinilah aku mulai belajar bahwa kebahagiaan tidak selalu datang dari apa yang kita rencanakan, tapi dari bagaimana kita menerima apa yang telah digariskan.

Dari awal, aku merasa terjebak dalam jurusan ini. Ini bukanlah bidang yang pernah kuimpikan, bahkan aku tidak tahu apa yang bisa kupelajari di sini. Namun, semakin lama, aku mulai membuka diri untuk menerima ilmu yang kuanggap asing ini. Perlahan, aku menemukan bahwa selalu ada hal-hal yang bisa kupelajari dari setiap mata kuliah. Setiap tantangan dalam studi menjadi latihan kesabaran dan usaha untuk terus berkembang. Jurusan ini, yang awalnya terasa membosankan, ternyata menyimpan banyak hal menarik. Aku mulai tertarik pada beberapa mata kuliah, dan seiring waktu, aku pun mulai merasa nyaman dengan lingkunganku. Ternyata, apa yang awalnya terlihat asing bisa menjadi menarik ketika kita berusaha memahami dan membuka hati.

Tak disangka, perjalanan penerimaan diri ini membawa aku ke hal lain yang tak pernah terbayangkan sebelumnya. Dari hanya menjadi mahasiswa yang awalnya pasif, aku mulai terlibat dalam berbagai organisasi kampus. Entah bagaimana, dorongan untuk berkontribusi dan mencari pengalaman baru mulai tumbuh di dalam diriku. Aku mulai aktif dalam kepanitiaan acara kampus dan bergabung dengan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). Di sinilah aku menemukan sisi diriku yang lain, ternyata aku suka bekerja sama dalam tim, menyusun acara, dan terlibat dalam berbagai kegiatan kampus. Rasanya menyenangkan bisa berkontribusi dan melihat hasil dari usaha bersama. Setiap panitia yang kuikuti memberikan pengalaman dan teman-teman baru yang membuatku semakin betah di kampus ini.

Bahkan, tanpa kusadari, ketika orang bertanya, "Bagaimana bisa kamu begitu menikmati semua ini?", aku hanya tersenyum. Rasanya sulit menjelaskan bahwa perjalanan ini awalnya penuh keraguan, namun berakhir dengan rasa syukur yang mendalam.

Dari perjalanan yang awalnya terasa penuh kebingungan, akhirnya aku menemukan keindahan yang tak pernah terbayangkan sebelumnya. Lingkungan kampus pesantren yang awalnya kuanggap kaku, justru memberiku ketenangan spiritual yang langka. Jurusan yang awalnya kutolak, ternyata membuka peluang untuk mempelajari hal-hal baru yang memperkaya diriku. Dan yang paling mengejutkan, aku menemukan passion baru dalam berorganisasi, hal yang membuatku semakin mencintai kehidupan kampus.

Kini, aku bisa berkata dengan yakin: ternyata disini indah. Tidak hanya karena tempat ini memberiku ilmu akademik, tapi juga karena tempat ini mengajarkanku untuk menerima diri, membuka hati, dan menemukan kebahagiaan di mana pun kita ditempatkan. Mungkin inilah salah satu bentuk rencana Allah yang tak selalu kita pahami sejak awal, namun pada akhirnya membawa kita pada keindahan yang tak terduga.

✒Mustasyimah



Komentar

Postingan populer dari blog ini

  Dari Sudut Pandang Dia Kereta perjalanan akan segera berhenti di stasiun berikutnya, semakin dekat, semakin gelisah rasanya... Ada rasa sedih karena akan   berpisah dengan mereka, entah mengapa rasanya singkat, seakan perjalanan sangat cepat kulalui... Rasanya baru kemarin aku singgah di kereta perjalanan dakwah ini, rasanya baru kemarin aku ingin sekali turun di stasiun berikutnya, rasanya aku merasa asing dengan mereka, rasanya ada banyak rasa yang tercipta selama membersamai mereka, ternyata ada banyak hal baru yang kulalui bersama mereka, makan bersama, belajar bersama, jatuh dan bangun bersama... LPJA sebentar lagi, ingin rasanya membersamai lebih lama, namun ada hal lain yang harus kucapai di perjalanan ini, ada banyak amanah, namun harus memilih setelah banyak pertimbangan, pun kemarin sangat ingin menyudahi, terlebih partner sudah lebih dulu memilih berhenti dari perjalanan, namun ada beberapa orang yang akhirnya menjadi alasan bertahan di sini, diapun sebent...
 Manusia Hebat  For You ..... Teruntuk jiwa yang selalu kuat di tiap keadaan. Hi? Sudah bersyukur belum kamu untuk kemarin dan hari ini? Kamu baik-baik aja kan? Atau kamu bahkan sedang terluka? Sedang sedih? Bahkan lupa bersyukur? Dan sayang sama diri sendiri? Aku cuman mau bilang gini, semua ada takarannya masing-masing loh, kamu nggak mungkin bahagia selalu, dan juga tidak mungkin akan sedih terus. Anggap saja semua masalah itu bagian dari jalan kehidupan yang akan membuat kamu jadi dewasa. Kalau manusia yang lain tidak pernah bisa bikin kamu bahagia, jangan lupa kamu punya penciptamu ada Allah yang selalu bersamamu dan ada dirimu sendiri. Allah tidak akan pernah buat kamu kecewa, olehnya jangan terlalu berlarut dalam kesedihan, ya. Senyum yah, senyum yang lebar. Kalaupun kamu merasa capek wajar kok, tidak masalah, itu suatu hal yang wajar dialami oleh semua manusia. Katakan pada dirimu kamu itu sempurna, ciptakan bahagiamu jangan tunggu dan berharap dari orang lai...
  Ibu Tak Perlu Sayap untuk Menjadi Malaikat (Kaderia) Ibu, setiap kali aku bercerita tentangmu, air mataku tak mampu kubendung. Ia jatuh begitu saja, tanpa aba-aba, saat aku mengenang segala kerja kerasmu, rasa sakitmu, dan perjuanganmu demi anak-anakmu. Ibu, aku menulis ini bukan karena aku sedih tapi karena aku sangat bangga memiliki sosok sepertimu, mungkin dunia tak tahu betapa hebatnya dirimu dalam mengusahakan segalanya demi kebahagiaanku. Hai, teman-teman... Izinkan aku bercerita sedikit tentang malaikat tanpa sayap yang kumiliki. Dia bukan wanita karier, bukan pula pejabat, ia adalah ibu rumah tangga biasa yang luar biasa. Ketangguhannya tak bisa diukur hanya dari status atau jabatan, melainkan dari kasih sayang dan pengorbanan yang tak ternilai. Setiap pagi, ia memulai harinya lebih awal dari siapa pun di rumah. Sarapan disiapkan dengan telaten, memastikan keluarganya memulai hari dengan penuh energi. Begitu anak-anaknya melangkah ke sekolah, ia tak lantas beris...