Kelana
Bahkan kita tidak sempat diberi waktu untuk bersedih ataupun
sekedar merasakan perasaan yang tengah membucah saat ini. Rasanya seperti nah, we can’t be sad
today we have a lot of works to do. Itu semua terus berulang, hari demi
hari, pekan demi pekan, bulan demi bulan bahkan sampai hari ini pun kita seakan
berkemas hendak meninggalkan tahun 2024.
feels like time really flies when life is
falling apart.
Akan tetapi tidak semua yang bersedih menangis dan tidak semua yang menangis bersedih, di sini saya mencoba mengeluarkan yang selama ini berputar – putar dalam diri saya walaupun tulisan saya tidak pernah sebaik tatapan dalam menyampaikan perasaan. Untuk beberapa kesempatan rasanya ingin saja bersembunyi dan menghilang dari kenyataan, jika saja manusia bisa menggali lubang dan mengubur diri untuk beberapa saat, jika saja ada hari di antara hari ini dan hari esok, jika saja setiap manusia memiliki power button, I wanna turn me off then for a second, itu semua bukan karena I’m doing bad at life hanya saja terkadang there are many places we can run to, but there no escape in there.
Setelah kenyataan menyapa, saya tersadar
bahwa saya adalah orang yang beruntung di antara triliunan manusia karena
keluarga harmonis yang selalu siaga memenuhi segala kebutuhan, teman – teman
yang selalu bersama saya sejak awal yang selalu mendukung tanpa pernah
menghakimi, saudara-saudara yang dengan lembut menepuk pundak ketika lelah
belajar, bahkan lingkungan yang selalu menegur tanpa ragu takut-takut salah
arah, maka harusnya tidak ada kekurangan yang membuat saya tidak dapat
melanjutkan hidup.
Namun, bukan hidup namanya kalau berjalan semulus aspal, di samping semua itu ada yang hilang, ada yang kopong di sini. And dis was the one that opened every chapter of my life, rasa syukur yang selama ini tertinggal justru menjadi penggenap hidup ini. Tidak peduli seberapa banyak nikmat yang diberikan tetap saja dahaga itu tidak pernah terselesaikan melainkan dengan rasa syukur. Dan ini yang ingin saya sampaikan pada pembaca Blog Jurnalistik Putri STIBA Makassar yaitu pentingnya menyadari nikmat-nikmat yang telah diberikan oleh Allah serta mensyukuri keberadaannya sebelum hal tesebut diangkat. Pada Quran Surah an-Nahl ayat 18 dikatakan,
وَاِنْ تَعُدُّوْا نِعْمَةَ اللّٰهِ لَا تُحْصُوْهَا ۗاِنَّ اللّٰهَ لَغَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
"Jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
Pada nyatanya nikmat yang didapatkan setiap hari itu bukan hal yang dapat diberikan bahkan dari manusia lain kecuali Allah. Jantung yang masih berdetak di pagi hari seharusnya telah menjadi alasan kita untuk bersyukur, tubuh sehat yang sering diabaikan dan tidak jarang kita melupakan bahwa tubuh sehat bukan lagi sebuah kelebihan saking lumrahnya hal ini, bagaimana tidak jantung yang masih berdetak dan tubuh yang sehat sebagai alasan kita masih diberi kesempatan untuk beribadah kepada-Nya. Bukankah ketika kita bersyukur maka pasti Allah akan menambahkan nikmat yang kita miliki sesuai pada firman-Nya Surah Ibrahim ayat ke-7,
لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ
"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu,"
Bukankah ini cukup untuk dijadikan sebagai alasan untuk bersyukur atas segala yang kita miliki sekarang. Mungkin ada masa di mana kalimat penyemangat tidak lagi menjangkau hati atau bahkan hidup sudah tidak terdengar menyenangkan tetapi tolong syukuri apa yang terjadi sekarang karena itu tidak akan terjadi tanpa sebab dan hal baik dari Allah.
.png)
Komentar
Posting Komentar