Langsung ke konten utama

Overlooken

Kebahagiaan, sebuah perasaan yang dicari banyak orang namun sering kali terasa sulit digenggam.
Kenapa kebahagiaan sering kali terasa jauh dari jangkauan?
Barangkali, kita terlalu terpaku pada harapan yang melambung tinggi.
harapan tinggi yang tak terealisasikan bisa menjadi duri dalam perjalanan menuju kebahagiaan.

Mungkin kita pernah bertanya-tanya, apa esensi dari kebahagiaan itu sendiri?
Kebahagiaan bukan hanya sekadar senyuman yang menghiasi wajah.
Kebahagiaan adalah rasa tenang, menerima diri apa adanya, tidak membandingkan diri dengan orang lain dan  tidak meragukan potensi diri.
Menerima kekurangan yang ada pada diri dan merayakan kelebihan diri adalah langkah awal menuju kebahagiaan.
Merasa nyaman dengan diri sendiri akan memberikan rasa tenang dan dunia akan terasa indah untuk diarungi.

Dimana kebahagiaan itu ditemukan?
Kebahagiaan bisa ditemukan dalam hal-hal kecil yang kerap kali terlewatkan.
Kebahagiaan juga bisa ditemukan ketika kita berbagi kebahagiaan dengan orang lain,
dan bantuan kecil yang diberikan tanpa pamrih.

Apakah percaya pada takdir Allah adalah bagian dari kebahagiaan?
Percaya pada takdir Allah mengajarkan kita untuk bahagia atas apa yang telah dilalui.
Setiap peristiwa suka dan duka adalah bagian dari perjalanan hidup yang membentuk kita menjadi pribadi yang lebih baik.
bahagia bukanlah tentang memiliki segalanya, tetapi tentang belajar mensyukuri segala yang telah Allah berikan.
Dengan percaya pada takdir Allah, memahami dan menerima serta bahagia atas apa yang telah dilalui, hidup menjadi lebih berarti dan penuh makna.

Kebahagiaan adalah sebuah pilihan dan bukan tujuan akhir,
Kebahagiaan adalah perjalanan yang harus dinikmati setiap langkahnya.
Dalam setiap napas dan detik kehidupan, kebahagiaan menunggu untuk ditemukan.
Kita hanya perlu membuka hati dan pikiran, menerima apa adanya, dan bersyukur atas segala sesuatu yang telah Allah berikan.
Dalam ketulusan hati, kebahagiaan sejati akan hadir dan mengisi setiap relung jiwa.

🖋️Azizah Hidayat

Komentar

Postingan populer dari blog ini

  Dari Sudut Pandang Dia Kereta perjalanan akan segera berhenti di stasiun berikutnya, semakin dekat, semakin gelisah rasanya... Ada rasa sedih karena akan   berpisah dengan mereka, entah mengapa rasanya singkat, seakan perjalanan sangat cepat kulalui... Rasanya baru kemarin aku singgah di kereta perjalanan dakwah ini, rasanya baru kemarin aku ingin sekali turun di stasiun berikutnya, rasanya aku merasa asing dengan mereka, rasanya ada banyak rasa yang tercipta selama membersamai mereka, ternyata ada banyak hal baru yang kulalui bersama mereka, makan bersama, belajar bersama, jatuh dan bangun bersama... LPJA sebentar lagi, ingin rasanya membersamai lebih lama, namun ada hal lain yang harus kucapai di perjalanan ini, ada banyak amanah, namun harus memilih setelah banyak pertimbangan, pun kemarin sangat ingin menyudahi, terlebih partner sudah lebih dulu memilih berhenti dari perjalanan, namun ada beberapa orang yang akhirnya menjadi alasan bertahan di sini, diapun sebent...
  Ibu Tak Perlu Sayap untuk Menjadi Malaikat (Kaderia) Ibu, setiap kali aku bercerita tentangmu, air mataku tak mampu kubendung. Ia jatuh begitu saja, tanpa aba-aba, saat aku mengenang segala kerja kerasmu, rasa sakitmu, dan perjuanganmu demi anak-anakmu. Ibu, aku menulis ini bukan karena aku sedih tapi karena aku sangat bangga memiliki sosok sepertimu, mungkin dunia tak tahu betapa hebatnya dirimu dalam mengusahakan segalanya demi kebahagiaanku. Hai, teman-teman... Izinkan aku bercerita sedikit tentang malaikat tanpa sayap yang kumiliki. Dia bukan wanita karier, bukan pula pejabat, ia adalah ibu rumah tangga biasa yang luar biasa. Ketangguhannya tak bisa diukur hanya dari status atau jabatan, melainkan dari kasih sayang dan pengorbanan yang tak ternilai. Setiap pagi, ia memulai harinya lebih awal dari siapa pun di rumah. Sarapan disiapkan dengan telaten, memastikan keluarganya memulai hari dengan penuh energi. Begitu anak-anaknya melangkah ke sekolah, ia tak lantas beris...
  Penjara Bagi Orang-orang Beriman (Andi Meranti) Apakah kalian pernah mendengar istilah ‘Dunia adalah Penjara Bagi Orang-Orang Beriman’? Pada awalnya aku menganggap bahwa itu hanyalah istilah yang dibuat oleh mereka-mereka yang taat beragama. Namun setelah merasakannya sendiri, barulah aku menyadari bahwa istilah itu memang benar adanya. Islam dikenal dengan banyaknya aturan, perintah-perintah yang harus dilaksanakan, serta larangan-larangan yang wajib ditinggalkan. Aku yakin sejak kecil kita semua pasti sudah pernah diajarkan dasar-dasar agama—entah itu dari orang tua, guru-guru di sekolah, atau para ustaz dan ustazah di tempat mengaji. “Kita harus rajin salat supaya masuk surga.” “Kalau tidak pakai jilbab berdosa loh… nanti masuk Neraka.” Kalimat-kalimat tersebut pasti sudah tidak asing di telinga kita. Kalimat yang menjadi ‘senjata’ andalan para orang tua, dan ajaibnya ampuh membuat kita patuh pada perintah mereka kala itu. Namun seiring bertambahnya usia dan berk...