Langsung ke konten utama

Poin Utama sebuah Pertemanan

Mungkin, pion utama dalam pertemanan bukan siapa yang bisa menjadi sahabat setelah itu, atau siapa yang bertahan untuk selalu ada di sisi temannya.

Mungkin, poin utama pertemanan adalah sesederhana meninggalkan bekas kebaikan di dalam hidup seseorang, sehingga ketika hidupnya terasa berat, lalu ia mengilas balik, ia selalu ingat bahwa ia pernah merasakan kepedulian dari orang sepertimu, meski sekarang sudah tidak lagi akrab.

Dan beberapa pertemanan akan memudar seiring berjalannya waktu, seperti dunia ini yang hanya bersifat SEMENTARA.

Bukan karena konflik yang selalu ada atau jarak yang memisahkan. Namun, kembali pada fitrah bahwa apapun yang ada di dunia ini sifatnya hanyalah sementara.

Seperti dedaunan yang harus pergi untuk memberikan ruang untuk daun-daun lainnya. Tapi, aku akan menghibur diriku dan berkata:

"Oke, dia akan jadi teman yang akan datang dan pergi, maka aku harus menjadi tempat persinggahan terbaik, menciptakan memori berkesan, membagi rahasia dan pengalaman hidup yang terbaik. Mungkin, aku tidak akan bisa menjadi sempurna, tapi, pada dasarnya aku memang tidak harus memaksakan diri untuk menjadi sempurna".

Mungkin, poin utama pertemanan sesederhana meninggalkan amal baik dan perjalanan berharga dalam kehidupan seseorang.

Dan mungkin, poin utama pertemanan adalah sarana agar kita menyadari kasih sayang Allah. Karena kita pernah memperlakukan hamba-Nya dengan sangat baik, dalam salah satu periode kehidupan nya. Insyaallah, Ia akan memudahkan jalan kita menuju surga-Nya.


🖋️NVP_27

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

  Dari Sudut Pandang Dia Kereta perjalanan akan segera berhenti di stasiun berikutnya, semakin dekat, semakin gelisah rasanya... Ada rasa sedih karena akan   berpisah dengan mereka, entah mengapa rasanya singkat, seakan perjalanan sangat cepat kulalui... Rasanya baru kemarin aku singgah di kereta perjalanan dakwah ini, rasanya baru kemarin aku ingin sekali turun di stasiun berikutnya, rasanya aku merasa asing dengan mereka, rasanya ada banyak rasa yang tercipta selama membersamai mereka, ternyata ada banyak hal baru yang kulalui bersama mereka, makan bersama, belajar bersama, jatuh dan bangun bersama... LPJA sebentar lagi, ingin rasanya membersamai lebih lama, namun ada hal lain yang harus kucapai di perjalanan ini, ada banyak amanah, namun harus memilih setelah banyak pertimbangan, pun kemarin sangat ingin menyudahi, terlebih partner sudah lebih dulu memilih berhenti dari perjalanan, namun ada beberapa orang yang akhirnya menjadi alasan bertahan di sini, diapun sebent...
  Ibu Tak Perlu Sayap untuk Menjadi Malaikat (Kaderia) Ibu, setiap kali aku bercerita tentangmu, air mataku tak mampu kubendung. Ia jatuh begitu saja, tanpa aba-aba, saat aku mengenang segala kerja kerasmu, rasa sakitmu, dan perjuanganmu demi anak-anakmu. Ibu, aku menulis ini bukan karena aku sedih tapi karena aku sangat bangga memiliki sosok sepertimu, mungkin dunia tak tahu betapa hebatnya dirimu dalam mengusahakan segalanya demi kebahagiaanku. Hai, teman-teman... Izinkan aku bercerita sedikit tentang malaikat tanpa sayap yang kumiliki. Dia bukan wanita karier, bukan pula pejabat, ia adalah ibu rumah tangga biasa yang luar biasa. Ketangguhannya tak bisa diukur hanya dari status atau jabatan, melainkan dari kasih sayang dan pengorbanan yang tak ternilai. Setiap pagi, ia memulai harinya lebih awal dari siapa pun di rumah. Sarapan disiapkan dengan telaten, memastikan keluarganya memulai hari dengan penuh energi. Begitu anak-anaknya melangkah ke sekolah, ia tak lantas beris...
  Penjara Bagi Orang-orang Beriman (Andi Meranti) Apakah kalian pernah mendengar istilah ‘Dunia adalah Penjara Bagi Orang-Orang Beriman’? Pada awalnya aku menganggap bahwa itu hanyalah istilah yang dibuat oleh mereka-mereka yang taat beragama. Namun setelah merasakannya sendiri, barulah aku menyadari bahwa istilah itu memang benar adanya. Islam dikenal dengan banyaknya aturan, perintah-perintah yang harus dilaksanakan, serta larangan-larangan yang wajib ditinggalkan. Aku yakin sejak kecil kita semua pasti sudah pernah diajarkan dasar-dasar agama—entah itu dari orang tua, guru-guru di sekolah, atau para ustaz dan ustazah di tempat mengaji. “Kita harus rajin salat supaya masuk surga.” “Kalau tidak pakai jilbab berdosa loh… nanti masuk Neraka.” Kalimat-kalimat tersebut pasti sudah tidak asing di telinga kita. Kalimat yang menjadi ‘senjata’ andalan para orang tua, dan ajaibnya ampuh membuat kita patuh pada perintah mereka kala itu. Namun seiring bertambahnya usia dan berk...