“Hidup biasa-biasa saja tanpa melalukan apa-apa atau hidup luar biasa dengan mengukir sejarah perjuangan dengan tinta emas. Pilihan ada pada dirimu.”
Jika kembali membuka cerita tentang para orang-orang terdahulu dalam islam, maka kita hanya akan melihat perjuangan, pengorbanan, keikhlasan, kesabaran, semangat dan kesungguhan yang luar biasa.
Bagaimana perjuangan para sahabat radhiallahu ‘anhum dalam menghadapi kecaman di tempat kelahiran mereka sendiri, bahkan rasanya penindasan sudah menjadi asupan tiap harinya. Namun lihatlah bagaimana manisnya keimanan mampu menyembuhkan setiap luka, manisnya keimanan ternyata mampu menjadi tonggak ketika dihadapkan dengan kerasnya hidup.
Bagaimana Khadijah Bintu Khuwailid radhiallahu ‘anha yang dikenal sebagai wanita bangsawan, kaya raya dan terhormat memberikan seluruh hartanya demi pergerakan dakwah ini. Apakah ia pernah menyesali perbuatannya itu? Sama sekali tidak.! Bahkan di akhir hidupnya ia mengatakan “Wahai Rasululullah, tiada lagi harta dan hal lainnya yang bersamaku untuk aku sumbangkan demi dakwah. Andai selepas kematianku, tulang-tulangku mampu ditukar dengan dinar dan dirham, maka gunakanlah tulang-tulangku demi kepentingan dakwah yang panjang ini.”
Maa syaa Allah, lagi-lagi kita dibuat tertegun dengan bagaimana pengorbanan mereka terhadap dakwah ini, yang dimana pengorbanan adalah saripati keimanan itu sendiri. Lalu apa yang membekali beliau hingga begitu bergairah dalam perjuangan islam ini ? Jawabannya tak lain hanyalah harapan yang besar kepada Ridha dan janji Allah. Bagaimana keikhlasan dan kesabaran keluarga Yasir radhiallahu ‘anhum dalam dalan juang ini. Allah memberikan ujian kepada mereka yang tidak semua orang mampu memikulnya.
Siksaan yang dilakukan oleh Bani Makhzum terhadap keluarga Yasir pada saat itu mampu menampar kita sekaligus memberikan tentang devisi keikhlasan dan kesabaran yang sebenarnya. Tiap hari diseret ke padang pasir Makkah, dideret dengan siksaan-siksaan yang begitu pedih, dibawah panas matahari yang mampu membakar kulit namun ternyata justru semakin membakar semangat mereka dalam memperjuangkan agama ini.
Sumayyah yang dengan keteguhannya memegang Agama Allah, dari awal penyiksaan hingga diakhir nafasnya mampu menunjukkan bagaimana seharusnya para pejuang. Bagaiamana ia dengan tenangnya menghadapi kematian justru membuat keberanian Abu Jahal menciut hingga ia membunuhnya. Wanita pertama yang syahid dalam islam itu sukses membuat kita malu, ternyata perjuangan kita dalam dakwah belum apa-apa. Walau umur keislaman yang terbilang cukup muda ternyata mampu membuat Syurga begitu merindukan keluarga ini. Begitulah kira-kira keimanan mereka, sangat teguh dan tak tergoyahkan.
Sepenggal cerita diatas adalah cerita juang para pejuang yang diharapkan memberikan atsar (pengaruh) terhadap jiwa-jiwa yang masih tertidur. Wahai jiwa yang mengaku cinta kepada Allah dan Rasul-Nya, di manakah posisimu saat? Apakah kau termasuk orang-orang yang berada dalam barisan dakwah? Atau orang-orang yang memilik menarik dirinya dari perjuangan?
Sebenarnya kereta dakwah akan tetap terus berjalan. Agama islam ini akan tetap dimenangkan ada atau tidak adanya dirimu. Namun, sungguh sangat disayangkan jika Islam ini telah jaya namun ternyata namamu tidak tertulis dalam catatan malaikat.
Pilihan ada pada dirimu, ingin hidup biasa-biasa saja tanpa melakukan apapun atau hidup luar biasa dengan mengukir sejarah perjuangan Islam.
Bintumustar
✒️ Mahasiswi STIBA Makassar Angkatan 2022

Komentar
Posting Komentar