Hari itu, di Asrama persegi panjang, hari di mana kenyataan hidup menghampiri. Seakan begitu sulit untuk kuterima. Air mata mengalir membasahi pipi. Beberapa pertanyaan melayang-layang dalam pikiran.
Kenapa harus terjadi lagi?
Kenapa harus aku?
Kenapa aku harus melalui semua ini?
Padahal sudah berusaha bertahan tapi mengapa kehidupan memukulku mundur. Sungguh hari itu, hari yang tak pernah aku inginkan. Tanpa kuduga luka itu mengiris hatiku. Benar-benar menghantamku begitu dalam.
Dalam kesedihan yang begitu dalam, aku bingung ingin berbuat apa. Apakah aku terus melangkah atau berbalik arah? Kesedihan itu sungguh memukulku mundur.
Hari itu bagaikan hari tanpa senyuman. Meski aku berusaha untuk menutupinya. Berusaha kuat di antara mereka yang lebih kuat. Namun, nyatanya tidak begitu mudah. Semua itu terjadi di luar kendaliku.
Di antara riuhnya manusia yang sedang menjalani aktivitasnya, aku bahkan ingin seperti itu. Menjalani hari tanpa memikirkan kenyataan hidup yang sedang kujalani. Aku berusaha menghindar dari mereka yang menanyakan kabarku. Aku berusaha tersenyum kepada mereka yang melihatku di koridor asrama. Dan aku berpura-pura baik-baik saja.
Hingga pada akhirnya kesedihanku nampak pada wajahku yang senyum cerianya telah pudar. Suasana hatiku sedang tak baik-baik saja dan mereka menyadari itu. Salah satu di antara mereka datang kepadaku, namun aku masih terus menolak untuk bercerita. Air mata tak bisa berbohong, aku menangis sejadi-jadinya dihadapannya dan menceritakan apa yang sedang aku rasakan, tentang hidup apa yang sedang kuhadapi.
Dukungan dan keyakinan yang kuat dari orang tuaku, nasihat dari saudaraku dan teman-teman seperjuangan membuatku bisa melewati hari itu, karena kenyataannya aku tak sekuat itu. Aku juga manusia yang lemah butuh air mata untuk menuntaskan semuanya.
Kesedihan itu benar-benar membuatku tak sanggup untuk bertahan, tapi bersama dengan mereka yang senantiasa memberi dukungan membuatku bisa menerimanya, berdamai dengan takdirnya dan berjanji akan kembali.
Dan janji itu kutepati hari ini, aku kembali dengan membuka lembaran baru dengan suasana yang baru bersama orang-orang yang baru namun pada tempat yang sama. Aku kembali untuk memperjuangkan sebuah mimpi dan mewujudkan sebuah harapan, meski aku tahu konsekuensinya aku harus memulainya dari awal lagi.
Sudah pasti rasa sedih kembali datang takkala aku melihat teman-teman seperjuangan sudah menggapai impiannya berada di semester akhir. Namun aku tak ingin terlalu dalam meratapi takdir ini, karena setiap proses seseorang itu berbeda-beda, ada yang cepat dan ada pula yang lambat.
Kemudiahan belum tentu kemuliaan dan kesulitan belum tentu kehinaan. Terkadang kita gagal memahami makna dari ujian bahwa itu adalah pertanda bahwa Allah sayang pada hamba-Nya.
Maka adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia akan berkata: “Tuhanku telah memuliakanku” dan adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rezekinya maka dia berkata: “Tuhanku menghinakanku”. (QS. Al-Fajr 15-16)
Jadikan kesulitan, kesedihan, dan ujian itu sebagai penguat langkahmu, bukan malah membuatmu menyerah.
Tak perlu khawatir dengan perkataan mereka. Tak perlu risau dengan masa depan. Karena kehidupan berputar dengan seimbang, selalu ada duka, bahagia, dan semua orang memiliki kisah sedih di masa sulit yang berbeda.
Meski rumit untuk dijalani, tapi mau tidak mau kita harus melewatinya karena kehidupan akan terus berputar. Meratap tak ada gunanya dan mundur pun bukan jalan menyelesaikan masalah.
Untukmu para pejuang di tanah rantau, saat masa sulit itu datang, tetaplah berpikir jernih, berusaha ikhlas menerimanya dan sabar dalam menghadapinya. Bukankah ujian yang membuat kita lebih dekat dengan-Nya? Bukankah masa sulit adalah kesempatan terbaik untuk berdoa?
Teruslah melangkah darinya, kita bisa mengambil banyak hikmah. Darinya pula kita bisa belajar lebih dewasa dalam menyikapi setiap masalah, jangan memaki tapi bersyukurlah.
Ketahuilah, kehidupan ini indah jika kita tahu cara menikmatinya. Mari berdamai dengan takdir, maka kau akan merasakan ketenangan hidup karena keyakinanmu terhadap janji-Nya.
Untukku...
Terima kasih sudah bersabar
Terima kasih sudah kuat
Terima kasih sudah mau bertahan sejauh ini
Sungguh bukan hal yang mudah, tapi kau telah menunjukkan pada dunia bahwa memang takdir-Nya selalu indah.
Dan terima kasih untuk senyuman yang kau tumpahkan di wajah manismu, semoga senyuman itu selalu ada.
🖋️ Rahmatan
Mahasiswi STIBA Makassar Angkatan 2022

Maa syaa Allah, baarakalla fiiki habiibaty rahmatan❤️ semoga Allah selalu mudahkan dalam segala urusanta ,aamiin ❤️❤️😘
BalasHapusMa syaa Allah barakallahu fiik sister semoga lelah mu disana bisa membuahkan hasil, semoga apapun yang engkau impikan bisa Allah mudahkan kami disini selalu mendoakan mu♥️
BalasHapusMasya Allah
BalasHapusMaaSyaa Allah, Baarakallahu fiik ✨
BalasHapusTetap semangat Tan, teruslah berjuang
BalasHapus