Langsung ke konten utama

Kematian Itu Pasti


Apa kabar?

Jiwa-jiwa yang selalu merasa tenang dalam kelalaian, yang selalu merasa baik-baik saja dengan kefuturan dan yang selalu merasa aman dari kematian.

Setiap manusia tentu memiliki takdir yang berbeda-beda, namun ada satu takdir yang setiap manusia memilikinya, yaitu Kematian. 

Kabar kematian selalu saja terdengar, ada hati yang bergetar setiap mendengar kabar, sebagai pengingat untuk beramal. Namun, tak sedikit pula hati yang hanya sekedar berduka tanpa sadar, bahwa kelak dirinya akan berada pada posisi yang sama. Merasakan hembusan nafas terakhir, berpisahnya ruh dan jasad hingga berakhirlah urusan dunia.

Kelamnya malam menciptakan heningnya, sebelum tertidur adakah kita berfikir? Saat Allah menggenggam ruh ini kemudian tak lagi mengembalikannya.

Betapa banyak kematian yang kita lihat hari ini dan hari sebelumnya, namun jiwa masih saja banyak tertawa. Terlalu banyak bercanda hingga lupa, kematian bisa saja datang saat kita belum selesai tertawa. 

Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:

اَيْنَ مَا تَكُوْنُوْا يُدْرِكْكُّمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنْتُمْ فِيْ بُرُوْجٍ مُّشَيَّدَةٍ ۗ 

"Di mana pun kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu berada di dalam benteng yang tinggi dan kukuh." (QS. An-Nisa' 4: Ayat 78)

Kematian itu Haqqun, jelas dan nyata adanya. Menjadi sebuah pertanyaan besar, apa yang telah kita siapkan dengan kematian tersebut? 

Jika hari ini kita masih bisa bernafas lega di dunia, lakukanlah kebaikan. Sebab hari esok belum tentu milik kita.

Jika hari ini kita masih bisa berdiri tegak di atas tanah mendengarkan riuhnya kehidupan dunia, maka persiapkanlah bekal untuk menghadapi heningnya kehidupan di bawah tanah.


✒️ Lathifah 

Mahasiswi STIBA Makassar Angkatan 2019

Komentar

  1. fitrirmdh47@gmail.com13 Maret 2022 pukul 01.42

    Masya Allah...

    Terima kasih atas nasihat yang indah ini...

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

  Dari Sudut Pandang Dia Kereta perjalanan akan segera berhenti di stasiun berikutnya, semakin dekat, semakin gelisah rasanya... Ada rasa sedih karena akan   berpisah dengan mereka, entah mengapa rasanya singkat, seakan perjalanan sangat cepat kulalui... Rasanya baru kemarin aku singgah di kereta perjalanan dakwah ini, rasanya baru kemarin aku ingin sekali turun di stasiun berikutnya, rasanya aku merasa asing dengan mereka, rasanya ada banyak rasa yang tercipta selama membersamai mereka, ternyata ada banyak hal baru yang kulalui bersama mereka, makan bersama, belajar bersama, jatuh dan bangun bersama... LPJA sebentar lagi, ingin rasanya membersamai lebih lama, namun ada hal lain yang harus kucapai di perjalanan ini, ada banyak amanah, namun harus memilih setelah banyak pertimbangan, pun kemarin sangat ingin menyudahi, terlebih partner sudah lebih dulu memilih berhenti dari perjalanan, namun ada beberapa orang yang akhirnya menjadi alasan bertahan di sini, diapun sebent...
  Ibu Tak Perlu Sayap untuk Menjadi Malaikat (Kaderia) Ibu, setiap kali aku bercerita tentangmu, air mataku tak mampu kubendung. Ia jatuh begitu saja, tanpa aba-aba, saat aku mengenang segala kerja kerasmu, rasa sakitmu, dan perjuanganmu demi anak-anakmu. Ibu, aku menulis ini bukan karena aku sedih tapi karena aku sangat bangga memiliki sosok sepertimu, mungkin dunia tak tahu betapa hebatnya dirimu dalam mengusahakan segalanya demi kebahagiaanku. Hai, teman-teman... Izinkan aku bercerita sedikit tentang malaikat tanpa sayap yang kumiliki. Dia bukan wanita karier, bukan pula pejabat, ia adalah ibu rumah tangga biasa yang luar biasa. Ketangguhannya tak bisa diukur hanya dari status atau jabatan, melainkan dari kasih sayang dan pengorbanan yang tak ternilai. Setiap pagi, ia memulai harinya lebih awal dari siapa pun di rumah. Sarapan disiapkan dengan telaten, memastikan keluarganya memulai hari dengan penuh energi. Begitu anak-anaknya melangkah ke sekolah, ia tak lantas beris...
  Penjara Bagi Orang-orang Beriman (Andi Meranti) Apakah kalian pernah mendengar istilah ‘Dunia adalah Penjara Bagi Orang-Orang Beriman’? Pada awalnya aku menganggap bahwa itu hanyalah istilah yang dibuat oleh mereka-mereka yang taat beragama. Namun setelah merasakannya sendiri, barulah aku menyadari bahwa istilah itu memang benar adanya. Islam dikenal dengan banyaknya aturan, perintah-perintah yang harus dilaksanakan, serta larangan-larangan yang wajib ditinggalkan. Aku yakin sejak kecil kita semua pasti sudah pernah diajarkan dasar-dasar agama—entah itu dari orang tua, guru-guru di sekolah, atau para ustaz dan ustazah di tempat mengaji. “Kita harus rajin salat supaya masuk surga.” “Kalau tidak pakai jilbab berdosa loh… nanti masuk Neraka.” Kalimat-kalimat tersebut pasti sudah tidak asing di telinga kita. Kalimat yang menjadi ‘senjata’ andalan para orang tua, dan ajaibnya ampuh membuat kita patuh pada perintah mereka kala itu. Namun seiring bertambahnya usia dan berk...