Langsung ke konten utama

Menjaga Eksistensi Peradaban Islam dengan Dakwah Melalui Literasi Digital Untuk Generasi Milenial



KIKI AYU HERMAWATI

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO


JUDUL ESSAI :

Menjaga Eksistensi Peradaban Islam dengan Dakwah Melalui Literasi Digital Untuk Generasi Milenial


KARYA INI DISUSUN UNTUK MENGIKUTI LOMBA ESSAI UKM JURNALISTIK PUTRI STIBA 2021


Oleh : Kiki Ayu Hermawati


PENDAHULUAN 

Era Revolusi Industri 4.0 (Revolution Industrial 4.0) adalah era di mana teknologi mengalami kemajuan yang sangat pesat. Selain dalam segi teknologi, Revolusi Industri 4.0 juga membawa dampak yang besar dalam segi politik, pendidikan, ekonomi, dan sosial budaya. Meskipun Revolusi Industri 4.0 membawa perubahan yang klimaks dalam segi teknologi, tetapi di sisi lain juga memberikan dampak buruk berupa banyaknya budaya Barat yang masuk di Indonesia dan mengakibatkan berbagai penyimpangan moral yang tidak sesuai dengan syarat nilai Islam dan nilai moral masyarakat. Penyimpangan tersebut juga banyak terjadi di generasi milenial karena sebagian dari mereka tidak bisa menyaring sisi negatif dari perubahan arus teknologi. 

Generasi Milenial sendiri merupakan generasi yang berkaitan erat sebagai penggiat sosial media. Sebagian dari mereka banyak meluangkan aktivitas untuk mencari informasi di sosial media baik dari Instagram, YouTube, Twitter, Facebook, dan What Apps. Namun, selain untuk mencari informasi dalam hal positif, ada juga yang menjadikan sosial media untuk mencari informasi yang negatif. Apabila demikian, maka sungguh hal tersebut akan mengarahkan generasi milenial untuk melakukan tindakan immoral misalkan terinspirasi untuk berbuat zina, mencuri, dan tindakan lainnya.

Berdasarkan hal tersebut, maka di masa Revolusi Industri 4.0 ini diperlukan suatu terobosan baru dalam ranah sosial media yaitu gerakan literasi digital untuk generasi milenial khususnya dalam literasi yang berkaitan dengan khazanah Islam agar mereka tetap menjadi pribadi yang baik dan sesuai dengan nilai Islam. Jadi, meskipun teknologi mengalami perkembangan, arus budaya Barat silih berganti mereka tetap mampu berpegang teguh pada agamanya. Sehingga Islam dan teknologi menjadi harmonis.

PEMBAHASAN 

Untuk menjaga peradaban Islam dapat dilakukan dengan cara berdakwah melalui berbagai portal di sosial media agar generasi milenial melek dengan agama mereka. Adapun sosial media yang dapat dimanfaatkan adalah Instagram, YouTube dan melalui komik. Pemilihan tersebut didasarkan pada data dari penelitian Pujasari Suraptaman tahun 2018 menjelaskan bahwa media sosial Instagram memiliki kedudukan yang masyhur di kalangan generasi milenial khususnya Instagram. Alasan tersebut dikarenakan Instagram memiliki fitur yang menarik baik berupa posting status, video, instastories, boomerang dan super zoom. 

 Pertama, dakwah melalui Instagram. Adapun cara tersebut juga telah dilakukan oleh Ustaz Kondang yaitu Hanan Attaki melalui portal akun Instagram Pemuda Hijrah. Beliau membangun literasi Islam kepada kaum milenial dengan cara membuat video pendek dan kutipan gambar yang berkaitan erat dengan nilainilai Islam. Maka, hal tersebut dapat dijadikan contoh bahwa terobosan agar generasi milenial melek dengan dunia literasi Islam adalah dengan cara berdakwah menggunakan kutipan-kutipan (quotes) bijak namun ringan.

Kedua, dakwah melalui YouTube. Cara ini cukup efektif dilakukan, apalagi jika konten-konten dakwahnya akan lebih kompleks dibandingkan melalui Instagram yang lebih condong pada dakwah melalui quotes, reels, dan InstaStories yang terbatas oleh waktu. Dakwah melalui YouTube menurut saya lebih mampu untuk menyajikan tentang sejarah peradaban Islam dan memberikan gambaran yang utuh kepada generasi milenial. Penyajian literasi Islam sendiri dapat dibuat secara unik misalkan melalui video visual bergambar sehingga tidak terkesan monoton bagi yang melihat.

Ketiga, dakwah melalui media komik yang dapat dipunggah di Instagram dan Facebook. Dakwah ini sebagaimana dilakukan dalam komik yang berjudul ‘Si Bujang’ di mana menyuguhkan mengenai nilai-nilai Islam baik dari segi 3 kepemimpinan dan karakter. Sehingga, dengan memanfaatkan media komik para pembaca akan merasakan daya tarik tersendiri mengenai dunia Islam.

Berdasarkan hal tersebut dapat kita dapat menyimpulkan bahwa membangun literasi digital yang berorientasi pada peradaban Islam adalah dengan cara memanfaatkan media-media sosial baik Instagram dan YouTube dengan memberikan konten-konten yang menarik berkaitan dengan Islam baik menggunakan kutipan-kutipan Islam (Quotes) atau melalui kanal channel YouTube dengan berbagai gambar visual yang menjelaskan terkait agama Islam. Namun, perlu dipahami bahwa membangun literasi digital haruslah step by step karena pada saat ini realitas membuktikan bahwa anak milenial cenderung minat dengan budaya Barat khususnya drama Korea dibandingkan harus menyimak literasi terkait dunia Islam.

KESIMPULAN 

Untuk membangun literasi digital kepada generasi milenial diperlukan media sosial yang menunjang yaitu Instagram dan YouTube. Pertama, Instagram dapat mencontoh sebagaimana dakwah Ustaz Hanan Attaki yang merupakan founder akun Instagram Pemuda Hijrah dengan menyuguhkan konten yang ringan namun bermakna bagi kalangan milenial. Kedua, dapat juga melalui media YouTube sebagaimana yang sangat familiar di zaman ini dengan mengemas secara menarik dan ringan sehingga memudahkan kalangan milenial untuk mencerna pesan dakwah di dalam video tersebut. Ketiga, dakwah melalui komik yang menyuguhkan dunia Islam.



DAFTAR PUSTAKA 

Habibi, M. (2018). Optimalisasi Dakwah Melalui Media Sosial Di Era Milenial. Al- Hikmah: Jurnal Dakwah, 12(1), 101-116. 

Nurrahmi, F., & Farabuana, P. (2020). Efektivitas Dakwah Melalui Instagram. Nyimak: Journal of Communication, 4(1), 1-16. 

Supratman, L. P. (2018). Penggunaan media sosial oleh digital native. 

Handayani, R., & Daulay, A. (2021). Youtube Sebagai Media Komunikasi Dalam Berdakwah Di Tengah Pandemi. Hikmah, 15(1), 123-138. 4 

Nasrullah, R., & Sari, N. I. (2012). Komik sebagai Media Dakwah: Analisis Semiotika Kepemimpinan Islam dalam Komik “Si Bujang”. Ilmu Dakwah: Academic Journal for Homiletic Studies, 6(1), 24-40. 

Mardiana, R. (2020). Daya Tarik Media Digital Sebagai Media Dakwah Untuk Generasi Milenial. KOMUNIDA: Media Komunikasi dan Dakwah, 10(02), 148-158

Komentar

Postingan populer dari blog ini

  Dari Sudut Pandang Dia Kereta perjalanan akan segera berhenti di stasiun berikutnya, semakin dekat, semakin gelisah rasanya... Ada rasa sedih karena akan   berpisah dengan mereka, entah mengapa rasanya singkat, seakan perjalanan sangat cepat kulalui... Rasanya baru kemarin aku singgah di kereta perjalanan dakwah ini, rasanya baru kemarin aku ingin sekali turun di stasiun berikutnya, rasanya aku merasa asing dengan mereka, rasanya ada banyak rasa yang tercipta selama membersamai mereka, ternyata ada banyak hal baru yang kulalui bersama mereka, makan bersama, belajar bersama, jatuh dan bangun bersama... LPJA sebentar lagi, ingin rasanya membersamai lebih lama, namun ada hal lain yang harus kucapai di perjalanan ini, ada banyak amanah, namun harus memilih setelah banyak pertimbangan, pun kemarin sangat ingin menyudahi, terlebih partner sudah lebih dulu memilih berhenti dari perjalanan, namun ada beberapa orang yang akhirnya menjadi alasan bertahan di sini, diapun sebent...
  Ibu Tak Perlu Sayap untuk Menjadi Malaikat (Kaderia) Ibu, setiap kali aku bercerita tentangmu, air mataku tak mampu kubendung. Ia jatuh begitu saja, tanpa aba-aba, saat aku mengenang segala kerja kerasmu, rasa sakitmu, dan perjuanganmu demi anak-anakmu. Ibu, aku menulis ini bukan karena aku sedih tapi karena aku sangat bangga memiliki sosok sepertimu, mungkin dunia tak tahu betapa hebatnya dirimu dalam mengusahakan segalanya demi kebahagiaanku. Hai, teman-teman... Izinkan aku bercerita sedikit tentang malaikat tanpa sayap yang kumiliki. Dia bukan wanita karier, bukan pula pejabat, ia adalah ibu rumah tangga biasa yang luar biasa. Ketangguhannya tak bisa diukur hanya dari status atau jabatan, melainkan dari kasih sayang dan pengorbanan yang tak ternilai. Setiap pagi, ia memulai harinya lebih awal dari siapa pun di rumah. Sarapan disiapkan dengan telaten, memastikan keluarganya memulai hari dengan penuh energi. Begitu anak-anaknya melangkah ke sekolah, ia tak lantas beris...
  Penjara Bagi Orang-orang Beriman (Andi Meranti) Apakah kalian pernah mendengar istilah ‘Dunia adalah Penjara Bagi Orang-Orang Beriman’? Pada awalnya aku menganggap bahwa itu hanyalah istilah yang dibuat oleh mereka-mereka yang taat beragama. Namun setelah merasakannya sendiri, barulah aku menyadari bahwa istilah itu memang benar adanya. Islam dikenal dengan banyaknya aturan, perintah-perintah yang harus dilaksanakan, serta larangan-larangan yang wajib ditinggalkan. Aku yakin sejak kecil kita semua pasti sudah pernah diajarkan dasar-dasar agama—entah itu dari orang tua, guru-guru di sekolah, atau para ustaz dan ustazah di tempat mengaji. “Kita harus rajin salat supaya masuk surga.” “Kalau tidak pakai jilbab berdosa loh… nanti masuk Neraka.” Kalimat-kalimat tersebut pasti sudah tidak asing di telinga kita. Kalimat yang menjadi ‘senjata’ andalan para orang tua, dan ajaibnya ampuh membuat kita patuh pada perintah mereka kala itu. Namun seiring bertambahnya usia dan berk...