Sudah sekian banyak cerita yang tercipta setelah 16 Maret tahun lalu. Senin, 16 Maret 2020. Sebagian besar penduduk gedung itu beranjak pergi, "memilih tempat yang lebih aman," katanya. Tapi, beberapa dari penduduk gedung itu memilih untuk tetap tinggal. "Di sini saja, cuman dua pekan kok," tuturnya sambil meyakinkan temannya.
Dua pekan telah berlalu. Dari sini sudah banyak varian doa yang sampai kepada-Nya. Ada yang meminta untuk dipulangkan kembali ke gedung itu, ada juga yang berdoa untuk tetap tinggal di rumahnya, dan yang masih berada di gedung itu, juga meminta agar keadaan kembali pulih, sama sebelum dua pekan lalu.
Waktu terus berjalan. Dua pekan itu telah menjadi beberapa bulan bahkan setahun. Satu persatu dari penduduk gedung itu sudah diharuskan kembali karena sebuah amanah. Ada juga yang kembali karena keadaan di tempatnya tidak mendukung untuk mengikuti perkuliahan. Namun, berbeda dengan mereka yang keadaannya masih normal dan belum dibebankan oleh amanah, masih tetap menunggu panggilan untuk kembali.
Dua bulan setelah satu tahun berlalu. Kita dibangunkan oleh sebuah keputusan. Perkuliahan daring akan berakhir untuk dua angkatan. Yah, tentu banyak yang tidak terima. "Masih mau di rumah",
"lebih nyaman di rumah",
"pandemi belum berakhir, kenapa kita dimasukkan?",
"belum siap asrama", dan berbagai macam alasan. Tapi, siap tidak siap harus kembali. Aturan tetap aturan.
Kehidupan asrama kembali dirasakan. "Ternyata rindu juga dengan tempat ini," kata mereka yang sebelumnya tidak ingin kembali.
Tidak terasa satu bulan di asrama sudah kita lalui. Kita kembali tersadarkan dengan nasihat yang tak terucap, namun terlihat oleh mata. "Ternyata, tempat yang kucari selama ini yaitu di sini," tuturnya sembari memandangi shaf rapi di lantai bawah yang sedang menghadap Sang Pencipta. Tempat itu tidak akan kita temukan di luar sana.
Namun, kehidupan asrama kali itu tidak berlangsung lama, hanya dua bulan. Iya, hanya dua bulan bagi mereka yang lebih mementingkan ego. "Ingin memanfaatkan waktu libur di rumah lalu kembali lagi," kata sebagian besar penghuni gedung itu. Tapi sayang, keputusan tak pernah sama dengan harapan manusia.
Perkuliahan daring kembali dijalankan.
Tiga pekan setelahnya, surat keputusan yang ditunggu akhirnya keluar. Keputusan yang menciptakan drama bagi mereka yang semester tiga. Surat pertama, "kenapa harus pekan depan? kenapa baru sekarang dibagikannya? masih banyak yang mau dipersiapkan," kata mereka yang ingin kembali namun belum siap.
Surat kedua, (tanpa kata yang terucap, seakan semua kalimat yang keluar sebelumnya telah terkabulkan). Bukan selamat, tapi penyesalan. Penyesalan yang tidak diketahui di titik mana akan berhenti.
Sekarang selain doa, hanya satu yang kita bisa, yaitu mengingat kembali kebiasaan yang tercipta di gedung itu. Bertemunya orang baru yang memberikan pelajaran berharga serta menciptakan kebersamaan yang indah.
Bersyukurlah dan banyak selamat untuk kalian yang masih berada di gedung itu.
Untuk kalian yang baru menginjakkan kaki di sana, manfaatkan waktu yang singkat itu bersama mereka yang sebentar lagi akan beranjak dari gedung itu. Karena terkadang, waktu yang singkat memberikan pelajaran yang banyak, juga menciptakan kisah yang indah.
Dan terkhusus untuk kalian yang sebentar lagi akan beranjak dari Ma'had tercinta, terima kasih sudah menjadi qudwah dan menciptakan banyak cerita.
Semangat berjuang, semoga Allaah mudahkan dalam segala urusan. Baarakallahu fiikum🖤
_tmh
Mahasiswi STIBA Makassar angkatan 2019
MaasyaAllah.. Monangis baca.y
BalasHapus