Langsung ke konten utama

Antara Kertas dan Layar



 Antara Kertas dan Layar


Detik, menit, jam berlalu begitu cepat

Tidak terasa sudah terlalu lama kupandangi layar itu

Seperti tak bisa lepas dan menempel

Layar yang berbentuk persegi panjang 

Entah apa yang membuat dia merebut genggaman kertasku

Aku termenung dalam angan yang tak karuan

Padahal baru beberapa menit yang lalu kugenggam kertas itu

Tapi kenapa terasa lama dan bosan 


Seketika aku tersadar 

Dan kucoba meneguk segelas teh

Bertanya pada diri sendiri

Apakah Allah meridhoi apa yang kulakukan?


Tiba-tiba aku disentakkan

Hei, kamu ini hamba

Kamu ini penuntut ilmu

Masih ingatkah dengan tujuan awalmu?

Katamu kamu mau menyelesaikan hafalan Qur'anmu

Katamu kamu akan menghafal banyak hadist


Katamu...

Katamu...

Apakah itu hanyalah perkataan yang akan berujung penyesalan?

Betapa meruginya bukan


Badai-badai itu akan kita lewati, berlapanglah

Kemarin ada banyak air mata yang jatuh karena tidak ditakdirkan berada di sini

Bukankah harusnya kamu bersyukur?


Lembaran-lembaran kertas itu

Sudah satu hari dia tak tersentuh

Dia telah tergantikan dengan layar yang selalu kau genggam


Selagi masih di sini, sebelum beranjak

Mulailah memperbaiki lika-liku perjalanan

Cepat pulang ke niat awalmu


Tidak, ini bukan larangan

Ini masalah pengurangan

Keadaan saat ini yang memaksa kita untuk berada di depan layar

Tapi jangan jadikan dia alasan

Sekali lagi ini bukan larangan

Ini hanyalah pengurangan


Terima kasih untuk senyuman semangat

Terima kasih tetap bertahan walau lelah

Kamu kuat

Biidznillah




May

Mahasiswi STIBA Makassar angkatan 2019

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

  Dari Sudut Pandang Dia Kereta perjalanan akan segera berhenti di stasiun berikutnya, semakin dekat, semakin gelisah rasanya... Ada rasa sedih karena akan   berpisah dengan mereka, entah mengapa rasanya singkat, seakan perjalanan sangat cepat kulalui... Rasanya baru kemarin aku singgah di kereta perjalanan dakwah ini, rasanya baru kemarin aku ingin sekali turun di stasiun berikutnya, rasanya aku merasa asing dengan mereka, rasanya ada banyak rasa yang tercipta selama membersamai mereka, ternyata ada banyak hal baru yang kulalui bersama mereka, makan bersama, belajar bersama, jatuh dan bangun bersama... LPJA sebentar lagi, ingin rasanya membersamai lebih lama, namun ada hal lain yang harus kucapai di perjalanan ini, ada banyak amanah, namun harus memilih setelah banyak pertimbangan, pun kemarin sangat ingin menyudahi, terlebih partner sudah lebih dulu memilih berhenti dari perjalanan, namun ada beberapa orang yang akhirnya menjadi alasan bertahan di sini, diapun sebent...
  Ibu Tak Perlu Sayap untuk Menjadi Malaikat (Kaderia) Ibu, setiap kali aku bercerita tentangmu, air mataku tak mampu kubendung. Ia jatuh begitu saja, tanpa aba-aba, saat aku mengenang segala kerja kerasmu, rasa sakitmu, dan perjuanganmu demi anak-anakmu. Ibu, aku menulis ini bukan karena aku sedih tapi karena aku sangat bangga memiliki sosok sepertimu, mungkin dunia tak tahu betapa hebatnya dirimu dalam mengusahakan segalanya demi kebahagiaanku. Hai, teman-teman... Izinkan aku bercerita sedikit tentang malaikat tanpa sayap yang kumiliki. Dia bukan wanita karier, bukan pula pejabat, ia adalah ibu rumah tangga biasa yang luar biasa. Ketangguhannya tak bisa diukur hanya dari status atau jabatan, melainkan dari kasih sayang dan pengorbanan yang tak ternilai. Setiap pagi, ia memulai harinya lebih awal dari siapa pun di rumah. Sarapan disiapkan dengan telaten, memastikan keluarganya memulai hari dengan penuh energi. Begitu anak-anaknya melangkah ke sekolah, ia tak lantas beris...
  Penjara Bagi Orang-orang Beriman (Andi Meranti) Apakah kalian pernah mendengar istilah ‘Dunia adalah Penjara Bagi Orang-Orang Beriman’? Pada awalnya aku menganggap bahwa itu hanyalah istilah yang dibuat oleh mereka-mereka yang taat beragama. Namun setelah merasakannya sendiri, barulah aku menyadari bahwa istilah itu memang benar adanya. Islam dikenal dengan banyaknya aturan, perintah-perintah yang harus dilaksanakan, serta larangan-larangan yang wajib ditinggalkan. Aku yakin sejak kecil kita semua pasti sudah pernah diajarkan dasar-dasar agama—entah itu dari orang tua, guru-guru di sekolah, atau para ustaz dan ustazah di tempat mengaji. “Kita harus rajin salat supaya masuk surga.” “Kalau tidak pakai jilbab berdosa loh… nanti masuk Neraka.” Kalimat-kalimat tersebut pasti sudah tidak asing di telinga kita. Kalimat yang menjadi ‘senjata’ andalan para orang tua, dan ajaibnya ampuh membuat kita patuh pada perintah mereka kala itu. Namun seiring bertambahnya usia dan berk...