Saat ini kita sedang terpaut ruang dan waktu. Jiwa dan raga kita
berjauhan hingga tak terjangkau oleh diri ini. Bahkan tak banyak kabar darimu
yang mampu kutelisik. Namun, besar harapan dan doa sekiranya engkau sekalian
senantiasa dalam kebaikan dan rahmat Nya.
----
Segala ketetapan Nya adalah yang terbaik bagi para hamba. Kini,
telah berlalu sekian bulan sejak terakhir kali ku menatap wajahmu. Wajah-wajah
berhias senyuman merekah yang begitu antusias untuk segera menyapa kampung
halaman. Bergegas mengepak barang hingga berbaris rapi sepanjang koridor demi
mengantre surat izin mudik. Sebagian ada yang harap-harap cemas, dilema dengan
keadaan yang tak pasti. Sebagian lagi ada yang berbesar hati untuk tetap
bertahan, mengubur dahulu kerinduan meski harus bersunyi sepi.
Namun, begitulah ketetapan Nya, segala sesuatu bisa terjadi walau
sesingkat kerlingan mata. Semakin hari semakin sepi, kumenatap lamat-lamat
setiap kepulangan. Hingga tibalah masaku, turut bersama yang lain untuk kembali
ke kampung halaman.
----
Semuanya terjadi begitu cepat. Tak ada yang menyangka waktu
bergulir hingga sejauh ini. Aku bahkan hanya membawa beberapa buku dan sekian
helai pakaian yang sekiranya diperlukan. Namun,
hingga tiba tahun ajaran baru ternyata kita tak juga bisa bersua.
Jiwa meronta dan akal bertanya-tanya. Kapan semua ini akan berakhir
hingga sekiranya kehidupan normal bisa kembali kita mulai.
----
Bersabarlah wahai jiwa, karena tak ada peristiwa tanpa hikmah dibaliknya.
Karena dibalik itu semua, setidaknya waktu telah memberikan pelajaran
terbaiknya atas segala hal yang berlalu dan tersia-siakan
Tempat yang dahulu kau selalu mencari cara dan alasan untuk lari
darinya, sekarang menjadi hal yang paling ingin kau kunjungi. Kesibukan yang
dahulu selalu kau keluhkan, sekarang menjadi hal yang paling kau rindukan dan
teman-teman yang dahulu selalu menyertaimu kini tak mampu kau tatap dan kau
genggam tangannya. Begitupun dengan ruang-ruang kelas, hingga penantian atas
kehadiran ustadzaat dan asatidz yang datang beriring keceriaan kanak-kanak. Kini
semua hanya tampak pada layar kaca, sebatas suara dan gambar.
Akan tetapi, tahukah engkau pada apa sejatinya hati ini merindu?
Yaitu pada keheningan malam yang terpecahkan oleh langkah kaki yang
ingin bersimpuh kepada Rabb nya, pada lantunan kalam Nya yang sayup-sayup
terdengar dari setiap penjuru ruangan, pada barisan shaf-shaf yang rapat untuk
menegakkan tiang agama Nya, pada halaqah-halaqah Quran yang hiruk pikuk dengan
lantunan ayat Nya, hingga majlis-majlis ilmu yang silih berganti mengisi setiap
waktu
Entah kapan kita akan mengulang kembali memori itu bersama. Saat
ini, mungkin hanya sementara tapi akan tiba masa ketika kita benar-benar harus
berpisah dengan kebersamaan itu.
----
Tapi, jauh dari itu semua ada satu pinta dan harap yang terpendam
dalam hati kecil ini. Kini, nanti dan seterusnya. Tetaplah menjadi dirimu
sebagaimana aku mengenalmu. Yang senantiasa sibuk dalam kebaikan. Tak patah
arang menimba setiap tetes ilmu. Tak kikir untuk membagi apa yang dimiliki. Tak
pamrih atas apa yang telah diberi. Dan senantiasa teguh dalam penjagaan izzah
dan iffah.
----
Janganlah hancurkan perjuangan yang selama ini kau bangun hanya
demi popularitas dan pengakuan. Hingga tak lagi risih dengan potret bahkan
wajahmu yang kini silih berganti mengisi status, story dan beranda media sosial.
Perlahan nampaklah apa yang dahulu tersembunyi. Meski dengan hijab dan cadar
mu, semakin manis dengan pernak-pernik yang melengkapi. Semakin anggun dengan
pose dan gayamu. Bahkan, berseling alunan musik yang turut mengiringi. Kini, dinikmati
seantero dunia.
Aduhai, sekiranya engkau menyadari betapa berharganya dirimu. Melebihi
mutiara hitam di dasar lautan, melebihi berlian dilapisan terdalam bumi. Yang
tak sembarang tangan mampu menjamahnya, tak sembarang mata mampu memandangnya
dan tak sembarang orang mampu memilikinya. Engkau lebih berharga dan bahkan jauh
lebih berharga dari itu semua.
Karena didalam genggaman tanganmulah akan tercipta masa depan dan
terukir peradaban gemilang. Engkaulah calon-calon madrasah bagi generasi
Rabbani. Awal harapan atas kehidupan yang lebih baik. Maka, tetaplah dalam
keistiqamahanmu…
Sekiranya hati ini menyadarinya, bahkan tidak secuilpun dari ujung
jemari yang akan tertampakan didunia maya. Maka bersabarlah, karena
perjuanganmu hanya sebatas kesementaraan didunia. Akan berakhir seiring hembusan
napas terakhir berbalas surga yang indah nan kekal.
----
Tetaplah berjuang demi hidayah yang selama ini kau perjuangkan.
Jagalah ia dan jangan gadaikan dengan apapun dari dunia ini. Semoga Allah
menjagamu, aku dan kita semua. Dan jika tidak dalam waktu dekat ini, semoga
kelak surgalah tempat kita bernostalgia.
Sekian…
“Ya Tuhan
kami, janganlah Engkau jadikan hati kami menyimpang kepada kesesatan, setelah
Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari
sisi-Mu, karena sesungguhnya Engkau Maha Pemberi (Karunia).”
Jazaakunnallahu khairan katsiran wa ana uhibbukunnafillah
----
Apa yang tertulis lebih utama dan pertama ditujukan bagi jemari
yang telah menuliskannya, bagi mata yang pertama kali memandangnya, serta bagi
hati yang telah mencurahkannya. Dan yang menulispun tak lebih baik dari yang
saat ini telah membaca apa yang tertulis.
Kota Minyak, Borneo, 29 September 2020.

MaasyaaAllah.. Baarakallahu fiik🌹
BalasHapusmasyaAllah barakallahu fiik
BalasHapusMaasyaa Allah, barakallahu fiik
BalasHapusMaa syaa Allah
BalasHapusما شاء الله.. الله يبارك فيك💐
BalasHapusMaa syaa Allah tabaarakallah
BalasHapus🌹ماشاءالله. بارك الله فيك
BalasHapus