Langsung ke konten utama

Ambil Peranmu Dalam Dakwah





Ambil peranmu dalam dakwah

Menurut orang-orang dakwah adalah cinta, dan cinta akan meminta segalanya darimu bahkan waktu istirahatmu.
Perkataan yang sering terngiang ditelingaku sampai-sampai terkadang Aku takut untuk mempersembahkan cintaku ini.

Segalanya tentang dakwah.
Saat ini diriku sudah berada di tempat perjuangan dakwah, Kuliah Kerja Nyata (KKN) rasa takut bercampur bahagia dan haru, selalu kubertanya dalam hati "sanggupkah Saya?".

Malam pertama ditempat KKN Saya terus berpikir dan bertanya dalam hati, bisakah Kami menaklukan Desa yang telah diamanahkan kepada Kami, dan malam itupun do'a tak henti-henti kupanjatkan. Malam itu Kami melaksanakan musyawarah yang pertama, menentukan segala program dan agenda kerja. Di tengah berlangsungnya musyawarah kami memutuskan jumlah program dan agenda kerja sebanyak 20 program dalam waktu 45 hari? Dalam hati terus bertanya, "sanggupkah Saya?" 

Satu pekan terlewatkan dengan mengambil ancang-ancang dan memantapkan silaturrahmi kepada masyarakat, yah dengan menelusuri 8 Dusun dengan berjalan kaki, kenal saja tidak terbiasa dengan jalan kaki terlalu lama, terlalu keseringan membawa motor. Saat-saat silaturrahmi ada suka dan dukanya, ada masyarakat yang langsung tersenyum dengan kehadiran kami, ada yang menyambut dengan penuh hangat dan tentunya ada yang tidak menerima apalagi dengan penampilan kami yang sangat tertutup. Tapi, itu bukan menjadi pematah semangat kami intinya kita harus mengambil hati masyarakat.

Selalu saya berpikir, Rasulullah berdakwah juga tidak langsung diterima oleh masyarakat, butuh banyak rintangan dan tantangan. Karena dakwah adalah sebuah perjalanan panjang dan berat. Bahkan perjalanan dakwah bisa lebih panjang usianya dari pada kita. Maka bersemangat lah para Da'i. 

Hari-hari pun terlewatkan, sampai pada suatu hari Saya belum pernah merasakan rebahan badan di siang hari dan di malam haripun Aku adalah orang yang paling terakhir istirahat. Hari itu harus bangun subuh dan mulai amal jama'i jam 6. setelah itu, harus mengajar pendidikan agama sampai jam 11.00. Anak-anak bukan main nakalnya, setelah itu lanjut bakti sosial belum lama sampai posko, harus mengajar tahsin sampai ashar. Setelah ashar, mengajar dirosah sampai sebelum Maghrib. Setelah maghrib, harus menyelesaikan deadline berita acara setelah shalat isya Kami musyawarah yang memakan waktu cukup panjang . Setelah musyawarah waktu menunjukkan pukul 23.00, aduh besok harus cetak spanduk, baliho dan pamflet festival Santri, desainnya belum ada sama sekali, malam itu harus kuselesikan 3 desain sekaligus dan harus tidur terlalu larut malam pukul 2.30, ya Allah belum rebahan, belum istirahat dan full kegiatan KKN setiap harinya seperti itu. 

Sampai suatu hari kudapati titik jenuh yang mengharuskan Saya mencoba menjadi pemalas, tapi kembali saya berpikir "jika Saya lemah dalam memikul beban dakwah, maka Saya akan terhalang pahala besar bersama orang yang duduk tanpa mengambil peran" 

Niat menjadi pemalas kuurungkan sejak itu, huznuzon kukedepankan Allah telah memilih Saya maka sangat tidak mungkin amanah itu salah sasaran. Saat amanah itu datang maka bersiap siagalah kita untuk mengembannya, bukan malah menghindar dan menjadi pemalas. Dan Allah memberikan ganjaran yang sesuai bagi perjuangan dan pengorbanan yang Kau berikan untuk dakwah. Maka berikanlah yang terbaik untuk Allah. 

Saat Kau meniatkan sesuatu, berangkatlah dengan rasa ringan maupun dengan rasa berat dan selalu sertakan keikhlasan dan kesabaran. Dakwah juga ibarat jual beli dengan Allah, maka Kita tak akan pernah merugi. 

Akhir kata dari tulisan ini, belajarlah untuk ummat, mari berlomba-lomba dalam menebar benih kebaikan, semoga didalam barisan itu ada keberkahan, ada cinta dan sayap-sayap malaikat menaungi tiap perjumpaanmu. Ambil peranmu dalam dakwah, sebab dakwah akan tetap berjalan dengan adanya Kamu atau tidak dalam barisan dakwah.

Desa Alatengae.

Raihanah Rahmat,
Mahasiswi Putri STIBA Makassar (angkatan 2016)


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

  Dari Sudut Pandang Dia Kereta perjalanan akan segera berhenti di stasiun berikutnya, semakin dekat, semakin gelisah rasanya... Ada rasa sedih karena akan   berpisah dengan mereka, entah mengapa rasanya singkat, seakan perjalanan sangat cepat kulalui... Rasanya baru kemarin aku singgah di kereta perjalanan dakwah ini, rasanya baru kemarin aku ingin sekali turun di stasiun berikutnya, rasanya aku merasa asing dengan mereka, rasanya ada banyak rasa yang tercipta selama membersamai mereka, ternyata ada banyak hal baru yang kulalui bersama mereka, makan bersama, belajar bersama, jatuh dan bangun bersama... LPJA sebentar lagi, ingin rasanya membersamai lebih lama, namun ada hal lain yang harus kucapai di perjalanan ini, ada banyak amanah, namun harus memilih setelah banyak pertimbangan, pun kemarin sangat ingin menyudahi, terlebih partner sudah lebih dulu memilih berhenti dari perjalanan, namun ada beberapa orang yang akhirnya menjadi alasan bertahan di sini, diapun sebent...
 Manusia Hebat  For You ..... Teruntuk jiwa yang selalu kuat di tiap keadaan. Hi? Sudah bersyukur belum kamu untuk kemarin dan hari ini? Kamu baik-baik aja kan? Atau kamu bahkan sedang terluka? Sedang sedih? Bahkan lupa bersyukur? Dan sayang sama diri sendiri? Aku cuman mau bilang gini, semua ada takarannya masing-masing loh, kamu nggak mungkin bahagia selalu, dan juga tidak mungkin akan sedih terus. Anggap saja semua masalah itu bagian dari jalan kehidupan yang akan membuat kamu jadi dewasa. Kalau manusia yang lain tidak pernah bisa bikin kamu bahagia, jangan lupa kamu punya penciptamu ada Allah yang selalu bersamamu dan ada dirimu sendiri. Allah tidak akan pernah buat kamu kecewa, olehnya jangan terlalu berlarut dalam kesedihan, ya. Senyum yah, senyum yang lebar. Kalaupun kamu merasa capek wajar kok, tidak masalah, itu suatu hal yang wajar dialami oleh semua manusia. Katakan pada dirimu kamu itu sempurna, ciptakan bahagiamu jangan tunggu dan berharap dari orang lai...
  Ibu Tak Perlu Sayap untuk Menjadi Malaikat (Kaderia) Ibu, setiap kali aku bercerita tentangmu, air mataku tak mampu kubendung. Ia jatuh begitu saja, tanpa aba-aba, saat aku mengenang segala kerja kerasmu, rasa sakitmu, dan perjuanganmu demi anak-anakmu. Ibu, aku menulis ini bukan karena aku sedih tapi karena aku sangat bangga memiliki sosok sepertimu, mungkin dunia tak tahu betapa hebatnya dirimu dalam mengusahakan segalanya demi kebahagiaanku. Hai, teman-teman... Izinkan aku bercerita sedikit tentang malaikat tanpa sayap yang kumiliki. Dia bukan wanita karier, bukan pula pejabat, ia adalah ibu rumah tangga biasa yang luar biasa. Ketangguhannya tak bisa diukur hanya dari status atau jabatan, melainkan dari kasih sayang dan pengorbanan yang tak ternilai. Setiap pagi, ia memulai harinya lebih awal dari siapa pun di rumah. Sarapan disiapkan dengan telaten, memastikan keluarganya memulai hari dengan penuh energi. Begitu anak-anaknya melangkah ke sekolah, ia tak lantas beris...