Ramadan dan segala apa yang dijanjikan pada mereka yang memasukinya dengan keimanan dan mengharapkan pahala dari Rabb-Nya, sungguh adalah surga di setiap waktunya.
Tak terasa hampir setengah Ramadan yang pergi, seakan awalnya begitu cepat berlalu meninggalkan tanpa sisa kecuali apa yang telah diperjuangkan untuk meraih kemuliaannya.
Jika kita tidak mendapatkan awalnya, sadari dan berlarilah untuk tidak melewatnya seluruhnya. Ramadan, bisakah pelan-pelan saja?
Ramadan bukankah begitu dirindu kedatangannya?
Bukankah hati teramat bahagia mengetahui keagungannya?
Bukankah jiwa merasakan ketenangan saat mengetahui ada ampunan di baliknya?
Lalu setelah sebagian Ramadan yang pergi, masihkan perasaan itu mengakar dalam hati untuk tetap berlari mengejar satu gelar mulia yang disiapkan dan diimpikan para sahabat radhiallahu 'anhum. Predikat takwa, tak ada yang dapat menyandinginya sebab takwa menjadi tolak ukur berhasilnya melewati perlombaan Ramadan.
Jika kita masih punya kesempatan pada sisa-sisa hari yang katanya masih panjang, sungguh waktu tak terasa begitu cepat berganti, bukankah janji setahun lalu begitu kokoh menjadikan Ramadan tahun ini lebih baik lagi? Hingga disisa kesempatan hari yang ada, setiap orang berlomba dengan caranya masing-masing melengkapi dari apa yang tengah banyak yang terlalaikan.
Setiap ibadah akan terasa berbeda dikerjakan di bulan Ramadan, bulan dermawan yang berisi keagungan sebab padanya juga Al-Qur’an diturunkan, pintu-pintu surga terbuka lebar, pintu neraka tertutup dengan rapat, dan di setiap malamnya terpendam ampunan Allah yang begitu luas.
Sampai pada 12 hari yang telah lewat tanpa sisa, 288 jam yang sedikit saja diisi dengan mendekat kepada-Nya, 8640 menit yang terbuang dengan kurangnya hal bermanfaat dalam hari-hari. Entah tersebab mengejar dunia atau surga Ramadan hampir terkuras dengan tetap melayani hawa nafsu padahal kita tidak tahu mungkin saja Ramadan ini bisa jadi yang terakhir kali.
Jangan pernah berpikir bahwa Ramadan masih panjang dan masih bisa menghabiskan waktu selain untuk beribadah, sebab bukankah penyesalan selalu datang pada akhir setiap kesudahan? Penyesalan tak memiliki kekuatan untuk mengembalikan hari-hari Ramadan yang telah lewat, selain menyadarinya sebelum benar-benar berlalu semuanya.
Ramadan, Jika kamu tak mendapatkan awalnya maka jangan melewatkan akhirnya, sebab benar-benar merugilah seseorang yang mendapati Ramadan tapi ia tidak mendapati ampunan dari Rabbnya.
Betapa merugi seseorang yang mendapati Ramadan tapi ia tidak mampu melawan hawa nafsunya dari hal-hal yang tidak bermanfaat. Betapa merugi seseorang yang mendapati Ramadan tapi ia tidak kuat meraih gelar predikat takwa di saat semua pintu surga terbuka untuk meraihnya.
Di sepertiga Ramadan yang telah pergi, berlarilah sekuat-kuatnya pada hari yang tersisa untuk memperbaiki setiap cacat dan patah pada permulaannya. Seiramalah dengan indahnya Ramadan bulan mulia yang begitu agung. Jangan sampai terlewatkan dengan kesalahan yang lagi-lagi sama.
Bulan suci Ramadan masih dimulai, barang siapa yang tidak mendapatkan awalnya maka sadari dan berlarilah mengejar sebelum melewatkan semuanya.
✒️ Knsaalislm_
Mahasiswi STIBA Makassar Angkatan 2019

Komentar
Posting Komentar