Segala yang terjadi
Dan tak dapat engkau ingkari
Apapun yang telah terjadi
Dan tak mampu engkau hindari
Itulah proses takdir yang menjadi hak asasi
Dalam kehidupan di permukaan bumi
Allah Maha Tahu apa yang tidak kita ketahui
Allah mengerti sekalipun tak engkau ajukan negosiasi
Allah tak akan pergi sekalipun permohonan ampun telah berkali-kali
Dialah dzat yang hanya dengan kata “kun fayakun” (jadilah maka terjadilah)
Namun terkadang logika telah salah kaprah dalam menganalogi
Retorika minim dalih dalam berteori
Sehingga makna takdir dicederai
Oleh hingar-bingar hidup yang harus disebrangi
Prahara warna-warni dunia yang menyelimuti
Atas alur takdir yang tak dapat diselisihi
Namun harus dijalani
Dan wajib diimani
Hingga takdir dijadikan dalih
Menyembunyikan kelalaian yang membekam pada diri
Berlari dan menghakimi nasib terus terulangi
Sejatinya bukan takdir, sebab hal buruk
Bukan takdir yang mengutuk
Bukan takdir pula yang harus dikutuk
Atas ketetapan yang tak seindah sajak
Bukanlah asas bahwa hidup sulit secara mutlak
Mungkin saja Allah anugrahimu sayap, namun tidak engkau kepak
Boleh jadi Allah hamparkan kesempatan, namun engkau tidak bergerak.
Bisa saja di depan sana ada takdir baika
Namun engkau menjebak pikir pada tebakan buruk
Bersikaplah bijak
Bukalah pintu yang terketuk
Baca, selami, dan renungilah perkataan terbaik
835 tahun silam Al-quran hadir membawa semerbak
Yang turun ke bumi secara mutawatir dari, oleh, pada, di, dan, untuk yang terbaik
Padanya ayat-ayat bergemilang hikmah
Yang mampu menjeda detak
Dan menggerus tafakkur yang terjebak
Setiap yang berlaku adalah takdir
Namun, engkau butuh ikhtiar
Tak ada istilah. (apalah daya bagi insan yang taat pada alur)
Jika asal-mulanya engkau menolak ikhtibar
Cukuplah ingkar
Yang tak semua darinya dapat engkau hindari
Cukuplah sukar
Yang sebagian padanya kau hadir
Lalu apakah diri ingin membuat makar
Yang dapat menumbuhkan belukar
Hingga membenam mawar yang mekar
✒️ Fahda Husain
Mahasiswi STIBA Makassar Angkatan 2021

Komentar
Posting Komentar