Dalam sibuknya hari, tak ada salahnya bila kita sisihkan waktu untuk membenahi diri.
Hati yang sudah terlalu banyak terisi dengki dan dosa, hingga menjadi hitam lebam.
Dalam sibuknya hari, tak ada salahnya kita renungi tujuan hidup di dunia yang pada akhirnya pasti berakhir.
Hidup dalam kecaman yang berujung kematian.
Bila kita mau duduk sejenak, berfikir dan bertanya pada hati,
Untuk apa seluruh sibuk dan hiruk-pikuk ini?
Untuk apa mengejar semua dan terburu-buru?
Untuk apa seluruh kepenatan dalam pelarian yang tak jelas ujungnya ini?
Bia kita berani jujur, pada hati dan diri sendiri,
Kalau semua ambisi berlebihan ini,
Kalau semua tamak pada harta dan kedudukan serta kehormatan ini,
Sebenarnya hanya harga untuk memenuhi hawa nafsu dan syahwat duniawi.
Sebenarnya hanya untuk mendapat tempat di dunia dan hati manusia.
Ketahuilah, dunia dan manusia akan pergi pada satu waktu yang kita tak ketahui.
Mereka tak memberikan manfaat apapun.
Merekapun tak memberikan mudhorat apapun dalam kuasa diri mereka.
Lalu untuk apa kita mengejar hal yang semu pada dunia dan manusia?
Untuk apa kita pura-pura lupa pada tujuan yang pasti dan abadi?
Pada apa yang ditawarkan Rabb kita dari kemenangan dan kebahagiaan tak berujung, ketenangan hati sampai mati, kesuksesan sampai nanti.
Euforia kekayaan masa remaja tak seharusnya menjadikan kita tamak dan lupa akan tujuan yang sebenarnya.
Wahai diri...
Kematian tak menunggu kamu sukses dan punya banyak investasi.
Kematian tak menunggu kesiapan diri.
Rezekimu sudah ada pastinya.
Usahamu hanya melaksanakan sebab dan hikmat untuk apa yang telah tertulis.
Berusahalah mengejar akhirat dengan impian Surga Firdaus-Nya dan melihat wajah ar-Rahman.
Tak sadarkah kita jika Allah cinta, maka akan dimudahkan segala perkara.
Dan bila Allah murka, maka akan dipersulit segala perkara.
Tapi bagaimana dengan pendosa yang bergelimang harta, sedang yang berusaha memperbaiki ibadahnya tak kunjung kaya?
Bukankah dari situ terlihat sependek apa pemahaman terhadap bahagia?
Terhadap perkara baik dan buruknya dalam hakikat yang sebenarnya.
Mengapa banyak orang tua membiarkan anak mereka merengek minta mainan di lorong-lorong pusat pembelanjaan jika kebaikan semudah menghilangkan kesedihan, beri saja anak itu mainan dan selesai urusan masalah.
Tapi poinnya tidak sesederhana itu kawan.
Banyak hikmat dan rahasia kehidupan yang kita tidak ketahui.
Kita perlu berjuang dan berusaha untuk menggapai segalanya, seraya bertawakal pada-Nya.
Maka jalanilah hidup dengan kepatuhan maksimal pada yang menciptakan kehidupan,
Kepada Allah yang mengadakan kita dari tak ada, dan yang akan membangkitkan kita dari tulang belulang yang berserakan.
Kerjakan apa yang diperintahkan, jauhkan diri dari apa yang dilarang.
Letihnya ibadah akan hilang dan pahalanya akan kekal.
Bahagia karena maksiat akan hilang, kemudian dosa dan matinya hati akan terus berlanjut jika tak diobati.
Obat yang pahit menghasilkan kesembuhan, manusia percaya itu, maka mereka tak segan meminumnya walau mereka tak suka.
Namun orang dewasa seakan berubah menjadi anak kecil yang tak paham bila dihadapkan pada kenikmatan dunia dan keletihan ibadah untuk tempat yang abadi di akhirat.
Pahamilah kehidupan dengan hati yang bersih, lihatlah dunia dengan kacamata yang berbeda.
Tidak seluruh kemewahan harus dimiliki.
Tidak hanya karena mereka sukses dalam dunianya, kamu pun harus begitu.
Tak ada perjuangan selain berjuang di jalan-Nya.
Tak ada perlombaan selain perlombaan menuju Surga-Nya.
Tak ada letih yang harus dijalani selain letih menggapai Ridho-Nya.
Tapi bukan berarti meninggalkan dunia dan tak menghiraukan kehidupan di atasnya.
Tidak...
Namun pasanglah niat yang benar dalam mengais rezeki, cukupkan diri dan jangan tamak.
🖋️AldaHz
Mahasiswi STIBA Makassar Angkatan 2022

Komentar
Posting Komentar