Kulalui jalan itu setapak demi setapak, sampai di titik di mana hari bahagia itu hadir. Sudah bertahun-tahun lamanya tak merasakan kebahagian itu lagi. Kebahagiaan penuntut ilmu, merasakan manis pahitnya perjalanan dalam menuntut ilmu.
Selalu terekam jelas di benak ini, perkataan seorang bijak. Kurang lebih seperti ini “Urusan kun fayakun adalah urusan Tuhan Yang Maha Kuasa, tugas kita adalah berusaha meraih apa yang kita cita-cita kan. Hasil dari usaha kita itulah yang menjadi takdir yang harus kita terima, suka ataupun tidak suka.”
Sekarang adalah waktu untuk mendongkrak habis kemampuan yang kita miliki, menggali kemampuan terpendam yang selama ini belum kita temukan. Biarkan kemampuan itu memberikan nilai positif dalam kehidupan kita sehingga mampu memberikan manfaat untuk masyarakat di sekitar. Bukankah orang yang paling utama di antara kita (manusia) adalah orang yang paling bermanfaat untuk orang lain? Nah, mari kita sama-sama bergerak dan menciptakan karya untuk umat.
Mungkin ada di antara kita yang hebat dalam public speaking, atau mungkin ada di antara kita yang hebat dalam menulis, memasak, atau traveling. Semuanya menjadi urusan pribadi kita masing masing, orang yang paling mengenal diri kita adalah diri kita sendiri.
Jika semua pohon menjadi kertas dan lautan menjadi tinta mungkin tak akan cukup untuk menuliskan nikmat yang Allah berikan kepada kita. Sebagai makhluk Tuhan yang tercipta dengan segala kelebihan, maka sejatinya kita memanfaatkan hal tersebut untuk senantiasa berkarya dan memotivasi diri untuk melakukan yang terbaik. Baik itu bermanfaat untuk diri sendiri maupun untuk orang lain yang ada di sekitar kita.
Jangan pernah lupakan orang-orang yang berjasa di dalam kehidupan kita, karena keberhasilan hari ini boleh jadi dari wasilah tangan-tangan mereka yang mendoakan kita di saat mata kita terpejam dan tertidur lelap.
Jangan lupakan juga orang-orang yang pernah menjatuhkan dan mengejekmu dahulu. Karena suatu saat tawa ejekan itu akan berubah menjadi sorak bangga untukmu. Tapi ingat, bukan untuk ujub dan sum’ah. Mari kita belajar dari mereka apa arti keikhlasan yang sebenarnya. Mereka adalah jembatan untuk kita meraih kesuksesan, mengapa? Karena dari tawa ejekan merekalah mental kita bisa terbangun kuat, sehingga apapun yang menjadi ketakutan kita di masa lalu entah itu ejekan, minder, tidak percaya diri, atau bahkan insecure, itu semua sudah biasa untuk kita.
Belajarlah bersikap “bodo amat” di hal-hal yang tidak penting dalam hidupmu. Tentukan arah, tujuan, dan value hidupmu di masa depan. Pikirkan sesuatu yang memang menjadi kebutuhanmu dan prioritaskan sesuatu dan orang-orang yang memang layak untuk di prioritaskan.
Jadikan setiap pengalaman sebagai pembelajaran di kehidupanmu, karena semua orang-orang hebat di masa lalu terlahir dari pengalaman yang tidak biasa. Mari kita mengulik sedikit kisah kecil dari Imam Syafi’i, beliau adalah ulama yang semasa hidupnya berkutat dengan ilmu, ia mencari ilmu dari guru yang satu ke guru yang lainnya. Tidak pandang seberapa jauh perjalanan yang akan ia tempuh, melintasi lautan sekalipun beliau bersedia untuk meraih keutamaan seorang penuntut ilmu.
Ingat! Di balik seorang laki-laki hebat, di belakangnya ada seorang perempuan hebat dan kuat. Yah, dia adalah malaikat tanpa sayap yang biasa disapa “Ibu”. Tanpa kehadirannya mungkin diri ini bukanlah siapa-siapa. Di saat diri ini tertidur lelap, ia terbangun menengadahkan tangan kepada sang Ilahi, meminta agar anaknya meraih kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Ia rela berkorban untuk anak yang ia cintai, bahkan rela berkorban nyawa sekalipun. Itulah kasih sayang dan kekuataan seorang Ibu, tak akan sirna sampai kapan pun. Sekalipun jasadnya sudah tak ada lagi di muka bumi, namun jasa dan kasih sayangnya akan selalu ada di dalam hati malaikat kecilnya. Terima kasih Ibu, semoga Allah membalasmu dengan Jannah al-Firdaus Al A’la Aamiin.
✒️Sajakkata
Mahasiswi STIBA Makassar Angkatan 2019

Maa syaa Allah Barakallahufiik💐💐💙💙
BalasHapusMaasyaa Allah ukhtaa baarakallahu fikii💌
BalasHapus