Langsung ke konten utama

Jalan yang Tak Berujung

 


Kulalui jalan itu setapak demi setapak, sampai di titik di mana hari bahagia itu hadir. Sudah bertahun-tahun lamanya tak merasakan kebahagian itu lagi. Kebahagiaan penuntut ilmu, merasakan manis pahitnya perjalanan dalam menuntut ilmu.

Selalu terekam jelas di benak ini, perkataan seorang bijak. Kurang lebih seperti ini “Urusan kun fayakun adalah urusan Tuhan Yang Maha Kuasa, tugas kita adalah berusaha meraih apa yang kita cita-cita kan. Hasil dari usaha kita itulah yang menjadi takdir yang harus kita terima, suka ataupun tidak suka.”

Sekarang adalah waktu untuk mendongkrak habis kemampuan yang kita miliki, menggali kemampuan terpendam yang selama ini belum kita temukan. Biarkan kemampuan itu memberikan nilai positif dalam kehidupan kita sehingga mampu memberikan manfaat untuk masyarakat di sekitar. Bukankah orang yang paling utama di antara kita (manusia) adalah orang yang paling bermanfaat untuk orang lain? Nah, mari kita sama-sama bergerak dan menciptakan karya untuk umat.

Mungkin ada di antara kita yang hebat dalam public speaking, atau mungkin ada di antara kita yang hebat dalam menulis, memasak, atau traveling. Semuanya menjadi urusan pribadi kita masing masing, orang yang paling mengenal diri kita adalah diri kita sendiri.

Jika semua pohon menjadi kertas dan lautan menjadi tinta mungkin tak akan cukup untuk menuliskan nikmat yang Allah berikan kepada kita. Sebagai makhluk Tuhan yang tercipta dengan segala kelebihan, maka sejatinya kita memanfaatkan hal tersebut untuk senantiasa berkarya dan memotivasi diri untuk melakukan yang terbaik. Baik itu bermanfaat untuk diri sendiri maupun untuk orang lain yang ada di sekitar kita.

Jangan pernah lupakan orang-orang yang berjasa di dalam kehidupan kita, karena keberhasilan hari ini boleh jadi dari wasilah tangan-tangan mereka yang mendoakan kita di saat mata kita terpejam dan tertidur lelap.

Jangan lupakan juga orang-orang yang pernah menjatuhkan dan mengejekmu dahulu. Karena suatu saat tawa ejekan itu akan berubah menjadi sorak bangga untukmu. Tapi ingat, bukan untuk ujub dan sum’ah. Mari kita belajar dari mereka apa arti keikhlasan yang sebenarnya. Mereka adalah jembatan untuk kita meraih kesuksesan, mengapa? Karena dari tawa ejekan merekalah mental kita bisa terbangun kuat, sehingga apapun yang menjadi ketakutan kita di masa lalu entah itu ejekan, minder, tidak percaya diri, atau bahkan insecure, itu semua sudah biasa untuk kita.

Belajarlah bersikap “bodo amat” di hal-hal yang tidak penting dalam hidupmu. Tentukan arah, tujuan, dan value hidupmu di masa depan. Pikirkan sesuatu yang memang menjadi kebutuhanmu dan prioritaskan sesuatu dan orang-orang yang memang layak untuk di prioritaskan.

Jadikan setiap pengalaman sebagai pembelajaran di kehidupanmu, karena semua orang-orang hebat di masa lalu terlahir dari pengalaman yang tidak biasa. Mari kita mengulik sedikit kisah kecil dari Imam Syafi’i, beliau adalah ulama yang semasa hidupnya berkutat dengan ilmu, ia mencari ilmu dari guru yang satu ke guru yang lainnya. Tidak pandang seberapa jauh perjalanan yang akan ia tempuh, melintasi lautan sekalipun beliau bersedia untuk meraih keutamaan seorang penuntut ilmu.

Ingat! Di balik seorang laki-laki hebat, di belakangnya ada seorang perempuan hebat dan kuat. Yah, dia adalah malaikat tanpa sayap yang biasa disapa “Ibu”. Tanpa kehadirannya mungkin diri ini bukanlah siapa-siapa. Di saat diri ini tertidur lelap, ia terbangun menengadahkan tangan kepada sang Ilahi, meminta agar anaknya meraih kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Ia rela berkorban untuk anak yang ia cintai, bahkan rela berkorban nyawa sekalipun. Itulah kasih sayang dan kekuataan seorang Ibu, tak akan sirna sampai kapan pun. Sekalipun jasadnya sudah tak ada lagi di muka bumi, namun jasa dan kasih sayangnya akan selalu ada di dalam hati malaikat kecilnya. Terima kasih Ibu, semoga Allah membalasmu dengan Jannah al-Firdaus Al A’la Aamiin.



✒️Sajakkata

Mahasiswi STIBA Makassar Angkatan 2019


Komentar

  1. Maa syaa Allah Barakallahufiik💐💐💙💙

    BalasHapus
  2. Maasyaa Allah ukhtaa baarakallahu fikii💌

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

  Dari Sudut Pandang Dia Kereta perjalanan akan segera berhenti di stasiun berikutnya, semakin dekat, semakin gelisah rasanya... Ada rasa sedih karena akan   berpisah dengan mereka, entah mengapa rasanya singkat, seakan perjalanan sangat cepat kulalui... Rasanya baru kemarin aku singgah di kereta perjalanan dakwah ini, rasanya baru kemarin aku ingin sekali turun di stasiun berikutnya, rasanya aku merasa asing dengan mereka, rasanya ada banyak rasa yang tercipta selama membersamai mereka, ternyata ada banyak hal baru yang kulalui bersama mereka, makan bersama, belajar bersama, jatuh dan bangun bersama... LPJA sebentar lagi, ingin rasanya membersamai lebih lama, namun ada hal lain yang harus kucapai di perjalanan ini, ada banyak amanah, namun harus memilih setelah banyak pertimbangan, pun kemarin sangat ingin menyudahi, terlebih partner sudah lebih dulu memilih berhenti dari perjalanan, namun ada beberapa orang yang akhirnya menjadi alasan bertahan di sini, diapun sebent...
 Manusia Hebat  For You ..... Teruntuk jiwa yang selalu kuat di tiap keadaan. Hi? Sudah bersyukur belum kamu untuk kemarin dan hari ini? Kamu baik-baik aja kan? Atau kamu bahkan sedang terluka? Sedang sedih? Bahkan lupa bersyukur? Dan sayang sama diri sendiri? Aku cuman mau bilang gini, semua ada takarannya masing-masing loh, kamu nggak mungkin bahagia selalu, dan juga tidak mungkin akan sedih terus. Anggap saja semua masalah itu bagian dari jalan kehidupan yang akan membuat kamu jadi dewasa. Kalau manusia yang lain tidak pernah bisa bikin kamu bahagia, jangan lupa kamu punya penciptamu ada Allah yang selalu bersamamu dan ada dirimu sendiri. Allah tidak akan pernah buat kamu kecewa, olehnya jangan terlalu berlarut dalam kesedihan, ya. Senyum yah, senyum yang lebar. Kalaupun kamu merasa capek wajar kok, tidak masalah, itu suatu hal yang wajar dialami oleh semua manusia. Katakan pada dirimu kamu itu sempurna, ciptakan bahagiamu jangan tunggu dan berharap dari orang lai...
  Ibu Tak Perlu Sayap untuk Menjadi Malaikat (Kaderia) Ibu, setiap kali aku bercerita tentangmu, air mataku tak mampu kubendung. Ia jatuh begitu saja, tanpa aba-aba, saat aku mengenang segala kerja kerasmu, rasa sakitmu, dan perjuanganmu demi anak-anakmu. Ibu, aku menulis ini bukan karena aku sedih tapi karena aku sangat bangga memiliki sosok sepertimu, mungkin dunia tak tahu betapa hebatnya dirimu dalam mengusahakan segalanya demi kebahagiaanku. Hai, teman-teman... Izinkan aku bercerita sedikit tentang malaikat tanpa sayap yang kumiliki. Dia bukan wanita karier, bukan pula pejabat, ia adalah ibu rumah tangga biasa yang luar biasa. Ketangguhannya tak bisa diukur hanya dari status atau jabatan, melainkan dari kasih sayang dan pengorbanan yang tak ternilai. Setiap pagi, ia memulai harinya lebih awal dari siapa pun di rumah. Sarapan disiapkan dengan telaten, memastikan keluarganya memulai hari dengan penuh energi. Begitu anak-anaknya melangkah ke sekolah, ia tak lantas beris...