STAI SAID PERINTAH MASOHI MALUKU
JUDUL ESSAI
Revitalisasi Dakwah Bil-hikmah di Era Milenial
KARYA INI DISUSUN UNTUK MENGIKUTI LOMBA ESSAI UKM JURNALISTIK PUTRI STIBA 2021
Oleh : Harsina Kaimudin
Pengantar Perkembangan Budaya digital mendorong pergeseran minat dan pola generasi milenial dalam mencari literatur keislaman dari literatur yang dicetak (pinted literaature) ke literatur online (online literature). Generasi milenial lebih suka mengakses sumber-sumber pengetahuan keislaman melalui internet. Bahkan, sumbersumber tersebut bisa diakses melalui aplikasi smartphone seperti facebook, Instagram, youtobe dan whatapp.
Istilah generasi milenial memang sedang akrab terdengar, Istilah tersebut berasal dari millennials yang diciptakan oleh dua pakar sejarah dan penulis Amerika, William Strauss dan Neil Howe dalam beberapa bukunya. Generasi Milenial agalah generasi yang pada awal 1980-an sampai 2000-an sebagai akhir kelahiran. Generasi Milineal pada umumnya adalah anak-anak dari generasi Baby Boomers di berbagai Negara, Generasi Milenial sangat Identik dengan manusia yang sepenuhnya menggunakan teknologi dan media Modern.
Generasi ini identik dengan kemajuan teknologi, khususnya media sosial dan internet. Menurut penelitian Pew Research center (2010) Generasi milenial tidak dapat dilepaskan dari pemanfaatan teknologi, terutama yang berhubungan dengan internet yang dianggap sebagai kebutuhan pokok. Generasi milenial menganggap semua hal tersebar dimedia sosial sebagai respresentasi dari realita didunia nyata, sehingga mereka tidak terima atau tersinggung dan harus melakukan sesuatu untuk meluruskan sesuai dengan pendapatnya.
Generasi milenial memiliki otoritas atas diri masing-masing dalam menggunakan media-media yang mereka akses. Generasi milenial, mampu memperlihatkan pola-pola keberagaman khas yang dipengaruhi oleh teknologi. Internet dijadikan sebagai guru dan teman bagi masyarakat digital .Generasi digital merupakan mad’u kelompok baru yang menerima pesan dakwah dengan konsep kekinian, masyarakat jejaring yang aktif dalam berkomentar, mengkritik, dan melakukan kegiatan dakwah dengan melakukan share melalui flatform yang digunakan. Pemanfaatan media sosial dijadikan sebagian kalangan milenial untuk menjalankan aktivitas dakwah yang lebih terkesan santai namun memberikan efek yang bermanfaat, internet dijadikan sebagai jalan untuk menjembatani kegiatan dakwah yang dilakukan secara rutin oleh kalangan milenial itu sendiri.
Era Milenial ini adalah puncak dimana semuanya yang serba instan dan banyak dinikmati oleh semua masyarakat, sekarang para Da’i (mubaligh) pun dituntut harus memiliki kemampuan dalam menguasai ilmu teknologi agar dakwah yang disampaikan dapat dijangkau oleh khalayak banyak dengan mudah. Menurut Abdul Basit, dakwah Islam harus berkembang sesuai dengan kebutuhan Masyarakat. Jika Dakwah tidak mengikuti perkembangan Zaman maka dakwah akan tertinggal oleh sebab itu para pendakwah menggunakan kesempatan kemajuan Teknologi saat ini dengan sebaik mungkin, para penda’i Milineal menggunakan kesempatan ini untuk melakukan Revitalisasi cara dakwah supaya dapat diminati oleh umat manusia saat ini.
Revitalisasi Dakwah Bil-Hikmah Islam adalah Agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW dengan mengemban amanat untuk menyampaikan risalah dan dakwah yaitu berupa ‘’kabar gembira’’ dan ‘’peringatan’’ kepada seluruh umat manusia, sebagaimana firman Allah SWT: ’’Dan kami mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan tidak mengetahui.’’ (Qs.As-Saba’: 28) Berita gembira tersebut mengambarkan nilainilai kejadian manusia dan martabatnya diantara seluruh makhluk yang diciptakan Allah SWT.
Umat Islam berkewajiban melaksanakan ajaran Islam dalam kehidupannya sehari-hari dan harus menyampaikan (tabligh) kebenaran ajaran islam tersebut kepada orang lain. Oleh karena itu, umat Islam digelari oleh Allah sebagai umat pilihan, yaitu sebaik-baik umat (khoirru ummah) yang mengemban tugas dakwah, mengajak kebaikan dan mencegah kemungkaran. Hal tersebut disebutkan dalam Qs Al-Imran ayat 110; ‘’Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab dan beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.’’
Adapun metode dakwah yang dilakukan Nabi Muhammad, yaitu melakukan dakwah Bil-Hikmah sesuai dengan yang terkandung dalam Qs Al-Nahl, 16:125, yaitu memberikan teladan yang terbaik dalam sikap dan prilaku, dengan selalu sopan santun kepada siapapun. Hal ini kemudian diistilahkan dengan aklaqul-kharimah. Beliau mendapat predikat dari langit ‘’Uswatun Hasanah’’ sesuai dalam Qs. Al-Ahzab, 33:21 yang bermakna teladan terbaik dan terpuji. Dengan metode tersebut, puluhan sampai ribuan orang Arab yang tertarik terhadap Islam yang kemudian mengucapkan syahadatain (pengakuan terhadap Allah dan Rasul-Nya, Muhammad Saw.
Menurut Sayid Qutub (1997:22), Dakwah dengan metode Hikmah akan terwujud apabila memperhatikan tiga faktor. Pertama, keadaan dan situasi orang-orang yang didakwahi. Kedua, kadar atau ukuran materi yang dakwah yang disampaikan agar mereka tidak merasa keberatan dengan beban materi tersebut. Ketiga, metode menyampaikan materi dakwah dengan membuat variasi sedemikian rupa yang sesuai dengan kondisi pada saat itu.
Dalam Khazanah Ilmu Komunikasi, hikmah menyangkut apa yang disebut sebagai Frame of refrence, field of refrence dan field of experience, yakni situasi total yang mempengaruhi sikap komunikator terhadap sikap komunikasi (objek dakwah). Dengan kata lain, hikmah sangat memperhatikan situasi dan kondisi sasaran dakwah dengan menitik beratkan pada kemampuan mereka, sehingga dalam menjalankan ajaran-ajaran Islam selanjutnya, mereka tidak lagi merasa terpaksa.
Melihat adanya jurang antar kenyataan yang menimpa umat islam, disatu sisi dengan ideal ajaran normatif islam, disisi lain melahirkan sejumlah keprihatinan yang pada gilirannya kelak melahirkan model-model pengembangan dan pemberdayaan umat islam. Salah satunya adalah dakwah harus disertai dengan kemampuan semiotic dan pencitraan (imagology), yaitu dengan mengorganisasikan elemen-elemen tanda sehingga ia tampak menarik dan mampu menggerakkan setiap orang untuk mampir dan masuk kedalamnya dan mampu membuat orang tersebut tergerak hatinya untuk mengamalkan misi dakwah, yaitu tersadar untuk melakukan al-khair, ma’ruf dan menjauhi al-munkar dalam berbagai dimensinya.
Kesimpulan Hikmah adalah bekal Da’i menuju sukses. karunia Allah yang diberikan kepada orang lain yang mendapatkan hikmah Insya Allah juga berimbas kepada para mad’unya, sehingga mereka termotivasi untuk mengubah diri dan mengamalkan apa yang disampaikan da’i kepada mereka. Tidak semua orang mampu meraih hikmah, sebab Allah hanya memberikannya untuk orang yang layak mendapatkannya, Barangsiapa mendapatkannya, maka dia telah memperoleh karunia besar dari Allah, Allah SWT Berfirman dalam Qs, Al-Baqarah 2:269 yang artinya, ‘’Allah menganugerahkan Al-Hikmah (Kefahaman yang dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Barangsiapa yang dianugerahkan Hikmah, ia benar-benar telah dianugerahkan karunia yang banyak dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah).’’
Dari ayat tersebut mengisyaratkan betapa pentingnya menjadikan hikmah sebagai bagian dari metode dakwah dan sangat perlu dakwah mengikuti langkahlangkah dari hikmah.Metode Dakwah Bil-Hikmah sangat sesuai dengan keadaan Generasi Milenial saat ini,Kunci Utamanya adalah bagaimana para Da’i berusaha memahami dan menguasai Alat Teknologi agar dapat dengan mudah merevitalisasi atau mengembangkan metode ini menjadi lebih Modern atau digital sehingga mudah dipahami oleh khayalak banyak
Daftar Pustaka
Aliyudin, Prinsip-prinsip Metode Dakwah Menurut Al-Qur’an, Bandung: Jurnal Ilmu Dakwah Vol.4 No.15 Januari-Juni 2010.
Depag RI, AL Qur’an dan Terjemahannya, Semarang: Toha Putra, 1989
Fakhruroji,M, Dakwah di Era Media Baru, Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2017.
Hasan, N, dkk, Literatur Keislaman Generasi Milenial Tranmisi,Apropriasi, dan Kontestasi, Yogyakarta: Pascsarjana UIN Sunan Kalijaga,2018.
http://www.kominfo.go.id/Mengenal Generasi Milenial.
Ismail, N, Pesan dakwah tentang Nikah di media Sosial Instagram.Tabligh: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam, 3 (1), 22-24, 2018. Muni, M, Metode Dakwah, Jakarta: Prenda Media, 2006
Nasir, Mohammad, Fiqhud Da’wah, Jakarta: Media Dakwah, 2000.
Sabani,N, Generasi Milenial dan Absurditas Debat Kusir Virtual, Informasi: Kajian Ilmu Komunikasi, 48 (1), 95-108,2018
Shaifuddin,Asep, Sheh Sulhawi Rubba, Fikih Ibadah Safari ke Baitullah, Surabaya: Garisi, 2011.
Tasmoro,Toto, Komunikasi Dakwah, Jakarta: Gaya Media Pratama,1987
Waryono Abdul Ghafur, Dakwah Bil-Hikmah Di Era Informasi Dan Globalisasi, Yogyakarta: Jurnal Ilmu Dakwah, Vol. 34 No.2, Juli-Desember 2014.
Komentar
Posting Komentar