Setinggi-tingginya pendidikan seorang wanita pada akhirnya hanya akan mengurus rumah tangga, jadi pendidikan itu tidak perlu bagi wanita. “Buat apa sekolah tinggi-tinggi jika kodrat seorang wanita itu hanya di dalam rumah.” Pernah tidak kalian mendengar kalimat itu?
Ada banyak hadist dengan riwayat yang shahih bagaimana pendidikan dalam pandangan islam, bagaimana islam sangat mementingkan pendidikan untuk semua kalangan dan semua usia.
يَرْفَعِ اللهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرُُ
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (Q.S. al-Mujadalah : 11)
مْن سَلَكَ طَرْيقًا َيلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللهُ لَهُ طَرِيْقًا ِإلىَ اْلجَنَّةِ (رواه مسلم)
“Barang siapa yang menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu, Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga.” (HR. Muslim)
Perempuan memiliki kedudukan yang terhormat dan setara dengan laki-laki, karena sebelumnya kaum perempuan memilki kedudukan yang hina; hingga kelahiran seorang anak perempuan merupakan aib yang harus dibunuh, dan islam pun datang lalu mengubah perspektif itu.
Kita bisa melihat pada istri-stri Rasulullah, seperti Hafsah yang pandai menulis, siti Aisyah yang pandai membaca Al-Quran dan beliau adalah seorang ahli fiqh yang telah diakui oleh ahli fiqh lainnya. Juga pada masa Bani Abbas , telah memunculkan para perempuan yang ikut dalam kegiatan, memiliki pengetahuan agama, sastra dan kesenian. Rufaidah Al-Aslamiyah, seorang shahabiyah yang merupakan salah satu dokter pertama dalam sejarah Islam, beliau juga seorang pemimpin wanita yang menginisiasi penyambutan Rasulullah ketika datang ke Madinah. Atau mungkin kita melihat pada wanita-wanita hebat dalam negara kita sendiri seperi R.A Kartini, Dewi Sartika, Fatmawati, dan lain lain.
الْمَرْأَةُ عِمَادُ الْبِلاَدِ إِذَا صَلُحَتْ صَلُحَتِ الْبِلاَدُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَتِ الْبِلاَدُ
“Wanita adalah tiang Negara, apabila wanita itu baik maka akan baiklah negara, dan apabila wanita itu rusak, maka akan rusak pula negara.”
Peran wanita bagi negara berawal dari rumah atau keluarga, wanita dalam keluarga baik dalam perannya sebagai ibu maupun istri. Seperti Khadijah yang menjadi penenang bagi Rasulullah ketika lelah, menjadi penopang ketika Rasulullah mulai rapuh.
Jika seorang wanita itu berilmu yang baik, maka ia akan melahirkan generasi yang baik. Jika wanita itu merupakan seorang ahli quran maka ia akan melahirkan para generasi quran. Namun sebaliknya jika wanita tidak memiliki ilmu lalu bagaimana mereka akan mendidik para generasinya, bukankah ibu adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya?
Saat ini sangat marak kasus kenakalan remaja, pergaulan bebas, pembunuhan, kekerasan. Tentu kita tidak ingin jika hal itu menimpah keturunan kita nantinya, semua itu tidak lepas dari peran wanita, bagaimana menjadi seorang ibu yang menerapkan ajaran islam berpedoman pada Al-Qur'an dan Sunnah.
Sudah jelas bahwa pendidikan itu sangat penting untuk para wanita, mulai dengan mengubah niat kita, mengubah pandangan kita bahwa menuntut ilmu itu apakah hanya sebatas ingin mencapai gelar atau mungkin hanya untuk mendapat pekerjaan. Pilihannya adalah apakah kita ingin menjadi wanita yang beragama dan berilmu lalu mencetak generasi yang beragama dan berilmu, atau masa bodoh dengan pendidikan dengan mencetak generasi yang diperbudak oleh perkembangan zaman.
Jika kita mulai mengubah pandangan kita tentang tujuan menuntut ilmu yang sebenarnya, maka kita tidak akan pernah berpikir bahwa wanita itu tidak harus berpendidikan.
Mahasiswi STIBA Makassar angkatan 2019

Maa syaa Allah tabarakallah.
BalasHapusSebuah tulisan yg cukup singkat namun sangat jelas,mudah di pahami,dan sangat berarti.