Langsung ke konten utama

Senandung Hikmah Teruntuk Para Pejuang


Wahai diri yang telah melampau batas..
 Wahai diri yang terlalu sering mengeluh akan berat nya jalan perjuangan,
 Wahai diri yang terlalu sering Menghardik diri sebab tak kuasa membendung derita,
Wahai diri yang terlalu sering Meghinakan diri pada dunia ini sebab tak kuasa lagi bertahan dengan luka,

Bangunlah,
Bangkitlah,
Dongkak kan kepalamu keatas bentangan langit nan luas itu
Tatap langit biru itu,
Lalu pejamkan matamu,
Renungilah,
Sejarah  peradaban bumi  yang telah banyak teroreh oleh tinta ke emasan,
Sejarah para cendikiawan muslim terkemuka,
Sejarah Para generasi terkilau sepanjang masa,

Pernah kau dapati mereka mengembara tanpa diuji,
Pernah kau dapati mereka berjuang tanpa onak duri,
Pernah kau dapati mereka mengeluh tentang persoalan diri,

Kawan,
Ujian mereka lebih lah luar biasa,
Kesulitan mereka lebih lah sulit bersahaja,
Jalan juang mereka lebih tajam suram bersuara,

Lantas,
Pantaskah dirimu menyerah pada  sekian juta permasalahan padahal tersiap seribu jalan keluarnya ?
Pantaskah dirimu  pasrah pada kenyataan padahal bisa terubah menjadi kesempatan  ?
Pantaskah dirimu lari ke lubang kekecewaan padahal disebelahnya ada lubang kebehagian ?

Kawan,
Dunia ini sejatinya memang tak cocok untuk dirimu,
Dunia ini pada hakikatnya bukan untukmu,

Tempatmu adalah syurga, 
Yah syurga,
Syurga yang tidak  akan dinikmati oleh para penghalal kehidupan
Syurga yang bebas terhuni  bagi para penjilat dunia
Syurga yang sangat  sulit dicapai oleh para pemalas tak beradab

 Jadi,
Untukmu  para pejuang, 
Syukurilah  penderitaan ini perlahan-lahan, walau kadang ia terlalu  menyesakkan dada,
Nikmatilah fase-fase kehidupan ini walau nyatanya ia kadang  sangat sulit dipahami,
Nikmatilah  setiap sajak gubahan sastra indah ini walau kadang terlalu rumit untuk dini’mati,

Untukmu para pejuang,
Kupesan kan padamu,
 sedikit kalimat cinta yang tak panjang,
Jalan cinta pejuang , jalan kita masih panjang..
 

#HIBRUN_DZAHABY- 
Mahasiswi Putri STIBA Makassar (Angkatan 2019)

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

  Dari Sudut Pandang Dia Kereta perjalanan akan segera berhenti di stasiun berikutnya, semakin dekat, semakin gelisah rasanya... Ada rasa sedih karena akan   berpisah dengan mereka, entah mengapa rasanya singkat, seakan perjalanan sangat cepat kulalui... Rasanya baru kemarin aku singgah di kereta perjalanan dakwah ini, rasanya baru kemarin aku ingin sekali turun di stasiun berikutnya, rasanya aku merasa asing dengan mereka, rasanya ada banyak rasa yang tercipta selama membersamai mereka, ternyata ada banyak hal baru yang kulalui bersama mereka, makan bersama, belajar bersama, jatuh dan bangun bersama... LPJA sebentar lagi, ingin rasanya membersamai lebih lama, namun ada hal lain yang harus kucapai di perjalanan ini, ada banyak amanah, namun harus memilih setelah banyak pertimbangan, pun kemarin sangat ingin menyudahi, terlebih partner sudah lebih dulu memilih berhenti dari perjalanan, namun ada beberapa orang yang akhirnya menjadi alasan bertahan di sini, diapun sebent...
 Manusia Hebat  For You ..... Teruntuk jiwa yang selalu kuat di tiap keadaan. Hi? Sudah bersyukur belum kamu untuk kemarin dan hari ini? Kamu baik-baik aja kan? Atau kamu bahkan sedang terluka? Sedang sedih? Bahkan lupa bersyukur? Dan sayang sama diri sendiri? Aku cuman mau bilang gini, semua ada takarannya masing-masing loh, kamu nggak mungkin bahagia selalu, dan juga tidak mungkin akan sedih terus. Anggap saja semua masalah itu bagian dari jalan kehidupan yang akan membuat kamu jadi dewasa. Kalau manusia yang lain tidak pernah bisa bikin kamu bahagia, jangan lupa kamu punya penciptamu ada Allah yang selalu bersamamu dan ada dirimu sendiri. Allah tidak akan pernah buat kamu kecewa, olehnya jangan terlalu berlarut dalam kesedihan, ya. Senyum yah, senyum yang lebar. Kalaupun kamu merasa capek wajar kok, tidak masalah, itu suatu hal yang wajar dialami oleh semua manusia. Katakan pada dirimu kamu itu sempurna, ciptakan bahagiamu jangan tunggu dan berharap dari orang lai...
  Ibu Tak Perlu Sayap untuk Menjadi Malaikat (Kaderia) Ibu, setiap kali aku bercerita tentangmu, air mataku tak mampu kubendung. Ia jatuh begitu saja, tanpa aba-aba, saat aku mengenang segala kerja kerasmu, rasa sakitmu, dan perjuanganmu demi anak-anakmu. Ibu, aku menulis ini bukan karena aku sedih tapi karena aku sangat bangga memiliki sosok sepertimu, mungkin dunia tak tahu betapa hebatnya dirimu dalam mengusahakan segalanya demi kebahagiaanku. Hai, teman-teman... Izinkan aku bercerita sedikit tentang malaikat tanpa sayap yang kumiliki. Dia bukan wanita karier, bukan pula pejabat, ia adalah ibu rumah tangga biasa yang luar biasa. Ketangguhannya tak bisa diukur hanya dari status atau jabatan, melainkan dari kasih sayang dan pengorbanan yang tak ternilai. Setiap pagi, ia memulai harinya lebih awal dari siapa pun di rumah. Sarapan disiapkan dengan telaten, memastikan keluarganya memulai hari dengan penuh energi. Begitu anak-anaknya melangkah ke sekolah, ia tak lantas beris...