Rencana Allah yang Indah Kelasku yang terletak di lantai 2 gedung sekolah begitu riuh. Tepat di barisan belakang aku duduk. Pikiranku berkelana, ke mana kaki akan melangkah setelah kelulusan? Mengingat saat itu tahun terakhir aku di bangku SMA. Teman-teman sekelasku tak perlu diragukan lagi, deretan nama-nama kampus terkenal di Kota Makassar sudah sering disebut. Bahkan beberapa di antara mereka sudah mengikuti les tambahan di luar jam sekolah sebagai persiapan masuk kampus. Jika ada pertanyaan-pertanyaan seputar kuliah, aku kadang memilih diam. Tak jarang teman-teman kelasku mengatakan, “Ah, kalau kamu sudah jelas masuk STIBA”. Kalimat itu sudah sering aku dengarkan dari teman-teman sekelasku. Mungkin karena aku salah satu dari 3 siswi yang bercadar di kelasku, entahlah. Tapi setiap kali itu pula hati dan lisanku menolak keras. Aku benar-benar tidak ingin melanjutkan studi di kampus STIBA. Tidak mau dan tidak ingin. Dalam pikiranku, “Ah, kampus biasa”. Aku sangat ingin sep...