Catatan Luka : Selimut Tipis Tua Dibawah selimut tipis tua yang sudah menemani sejak kecil udara dingin masih menembus tulang-tulang, aku masih terbaring nyaman dengan mata setengah terbuka. Aroma pagi khas desa yang sangat kusukai masih sama. Ah, semoga tak akan berubah, batinku membangga. Dilangit rupanya hujan sedang mereda, negri dengan tanah tropis lengkap dengan musim hujan di awal tahun selalu mejadi hal mendebarkan disetiap penjuru pertiwi. Kicauan burung sudah ramai memenuhi langit, bermaksud mengembalikan ruh pagi yang beberapa hari terbendung mendung hujan kepagian. Ahad hari ini adalah hari kebimbangan semua pejuang, ingin beristirahat namun malu karena menyebut diri sebagai pejuang, ingin tetap bergerak namun juga terlalu lelah karena katanya enam hari penuh sudah berjuang. Di bawah selimut tipis tua aku termenung dalam. Rasanya masih terekam jelas, pada tahun-tahun dimana aku mencatat luka negri orang yang sedang berduka. Negri yang tengah berperang...